Tampilkan postingan dengan label Cerpen Upay. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen Upay. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Mei 2020

Rumah Tangga

Pic from google
Aku ini laki-laki biasa awalnya. Lulus sekolah dengan nilai cukup. Tidak kurang juga tidak lebih. Sempat kuliah namun gagal. Tapi tidak menyurutkan langkahku untuk tetap hidup damai. Kemudian aku bekerja pada salah satu perusahaan swasta yang cukup besar. Singkat cerita, entah kapan dan bagaimana mulanya, aku bertemu dengan perempuan ini. Perempuan yang sangat-sangat biasa. Wajah biasa-biasa saja penampilanpun sederhana.

Dia juga bekerja di perusahaan swasta besar di kota ini. Entah sejak kapan kamipun dekat. Karna perhatiannya yang luar biasa membuatku nyaman, akupun jatuh hati padanya. Walaupun aku tau dia biasa saja. Ya, karna dia tidak cantik. Sedangkan aku yang digilai banyak perempuan, mungkin seharusnya mendapatkan gadis yang super cantik agar serasi denganku.

Tapi aku tidak peduli. Aku tetap menyayanginya. Karna Ia membuatku nyaman dengan perhatiannya. Singkat cerita kamipun menikah. Sebetulnya ada kendala saat kami memutuskan untuk menikah. Ya, kendala itu adalah soal pekerjaanku yang sebetulnya saat itu statusku masih kontrak. Tapi calon bidadari surgaku ini rupanya tidak ambil pusing. Ia katakan bahwa harta bisa dicari bersama setelah menikah. Aku makin meleleh padanya. Dia bukan seperti perempuan kebanyakan. Yang mencari laki-laki mapan untuk dinikahi. Padahal dia sendiri cukup berhasil dalam karirnya. Harusnya dia punya gengsi untuk memilih laki-laki mapan. Mungkin Ia hanya terpesona pada tampangku. Begitu kupikir saat itu.

Ok, cerita kusingkat-singkat aja ya. Akhirnya kami menikah, setahun kemudian kami memiliki seorang putri. Dan benar saja, ditahun ini kontrak kerjaku habis. Jadilah aku pengangguran. Bapak rumah tangga. tapi tidak full, Karna tetap saja yang mengerjakan pekerjaan rumah adalah istriku. Namun begitu, aku membantunya menjaga putri kami. terlebih lagi, saat putri pertama kami lahir, istriku gelagapan, bingung mengurus baby. Tentu saja, karna sejak kecil Ia di manja oleh Ayah Ibunya. Sebetulnya aku yakin Iapun tidak terbiasa mengurus pekerjaan rumah. Terbukti Ia lebih sering bermalasan. Jika sudah kepepet, barulah Ia kerjakan. Seperti mencuci piring misalnya. Kalau piring sudah habis, terpaksa Ia mencuci piring, lantai sudah berdebu, barulah Ia menyapu. Itulah istriku.

Tapi tidak mengapa. Karna Ia sangat sayang padaku. Aku tau itu. Aku ini sangat berarti baginya. Meski aku pengangguran, Ia tetap melayaniku dengan sabar. Kau tau, aku yang membersihkan baby kami jika Ia pup, memandikannyapun terkadang Ia malas. Alasannya masih ngeri karna masih terlalu kecil. Pokonya Ia betul-betul Ibu pemula yang buruk. Tapi tak apa. Nanti Ia pasti akan terbiasa. Aku terus menganggur selama setahun. Istriku tak mempermasalahkan itu, walaupun sesekali Ia sering bertanya dalam senyum dan wajah sedihnya. Kapan yah kamu dapat kerja lagi?.

Aku hanya terdiam. Karna dari sekian banyak lamaran yang kumasukan secara online di beberapa perusahaan, belum ada satupun panggilan yang kuterima. Aku tau, Ia bertanya seperti itu karna walau kami memiliki gaji dari pekerjaannya, tapi itu tidak mencukupi. Meski Ia yang bekerja mencari nafkah, Ia juga yang mengerjakan pekerjaan rumah, lambat laun Ia mulai lihai merawat baby kami. Pada akhirnya aku sedikit menyadari. Semua Ia lakukan untuk ruah tangga kami. Mencari nafkah, mengerjakan pekerjaan rumah, juga merawat baby. Lalu aku apa? Ngapain? Yah, inilah aku. Suami yang kurang peka. Hanya suka tidur, menonton TV dan bermain game.

Tapi Alhamdulilah. Tak berapa lama akupun mendapatkan pekerjaan. Gajinya tidak besar, tapi lumayan untuk kehidupan kami ke depannya. Istriku bahagia. Itupun karna ternyata Ia hamil lagi. Putri kami akan segera memiliki adik. Kupikir akhirnya kehidupan kami kembali normal. Karna aku kini telah bekerja lagi. Tapi memang yang namanya manusia, selalu saja tak pernah merasa cukup. Pada akhirnya bukan mensyukuri pekerjaan yang telah susah payah kudapatkan, aku malah mengeluhkan gajiku yang justru lebih rendah dari gaji istriku. Seringkali aku ungkapkan rasa maluku padanya karna memiliki gaji yang tidak seberapa dibanding gajinya.

Aku merasa gagal lagi sebagai seorang suami. Namun begitu, istriku tetaplah istriku yang sederhana, tidak cantik, namun sangat-sangat mencintaiku. Tentu saja aku tau dia sangat mencintaiku. Jika tidak, mungkin telah lama Ia pergi meninggalkanku karna kegagalanku. Aku tidak mau terpuruk terlalu lama. Aku bekerja dengan sangat giat dan rajin. Pergi pagi pulang terlalu larut. Namun tetap saja, tak ada yang berubah. Sampai-sampai kami jadi sering bertengkar kecil karna masalah waktu.

Ya, waktu kerjaku yang sangat tidak sebanding dengan gajiku. Gaji minim namun waktu bekerja tidak wajar. Aku terus berusaha meyakinkan istriku untuk bersabar, meski terkadang Ia berteriak padaku karna kesal setiap hari pulang terlalu larut. Aku hanya bisa menerima keadaan itu. Karna sesungguhnya Ia benar. Gajiku tidak mencukupi kebutuhan kami, tapi aku sama sekali sudah tak punya waktu luang untuk sekedar jalan-jalan seperti yang sering kami lakukan dulu. Itu semua karna jam kerjaku.

Sampai pada akhirnya, aku mendapatkan kesempatan. Alhamdulilah, aku berkesempatan pindah ke perusahaan yang lebih baik. Meski gaji hanya sedikit saja naiknya, tapi aku yakin dengan kemampuan, pengalaman, dan tekadku, aku pasti akan berhasil diperusahaan baru ini. Jam kerjaku tidak banyak berubah, masih sering pulang malam. Kadang aku pulang, istri dan anak-anakku sudah terlelap, pagi saat aku berangkat, istriku sudah lebih dulu berangkat ngantor, sementara anak-anak kami titipkan pada mertuaku.

Perlahan tapi pasti, aku semakin berhasil. Gajiku perlahan naik. Alhamdulilah lama-lama mendekati gaji istriku. Akupun terus mengejar karir. Demi bisa mencukupi kehidupan keluarga kami. Semakin lama aku semakin lebih sering menghabiskan waktu di kantor. Memang karna pekerjaanku yang menyita banyak waktu kerjaku. Aku minta pengertian istriku untuk bersabar. Ia mengerti, walau terkadang suka ngambek. Aku maklumi itu.

Gaji kami yang perlahan mulai mencukupi, rupanya belum dapat mengurangi beban istriku. Ia mengerjakan semuanya. Bekerja juga, pekerjaan rumah, mengurusku, megurus anak-anak. Entah bagaimana Ia melakukan itu semua dengan kesabarannya. Seharusnya aku lebih sering memujinya. Tapi aku bukanlah laki-laki type romantis yang suka memuji istri. Entahlah, aku merasa itu hal yang kurang penting. Meski banyak artikel yang sering kubaca mengatakan bahwa pujian-pujian kecial suami terhadap istri sangatlah bermakna bagi kehidupan rumah tangga, terlebih lagi bagi si istri. Namun tetap saja aku kurang pandai memuji.

Parahnya lagi, semakin hari aku semakin malas membantunya mengerjakan pekerjaan ruman. Disaat Ia sedang berbenah lantai yang berdebu, penuh sampah berserakan, bahkan mainan anak-anak, aku hanya asyik memainkan game di gadgetku. Tak membantunya sama sekali. Padahal setelah selesai mengerjakan itu, masih banyak tumpukan pakaian yang mesti dicuci dan disetrikanya. Kami bukan tidak ingin memiliki ART, hanya saja jaman sekarang sulit sekali mendapatkan ART yang cocok. Jadilah sampai sekarang semua pekerjaan di handle istriku. Tak satu kalimat pujianpun bisa keluar dari mulutku. Bahkan sekedar bilang bahwa Ia pahlawan kami, wonderwoman yang di utus Allah mengurus rumah ini. Kalimat itu hanya ada dalam kepalaku saja tanpa pernah kukatakan padanya.

Bahkan tak jarang aku malah mencapnya pemalas ketika sesekali Ia hanya terlihat merebahkan diri di kasur tanpa berbuat apa-apa. Piciknya aku. Jika Ia pemalas, lalu aku apa?

Sekarang kehirupan kami terasa sudah jauh lebih baik. Meski kami delapan tahun kemudian telah dikaruniai tiga orang anak, tapi kami hidup cukup. Masih dari gajiku dan istriku. Istriku belum berani memutuskan untuk resign. Akupun demikian. Belum yakin jika Istriku tidak membantuku mencari nafkah. Lambat laun gajiku sudah jauh melebihi gaji istriku. Yah beginilah naluri lelaki. Gaji besar sedikit, merasa mencukupi, kemudian jadi betul-betul pemalas membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah.

Tak ada satupun pekerjaan rumah yang aku bantu. Semua hal benar-benar istriku yang mengerjakan. Sedangkan aku bahkan hanya bisa cuek menanggapi keluhannya ketika Ia sedang mengeluh capek. Yah inilah aku. Sampai pada suatu ketika, aku dihadapkan pada cobaan berat yang aku tidak menyangka sama sekali akan terjadi.

Istriku yang selama ini kuanggap sabar, melayaniku sepenuh hati, merawat anak-anak kami, yang aku yakin Ia sangat mencintaiku lebih dari dirinya, kehilangan kesabaran. Aku melihatnya memegang kertas itu. Lembaran kertas yang membuat jantungku serasa ingin berhenti.

Ia tidak pernah membahas apapun tentang pernikahan kami selama ini. Keluhan-keluhannyapun tidak pernah membahas tentang perceraian. Aku shock melihat Ia memegang kertas bertuliskan "Pengadilan Agama. Pengajuan Cerai". Tak sanggup berkata-kata rasanya.

Yang membuatku bingung, kenapa Ia membawa-bawa kertas itu dengan wajah santai seperti tidak ada perasaan apa-apa. Dan kenapa Ia belum juga membicarakannya denganku. Ya Allah, apa ini akibat dari kemalasanku? Akibat dari sikap cuekku yang berlebihan? Tak pernah sekalipun memujinya, bersikap seolah yang Ia lakukan untuk keluarga ini hal yang biasa-biasa saja. Apakah pada akhirnya kesabarannya telah habis?

Habis dimakan semua pekerjaan kantor, rumah, mengurusku, dan juga anak-anakku? Ya Allah kenapa dia diam saja sampai detik ini. Ia memasukan lembaran kertas itu ke laci documen dalam lemari pakaian. Tanpa berkata apa-apa. Hatiku tegang, jantungku dag dig dug. Menebak-nebak apa yang akan Ia katakan padaku?

"Pah, kita cerai saja ya?"

"Pah, aku sudah gak tahan dengan sikap cuekmu".

"Pah, kita sudahi saja".

"Pah, aku lelah. Kita selesai saja ya".

Aku menduga-duga sambil mengucurkan keringat dingin. Tapi anehnya, sampai malam hari waktunya kami tidur, Ia tidak juga membicarakannya. Bahkan saat makan malam. Sikapnya masih seperti biasa. Seolah tak ada apa-apa.

Ya Allah, andai ada yang bisa kulakukan untuk memperbaiki ini semua. Akhirnya malam semakin larut. Ia tertidur. Tertidur tanpa membicarakan perceraian yang sedang Ia siapkan. Rasanya aku ingin sekali melihat lembaran kertas itu. Tapi rasa takut dan kecewa lebih besar dari rasa penasaranku akan kertas itu. Karna jelas-jelas judul kertas itu Surat Pengajuan Cerai.

Pagipun tiba, aku yang jadi sulit tidur nyenyak, bangun dengan wajah kusut. Istriku seperti biasa panik. "Lho pah, koq nukanya pucet, kantung mata papah hitam sekali. Kenapa? Papah sakit?". Tanyanya bertubi-tubi. Aku hanya menggeleng kemudian kembali menarik selimut. Hari itu istriku sedang cuti. Itu sebabnya Ia masih dirumah. Biasanya Ia berangkat lebih pagi dariku.

Kuputuskan untuk berangkat lebih siang. Karna merasa tidak enak badan. Aku yang workaholic ini memang tidak mungkin mengajukan cuti, meski sakit sekalipun. Paling-paling aku hanya ijin datang siang sampai badanku terasa enakan.

Tiba-tiba terdengar bel pintu rumah kami berbunyi "Ting Tong". Istriku beranjak ke lemari pakaian, mengambil kertas itu. Kertas yang membuatku tak dapat tidur semalaman.

"Lho mah, kertas itu?". Tanyaku sepotong-sepotong.

"Ooh ini, iya nih kemaren pengacaranya Mba Nida datang ke rumahnya, tapi Mba Nidanya lagi gak ada. Jadi dititipin ke aku. Akhirnya Mba Nida memutuskan pisah dari Mas Seno lho Pah. Sebentar ya Pah, aku ke depan dulu kasihkan surat ini ke Mba Nida".

Iapun pergi berlalu membawa kertas itu bersamanya unutuk diserahkan kepada yang punya.

Aku terdiam, bengong tanpa kata. Kemudian tertawa kencang hingga mengagetkan istriku yang masih di depan menutup pintu karna Mba Nida langsung pulang begitu menerima surat itu.

"Pah, apa yang lucu? Koq tertawa sampai terdengar ke ruang tamu?". Tanyanya padaku yang masih menyeringai lebar mentertawakan kebodohanku sendiri. Aku bingung mau jawab apa. Mau bohong tapi gak kepikiran bohong apa. Jadilah aku ceritakan semuanya. Dari awal aku melihat dia membawa-bawa kertas itu sampai pagi tadi surat itu diserahkan. Aku ceritakan bagaimana aku menduga-duga yang akan Ia katakan padaku tentang perceraian.

"Hahahahahah........". Iapun ikut tertawa. Ia tertawa sangat lepas, sangat bahagia. Baru kali ini aku lihat tawanya yang begitu mekar. Maka akupun bertanya. "Ih Mama koq ketawanya gitu amat? Seneng banget ya ngetawain Papah yang bodoh ini?".

Tapi jawabannya membuatku terkejut. Rupanya rasa panik yang menjalar padaku sejak semalam itu Ia artikan bahwa aku takut kehilangannya. Mungkin benar. Hanya saja tak satu kalipun aku pernah mengungkapkan dengan kata-kata atau hal romantis tentang rasa takut kehilangannya itu.

"Mama bukan senang karna Papah udah suudzon dan bersikap bodoh seperti itu. Mama hanya gak nyangka aja. Ternyata Papah takut juga ya kehilangan Mama? Papah gak mau ya dicerai sama Mama?". Katanya sambil terus tertawa dengan wajah seperti meledek aku yang terlihat bodoh.

Ya, benar juga. Sejak semalam aku ketakutan. Aku takut kecewa, takut shock menerima kenyataan bahwa kami akan berpisah. Baru kusadari sudah bertahun-tahun lamanya sejak pernikahan kami, aku sama sekali tidak pernah mengungkapkan rasa sayangku padanya, pada istriku ini. Jarang memujinya, bahkan tak pernah mengungkapkan dengan gamblang bahwa aku tak bisa kehilangannya. Karna akupun baru menyadari sejak semalam.

Kemudian Iapun bicara. Kalimat yang mambuatku lega dan merasa makin dicintai olehnya.

"Papah nih aneh. Koq bisa-bisanya mikir begitu. Kita ini udah hidup tenang. Alhamdulilah semua kebutuhan sudah terpenuhi, anak-anak sehat, tidak ada masalah di rumah ini. Kenapa Papah bisa berpikiran Mama bakalan minta cerai? Kalo emang Mama gak peduli Papah, sudah sejak dulu Mama minta cerai. Sejak Mama harus berjuang sendirian.

Bukannya mengungkit-ungkit nih ya Pah. Kalo Mama cuma mau hidup enak dan nerima Papah yang bisa nyukupin aja, buat apa Mama bertahan dengan kondisi kita yang dulu itu. Makan kurang, kebutuhan kurang, Papah bahkan gak kerja, kalaupun kerja gajinya kecil. Buat apa pah. Mending dari dulu aja minta cerainya. Sekarang Papah udah mapan, udah nyukupin, gaji sudah besar. Masa iya Mama malah minta cerai sekarang dari Papa. Papah nih aneh".

"Yaah, Papa pikir Mama gak hanya butuh dicukupin secara finansial aja. Mama kan tau sendiri Papa males bantu-bantu kerjaan rumah, gak pernah muji Mama, jarang bilang sayang, hal-hal semacam itulah pokonya".

"Gini ya Pah, sebetulnya Mama tuh ga terlalu pingin banget koq di puji-puji Papah. Apalagi digombalin. Gak perlu pah. Walaupun kadang suka kesel dengan Papa yang sama sekali gak bantu kerjaan rumah, Mama masih gak masalah koq. Masih bisa sabar ngerjain itu semua. Cuma satu hal yang Mama pingin dari Papah. Jujur apa adanya. Gimana di rumah, ya begitu di luar".

"Maksud Mama gimana?". Tanyaku penasaran. Karna rasa-rasanya sikapku di rumah dan di luar gak ada bedanya. Sama-sama cuek, gak pernah bermasalah.

"Mba Nida pernah nemu BBM'an Mas Seno sama teman kerja wanitanya. Mba Nida bilang sih awal-awal itu isiya cuma kaya becandaan biasa aja. Berawal dari "Eh ke mana lo? Koq gak masuk?". Kemudian dibalas sama Mas Seno. "Ada koq lagi di HRD, kenapa nyariin gue? Kangen ya? Hahaha". Mba Nida pikir cuma becandaan teman biasa aja di kantor. Eeeh mana tau akhirnya mereka malah pisah gara-gara Mas Seno kedapatan serius sama perempuan itu. Naah yang Mama mau, sikap Papah ya jujur. Di rumah cuek, di luar ya harus gitu juga dong. Jangan sama istri cuek, sama teman kantor becanda-becanda kangen-kangenan gitu. Istri mana tau Pah suaminya seperti apa di kantor. Cuek atau malah ganjen. Itu yang Mama gak mau".

Aku tersenyum sambil mengangguk kemudian mencium kening istriku. "InshaAllah, Papah gak akan ganjen-ganjen di luar rumah. Heheheheh". Kamipun tertawa. Rasanya lega dan akhirnya aku semangat lagi berangkat ngantor yang kesiangan hari ini.

Aku hanya berharap dan berdoa. Semoga Allah tidak mengujiku melalui perempuan-perempuan mulus di luaran sana. Jangan sampai aku tergoda apalagi terpikat dengan lawan jenis di luar rumah. Ya Allah, lindungi hambamu. Tidak ingin perjuanganku bersama istriku sedari kami menikah sampai semapan ini jadi sia-sia hanya gara-gara aku terlena dengan kemolekan perempuan di luaran sana. Semoga Papah selalu ingat perjuangan Mama mendampingi Papa dari kita hidup sulit ya Mah.

Jangan pernah lupakan, siapa yang berjuang bersama kita sedari kita masih susah. Jika banyak perempuan-perempuan molek di luaran sana yang menggoda imanmu. Maka ingatlah, azab Allah sangat pedih, dan karma dari istri yang tersakiti pasti terbalas. Senang hanya sesaat jika harus ditukar dengan kehilangan keluarga yang selama ini mensupport kita, maka kamu pasti akan merugi.

Setialah bersama istri. Arungi hidup seperti kapal dan nakhodanya. Meski klise, kalimat itu memang benar maknanya.

#SELESAI#

By: Nanda

#CurhatSuami

Kamis, 07 Mei 2020

The Queen of Aceh Battle

Tulisan ini diadaptasi dari akun facebook yang keterangan sumbernya terdapat diakhir tulisan. Harap bijak menyikapinya. Terima kasih.

SUMEDANG, 6 NOVEMBER 1908

Tepat 11 Desember 1906,

Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suriaatmaja kedatangan tiga orang tamu. Ketiganya merupakan tawanan titipan pemerintah Hindia Belanda. Seorang perempuan tua renta, rabun serta menderita encok, seorang lagi lelaki tegap berumur kurang lebih 50 tahun dan remaja tanggung berusia 15 tahun. Walau tampak lelah mereka bertiga tampak tabah. Pakaian lusuh yang dikenakan perempuan itu merupakan satu-satunya pakaian yang ia punya selain sebuah tasbih dan sebuah periuk nasi dari tanah liat.

Belakangan karena melihat perempuan tua itu sangat taat beragama, Pangeran Aria tidak menempatkannya di penjara, melainkan memilih tempat disalah satu

rumah tokoh agama setempat. Kepada Pangeran Suriaatmaja, Belanda tak mengungkap siapa perempuan tua renta penderita encok itu. Bahkan sampai kematiannya, 6 November 1908 masyarakat Sumedang tak pernah tahu siapa sebenarnya perempuan itu.

Perjalanan sangat panjang telah ditempuh perempuan itu sebelum akhirnya beristirahat dengan damai dan dimakamkan di Gunung Puyuh tak jauh dari pusat kota Sumedang. Yang mereka tahu, karena kesehatan yang sangat buruk, perempuan tua itu nyaris tak pernah keluar rumah. Kegiatannyapun terbatas hanya berdzikir atau mengajar mengaji ibu-ibu dan anak-anak setempat yang datang berkunjung. Sesekali mereka membawakan pakaian atau sekadar makanan pada perempuan tua yang santun itu, yang belakangan karena pengetahuan ilmu-ilmu agamanya disebut dengan Ibu Perbu.

Waktu itu tak ada yang menyangka bila

perempuan yang mereka panggil Ibu Perbu itu adalah "The Queen of Aceh Battle" dari Perang Aceh (1873-1904) bernama Tjoet Nyak Dhien. Singa betina dengan rencong ditangan yang terjun langsung ke medan perang. Pahlawan sejati tanpa kompromi yg tidak bisa menerima daerahnya dijajah.

Hari-hari terakhir Tjoet Nyak Dhien memang dihiasi oleh kesenyapan dan sepi. Jauh dari tanah kelahiran dan orang-orang yang dicintai. Gadis kecil cantik dan cerdas dipanggil Cut Nyak dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat di Lampadang tahun 1848. Ayahnya adalah Uleebalang bernama Teuku Nanta Setia, keturunan perantau Minang pendatang dari Sumatera Barat ke Aceh sekitar abad 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.

Tumbuh dalam lingkungan yang memegang tradisi beragama yang ketat membuat gadis kecil Cut Nyak Dhien menjadi gadis yang cerdas. Di usianya yang ke 12 dia kemudian dinikahkan orangtuanya dengan Teuku Ibrahim Lamnga yang merupakan anak dari Uleebalang Lamnga XIII.

Suasana perang yang meggelayuti atmosfir Aceh pecah ketika tanggal 1 April 1873  F.N. Nieuwenhuyzen memaklumatkan perang terhadap kesultanan Aceh. Sejak saat itu gelombang demi gelombang penyerbuan Belanda ke Aceh selalu berhasil dipukul kembali oleh laskar Aceh, dan Tjoet Nyak tentu ada disana. Diantara tebasan rencong, pekik perang wanita perkasa itu dan dentuman meriam, dia juga yang berteriak membakar semangat rakyat Aceh ketika Masjid Raya jatuh dan dibakar tentara Belanda...

“..Rakyatku, sekalian mukmin orang-orang Aceh ! Lihatlah !! Saksikan dengan matamu Masjid kita dibakar !! Tempat Ibadah kita dibinasakan !! Mereka menentang Allah !! Camkanlah itu! Jangan pernah lupakan dan jangan pernah memaafkan para kaphe (kafir) Belanda !!". Perlawanan Aceh tidak hanya dalam kata-kata (Szekely Lulofs, 1951:59).

Perang Aceh adalah cerita keberanian, pengorbanan dan kecintaan terhadap tanah lahir. Begitu juga Tjoet Nyak Dhien. Bersama ayah dan suaminya, setiap hari.. setiap waktu dihabiskan untuk berperang dan berperang melawan kaphe-kaphe Belanda. Tetapi perang juga lah yang mengambil satu-persatu orang yang dicintainya, ayahnya lalu suaminya menyusul gugur dalam pertempuran di Glee Tarom 29 Juni 1870.

Dua tahun kemudian, Tjoet Nyak Dhien menerima pinangan Teuku Umar dengan pertimbangan strategi perang. Belakangan Teuku Umar juga gugur dalam serbuan mendadak yang dilakukan Belanda di Meulaboh, 11 Februari 1899.

Tetapi bagi Tjoet Nyak, perang melawan Belanda bukan hanya milik Teuku Umar, atau Teungku Ibrahim Lamnga suaminya, bukan juga monopoli Teuku Nanta Setia ayahnya, atau para lelaki Aceh. Perang Aceh adalah milik semesta rakyat.. Setidaknya itulah yang ditunjukan Tjoet Nyak, dia tetap mengorganisir serangan-serangan terhadap Belanda.

Bertahun-tahun kemudian, segala energi dan pemikiran putri bangsawan itu hanya dicurahkan kepada perang mengusir penjajah.. Berpindah dari satu tempat persembunyian ke persembunyian yang lain, dari hutan yang satu ke hutan yang lain, kurang makan dan kurangnya perawatan membuat kondisi kesehatannya merosot. Kondisi pasukanpun tak jauh berbeda.

Pasukan itu bertambah lemah hingga ketika pada 16 November 1905 Kaphe Belanda menyerbu ke tempat persembunyiannya.. Tjoet Nyak Dhien dan pasukan kecilnya kalah telak. Dengan usia yang telah menua, rabun dan sakit-sakitan, Tjoet Nyak memang tak bisa berbuat banyak. Rencong pun nyaris tak berguna untuk membela diri. Ya, Tjoet Nyak tertangkap dan dibawa ke Koetaradja (Banda Aceh) dan dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.

Perjuangan Tjoet Nyak Dhien menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing hingga banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita ini. Zentgraaff mengatakan, para wanita lah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan) terhadap Belanda dalam perang besar itu.

Aceh mengenal Grandes Dames (wanita-wanita besar) yang memegang peranan penting dalam berbagai sektor, Jauh sebelum dunia barat berbicara tentang persamaan hak yang bernama emansipasi perempuan.

Tjoet Nyak, "The Queen of Aceh Battle", wanita perkasa, pahlawan yang sebenarnya dari suatu realita jamannya.. berakhir sepi di negeri seberang..

Innalillahi wainnailaihi rojiun...

#bolehngutipdaripagelainlupanama

#hittersceritapahlawan

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=264243094515372&id=100027890497501&set=p.264243094515372

Kisah Shodaqoh Utsman bin Affan

Sumber artikel tercantum diakhir tulisan ini.

Muslim itu harus cerdas, teringat kisah utsman bin affan membeli sumur Yahudi

WAQAF SHADAQAH JARIYAH MILIK UTSMAN BIN AFFAN DI MADINAH

Waqaf ini berupa bangunan hotel yang disewakan..

Apakah Anda tahu kalau sahabat nabi khalifah Utsman bin Affan adalah seorang  pebisnis yang kaya raya, namun mempunyai sifat murah hati dan dermawan. Dan ternyata beliau radhiallahu ‘anhu sampai saat ini memiliki rekening di salah satu bank di Saudi, bahkan rekening dan tagihan listriknya juga masih atas nama beliau.

Bagaimana ceritanya sehingga beliau memiliki hotel atas namanya di dekat Masjid Nabawi..??

Diriwayatkan di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kota Madinah pernah mengalami panceklik hingga kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum muhajirin) sudah terbiasa minum dari air zamzam di Mekah. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, SUMUR RAUMAH namanya. Rasanya pun mirip dengan sumur zam-zam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.

Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang kemudian segera bergerak untuk membebaskan sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya, “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari” demikian Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.

Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa Surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.

“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu” Utsman, melancarkan jurus negosiasinya.

“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.

“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.

Yahudi itupun berfikir cepat,”… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku”. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu.

Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka GRATIS karena hari ini sumur Raumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.

Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.

Kemudian Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu mewakafkan sumur Raumah, sejak itu sumur Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.

Setelah sumur itu diwakafkan untuk kaum muslimin… dan setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga dipelihara oleh Pemerintah Saudi, hingga berjumlah 1550 pohon.

Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke pasar-pasar, setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening khusus milik beliau di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan, di bawah pengawasan Departeman Pertanian.

wakaf sahabat usman

Begitulah seterusnya, hingga uang yang ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang cukup besar di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi.

Bangunan hotel itu sudah pada tahap penyelesaian dan akan disewakan sebagai hotel bintang 5. Diperkirakan omsetnya sekitar RS 50 juta per tahun. Setengahnya untuk anak2 yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi tetap disimpan dan ditabung di bank atas nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.

Subhanallah,… Ternyata berdagang dengan Allah selalu menguntungkan dan tidak akan merugi..

Ini adalah salah satu bentuk sadakah jariyah, yang pahalanya selalu mengalir, walaupun orangnya sudah lama meninggal..

Disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]

Dan disebutkan pada hadits yang lain riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

“Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia”.

Like dan sebarkan, agar manfaat dari informasi ini tidak hanya berhenti pada anda, tapi juga bisa dirasakan oleh orang lain, sekaligus merangkai jaring pahala

Oleh : Ustadz Shalahuddin AR Daeng Nya’la (Diedit dengan penyesuaian bahasa oleh tim KisahMuslim.com)

Read morehttps://kisahmuslim.com/3643-rekening-dan-hotel-dari-waqaf-khalifah-utsman-bin-affan.html

Adapted from:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2230932460302443&id=472062602856113

Selamatkan anak kita

Tulisan ini diambil dari facebook page yang narasumbernya terdapat diakhir tulisan. Harap bijak menyikapinya. Terima kasih.

SELAMATKAN ANAK KITA

“Aa, Abang, Kaka. Masuk kamar!” Suara Ayah tegas dengan nada dan volume cukup tinggi, namun bermimik wajah lembut..

Ada apa gerangan..?

Ayah hampir tidak pernah sekeras ini saat berbicara..

Kami bertiga masuk ke kamar, menuruti perintah Ayah dengan kepala tertunduk..

Peluh masih membasahi sekujur punggung.. kami baru pulang bermain bola di kampung sebelah saat adzan Isya' telah berkumandang..

Memang kami terlalu larut bermain..

Kamar itu sebenarnya sebuah garasi yang disulap menjadi tempat tidur bersama dan ruang serbaguna dengan penerangan lampu seadanya...

Aa bersila diantara aku dan Kaka yang juga ikut bersila..

Kami sering disebut ‘Tiga Serangkai’ oleh tetangga karena selalu bertiga kemana-mana..

Ayah pun bersila di hadapan kami..

Wajahnya mempertontonkan kekecewaan yang semakin membuat kami ciut..

“Kenapa pulang selarut ini?”  Ayah mulai menginterogasi kami..

Aa sebagai kakak lelaki pertama memposisikan diri sebagai juru bicara, dan mulai berkilah panjang tentang alasan kenapa pulang larut malam..

Mulai dari sendal Kaka yang hilang sebelah karena dijahili anak kampung sebelah hingga diajak main Playstation setelah main bola oleh Dodi, tetangga sekaligus teman karib kami bertiga..

“Sudah sholat maghrib?”

Sebuah pertanyaan yang mencekat..

Aa diam membeku..

Apalagi aku..

Apalagi Kaka yang paling muda..

Kami betul-betul lupa waktu saat itu..

Hanya menundukkan kepala yang bisa kami lakukan. Mungkin karena ini wajah ayah begitu kecewa...

“Bu, tolong matikan lampu”, suara Ayah lembut kepada Ibu..

Ibu yang semenjak awal ternyata mendengarkan di balik pintu kemudian masuk dan mematikan lampu lalu duduk di samping Ayah..

Kamar seketika gelap gulita...

“Apa yang bisa kamu lihat sekarang?”

Hening...

“Semua gelap, Lihat sekeliling kamu, hanya ada hitam. Tapi ulurkan tanganmu ke kanan dan ke kiri. Kamu akan merasakan genggaman tangan saudaramu dan Ayah Ibu.”

Kami saling menggenggam...

“Tapi tidak lagi saat nanti di alam kubur. Karena kamu akan sendirian dalam kegelapan. Tidak ada saudaramu. Tidak ada Ayah Ibu. Hanya sendiri. Sendiri dalam kegelapan dan kesunyian.”

Aku tercekat...

Semua terdiam...

Genggaman tangan di kanan kiriku mengerat..

Lalu terdengar suara korek api kayu dinyalakan, sesaat tergambar wajah Ayah, Ibu, Aa, dan Kaka akibat kilatan cahaya api pada korek yang dinyalakan Ayah..

Semua berwajah sendu..

Korek itu membakar sebuah benda yang menghasilkan bara berbau menyengat. Bau obat nyamuk...

“Siapa yang berani menyentuh bara ini?”  Suara Ayah masih mendominasi..

Semua diam...

Masih diam...

“Ini hanya bara. Bukan api neraka yang panasnya jutaan kali lipat api dunia. Maka masihkah kita berani meninggalkan shaolat...?? Sholat yang akan menyelamatkan kita dari gelapnya alam kubur dan api neraka.”

Terdengar suara isak tangis perempuan..

Itu Ibu...

Genggaman kami semua semakin menguat..

“Tolong Ayah. Tolong Ibu. Ayah Ibu akan terbakar api neraka jika membiarkan kamu lalai dalam sholat. Aa, usiamu 14 tahun, paling dewasa di antara semua lelaki. Abang, 12 tahun. Kaka, 10 tahun. Bahkan Rasul memerintahkan untuk memukul jika meninggalkan sholat di usia 10 tahun. Apa Ayah perlu memukul kamu?”

Suara isak tangis mulai terdengar dari hidung kami bertiga...

Takut..

Itu yang kurasakan..

Kami semua saling mendekat..

Mendekap, bukan lagi menggenggam...

“Berjanjilah untuk tidak lagi meninggalkan sholat. Apapun keadaannya. Sekarang kita sholat Isya' berjamaah. Dan kamu bertiga mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

***

#bahasaOtak

#BahasaOrangtuaKeAnak

Anak anda mulai berumur 7 tahun...??

Pelajaran Orangtua cara mendidik anak dengan kasih-sayang namun tegas...

Ilustrasi 'cerita' diatas akan menguatkan semangat kita untuk mengikis habis yg menjadi penghambat/ujian dalam menjaga fitrah keimanan nya.

Ajari mereka sedini mungkin, jangan jadikan mereka seperti kebanyakan dari kita yang lalai dalam memulai dan menyadarinya bahkan ada yang sudah terlambat untuk memulainya.....

Semoga bermanfaat ..🙏 🙏

#Copas

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2111106972338080&id=100003163920880

Selasa, 05 Mei 2020

Jadilah matre sesuai aturan

Tapi dibilang semua hanya kebetulan, gue juga punya dua orang teman yang nasibnya sama dengan gue. Hanya beda alur cerita. OK, gue ceritain kisah gue dulu sambil pelan-pelan beralih ke kisah temen gue. Sorry kalo kalimatnya gak terlalu formal seperti cerpen-cerpen fiksi yang plotnya mengalir sempurna dengan bahasa yang baik dan benar. Karna ini hanya unek-unek gue yang gue curahkan ke dalam tulisan.

Berawal dari gue yang dilahirkan dikeluarga sederhana. Ingat ya, keluarga sederhana itu tidak sama dengan miskin atau susah. Entah sejak kapan, kalau kita mendengar kalimat "dari keluarga sederhana", orang akan berpikiran itu artinya hidup susah. Padahal gak gitu lho.

Bokap gue sanggup nyekolahin gue sampai ke jenjang universitas. Tapi untuk hang out ke mall, nongkrong di cafe sama temen-temen, belanja barang branded, itu bukanlah kehidupan keluarga sederhana. So, that's the point. Keluarga sederhana is keluarga yang masih dalam kategori bisa hidup layak hanya saja untuk memenuhi keinginan diluar kebutuhan itu butuh mikir ratusan kali.

Back to my past. Gue kenal ni laki dari jaman kita SMA, dia bahkan temen sekolah gue dulu. Kita namakan saja dia Reno. Sorry ya saat nulis ini bayangan gue ke reno barack yang abis nikahin syahrini tanpa pacaran. Mungkin gue harus seperti syahrini untuk mendapatkan seorang reno barack. Tapi apalah gue. Hanya remahan rempeyek ditengah-tengah rengginang utuh yang belum dipecah-pecah.

Ok, balik ke Reno. Reno adalah laki-laki super duper biasa. Mukanya biasa, hidupnya biasa, nilainya biasa. Semuanya biasa. Tapi itu sesuatu yang membuat gue jadi biasa melihat dia hidup biasa. Halaaah apaan sih ni tulisan. Mulai ngaco.

Kita pacaran saat dibangku kelas 3 SMA. Singkat cerita kita lulus dong. Meski dia juga orang biasa dari keluarga sederhana seperti gue, tapi keinginan keluarganya besar banget untuk nguliahin dia di universitas ternama. Jadilah dia berada di sana. Sedangkan gue melanjutkan hidup gue dengan bekerja siang dan malam membanting tulang demi membeli beras. Halal lebay. Gak gitu ding.

Jadi gue kuliah sambil kerja. Karna meski keluarga sederhana gue ini sanggup nguliahin gue, tetep aja gue harus tau diri buat bisa menghasilkan pundi-pundi demi membantu keberlangsungan hidup gue sendiri. Gue jelasin dulu. Gue kerja bukan karna tuntutan keluarga gue yang butuh biaya lebih. Penghasilan gue murni untuk diri gue sendiri, meski sesekali gue ngasih orangtua sih beberapa. Walaupun sebetulnya orangtua gue masih sanggup hidup diatas garis kemiskinan. Nah lho, ini gimana ceritanya yah. Maksud gue seperti yang diawal tadi gue bilang. Keluarga sederhana itu bukan berarti miskin.

Jadi orangtua gue masih sanggup nguliahin gue tapi gue pingin bisa gaul kaya temen-temen gue. Ke mall, nonton, ke caffe, belanja, sedangkan uang untuk pergaulan gue itu rasanya sangat tidak tau diri kalo gue minta sama bokap. Itulah mengapa gue kuliah sambil kerja.

Gue dan Reno sama-sama kuliah dipagi hari, sorenya gue jaga mini market. Seperti mahasiswa sederhana pada umumnya. Reno tidak selalu punya uang untuk kehidupannya. Untuk minta ke orangtuanya sih gak masalah, pasti dikasih kalo untuk kebutuhan kuliah dong.

Tapi sebagai pacar yang peka, gue sering banget bantu dia bayar ini itu. Seperti beli buku, foto copy jurnal, dan lain-lain deh. Meski ga semua kebutuhannya gue yang kasih sih, terlalu lebay kalo gue bilang gue ngidupin dia. Ya gak sampe segitunyalah. Intinya kita berbagi kadang dia juga bantu gue bayar kosan saat gue belum gajian atau orangtua gue belum ngirim. Jadi kita sama-sama dari susah banget kaya gini.

Gak terasa waktu terus berjalan dan sudah mulai masuk semester akhir. Kita sama-sama sibuk ngurus skripsi, sidang, dan segala jenisnya. Gue sih mikir positif. Kalo perubahan sikap Reno belakangan ini, hanya karna kita berdua lagi sama-sama tertekan dengan skripsi yang masih harus diselesaikan. Gue masih santai meski dia sering banget marah bahkan ngebentak gue.

Udah gak sungkan lagi nolak permintaan gue untuk jemput gue kerja atau dikampus atau untuk ketemuan dengan alasan dia lagi jalan sama temen-temennya. Awalnya gue shock sih. Tumben-tumbennya dia lebih milih temen-temennya dibanding gue. Tapi lama-lama karna dia udah biasa begitu, ya udah jadi biasa aja.

Gue sempet curiga dan pernah coba buntutin dia. Tapi ternyata apa yang dia bilang ya bener. Dia emang jalan sama temen-temennya aja. Yaah pokonya dia makin aneh. Sampai pada akhirnya dia lulus dan kemudian dapet kerja diperusahaan besar dengan gaji yang orang-orang pasti iri. Disinilah akhirnya gue mulai paham kenapa akhir-akhir ini dia mulai berubah.

Akhirnya dia minta putus. Ooh OK, gue mencoba berbesar hati. Karna gue bukan type cewe cengeng yang bakalan nangis kejer diputusin cowok. Ya sudahlah mungkin kita emang gak cocok. Waktu itu alasan dia mutusin gue karna katanya dia udah lumayan sibuk banget sama urusan kerjanya yang hampir selalu pulang malem. Daripada kita jarang ketemu dan lama-lama makin ga nyambung ya udah kita udahin aja. Begitu katanya hari itu.

Tapi, dua hari kemudian gue denger dari temen gue yang satu kampus sama dia dulu. Ternyata dia udah jadian sama perempuan lain yang adalah temen SMA kita dulu. Kita namakan saja dia mawar. Jadi si mawar ini adalah anak konglomerat dari jaman dia lahir. Saat kita SMA, mana ada laki-laki yang gak jatuh hati sama dirinya. Dia kaya, cantik kebangetan, modis bagai model, meski otak cuma setengah. Tapi penampilan bisa menutupi kekosongan otak lo.

Yang gue gak sangka, ternyata laki gue ini. Sorry, mantan gue ini dulu juga salah satu dari semua laki-laki yang demen banget sama ni makhluk perempuan konglomerat. Gue gak nyangka karna dulu jaman sekolah tuh dia gak ada sama sekali tanda-tanda tertarik sama ni perempuan. Rupanya, dia cuma pinter nyembunyiin perasaan. Pada dasarnya dia sama aja sama laki-laki lainnya. Demen juga sama yang model begitu.

Tapi apa boleh buat. Kasta yang membuat dia mengurungkan niatnya jatuh cinta sama perempuan sekelas mawar. Tapi sekarang. Dia udah berani show up dong secara dia udah sukses gitu kan. Gimana mungkin dia bisa menahan untuk gak menunjukkan dirinya didepan perempuan konglomerat itu dengan segala yang udah dia raih.

Jabatan, gaji besar, kendaraan roda empat, dan barang branded yang nempel dibadannya. Jadi selama ini gue cuma temen susahnya aja. Dikala dia sukses dia langsung mengejar cintanya yang dulu terpendam karna beda kasta. Jadi bisa dipastikan. Dia berjuang hidup sukses demi mengejar perempuan itu. Bukan demi masa depan yang pernah dia janjikan dulu waktu kita masih pacaran dan hidup susah dari nol.

Temen gue beda cerita lagi. Dia udah nikah. Waktu itu sih dia sama pasangannya hidup lebih susah dari keluarga sederhana gue. Tapi temen gue ini setia ngedampingin lakinya. Ngelayanin lakinya sepenuh hati dan jiwa raga yang dia punya. Dia harus hidup irit demi bisa anak dan lakinya makan enak. Disaat temen-temen lain pakai perhiasan, dia bahkan sehari-hari cuma bisa pake daster.

Tapi dia tetap tegar. Tetap mensupport lakinya untuk berjuang demi keluarga mereka. Bahkan dia terkadang harus menanggung malu meminjam uang ke orangtuanya demi keluarga kecilnya. Sampai suatu hari tiba-tiba lakinya dapet kerjaan enak dong. Gaji lebih tinggi dari sebelumnya, perlahan tapi pasti kehidupannya mulai membaik.

Prahara rumah tangga dimulai ketika si laki udah sanggup ngebeli mobil dan pindah dari rumah kontrakan ke rumah yang dia beli. Luar biasa kan. Kalo orang waras akan berpikir itu adalah hasil dari mereka berdua. Perjuangan seimbang antara ikhtiar suami dan doa istri.

Tapi rupa-rupanya, si laki gak tau diri. Saat sedang merintis karir dia udah mulai main mata sama lawan jenis di luar rumah. Awalnya sembunyi-sembunyi, begitu harta berlimpah dia udah ga peduli lagi hati istrinya.

Tanpa perasaan dia berujar "Kalo kamu gak suka sama dia, gapapa kamu tinggalin saya aja. Kalo kamu mau kita cerai karna ga bisa terima dia. Saya gak akan memaksa mempertahankan rumah tangga kita." ANJ*** gak tuh laki.

Gue gak tau nasib temen gue itu sekarang. Apakah dia jadi pisah sama lakinya, atau dia tetap bertahan dimadu karna setau gue dia ga punya penghasilan untuk hidupin dirinya dan anaknya. Nanti gue update ceritanya begitu udah dapet kabar dari temen gue yang idupnya tragis banget ini. Lebih tragis karna dia udah nikah sedangkan gue belum. Artinya gue lebih beruntung.

Tolong gak usah komen yang gak enak tentang kisah hidup gue. Gue tau koq pacaran itu dosa, tapi itu kan masa lalu gue. Sekarang sih pinginnya taarufan aja. Tapi tetep harus yang udah mapan. Karna gue udah gak mau lagi dampingin laki dari nol. Sorry ya bagi gue sekarang jadilah matre pada waktu yang tepat.

Saran gue buat semua perempuan sebagai perempuan yang udah ngerasain pengalaman pahit duluan, ada beberapa nih:

Satu, Jangan maulah nemenin laki dari nol. Cari aja yang udah mapan. Kalo dikatain matre, hadapi aja dengan tegar dan penuh keyakinan. Katakan bahwa matre dengan setia itu akan beriringan jalannya.

Dua, buat yang udah nikah, jangan mau idup terlalu ngalah dikala susah. Sesekali harus manjain diri juga. Misal, saat laki lu gajian, meski lu harus ngirit, minimal ada beberapa uang yang harus lu beliin perawatan diri atau makeup. Jangan sampe pas laki lu kaya. Muka sama badan lu gak stabil. Alias mirip babu dirumah majikan. Alhasil laki lu akan cari yang terlihat seperti nyonya di rumah.

Tiga, buat lu perempuan-perempuan syar'i yang inginnya dipinang dengan Bissmillah, tetep tanyakan sama calon lu, apa pekerjaan mereka. Kalo masih susah, mending mikir-mikir lagi.

Sorry sorry to say ya. Ini sih pendapat gue. Seperti yang gue bilang tadi, mungkin gak semua laki seperti laki-laki yang gue temuin ini. Mungkin juga nasib gue sama temen gue aja yang sial. Bisa jadi lu gak sesial kita. So, silahkan yang mau tetep berjuang dari nol sama-sama.

Sekian dulu cerita gue. Intinya, ini kisah gue. Kalo mau komen yang menjudge atau nyakitin ati, jangan dimari. Karna gue cuma mau curhat bukan mau dicurhatin. Semoga cerita gue bisa lu petik hikmah baiknya dan buang hal-hal buruknya. Sekian.

TAMAT

Oleh, Upay

Dari curhatan sahabat

Semoga bisa dipetik hikmahnya. Aamiin.

Sabtu, 02 Mei 2020

Berdialog dengan Allah

Memahami bacaan tahiyat dalam sholat. Berikut ini dikisahkan tentang dialog Allah dengan Nabi. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari setiap cerita. Aamiin....

"BACAAN ATTAHIYYAT ADALAH DIALOG ANTARA RASULULLAH SAW. DENGAN ALLAH SWT"    di Sidratul Muntaha ketika terjadi peristiwa Isra Mi'raj.

*1. Seandainya kita mengetahui bahwa

sebagian dari bacaan shalat itu adalah

dialog antara Rasulullah SAW dengan Allah

Azza wajalla, tentu kita tidak akan

terburu-buru melakukannya...

* Allahu Akbar, ternyata bacaan shalat itu dapat

membuat kita seperti berada di syurga...

* Mari kita camkan dan renungkan kisah

berikut ini, tentu akan berlinang air mata kita,

masya Allah...*

*2. Singkat cerita, pada malam itu Jibril As. mengantarkan Rasulullah Saw naik ke Sidratul Muntaha. Namun karena Jibril As tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha, maka Jibril As pun mengatakan kepada Rasulullah SAW untuk melanjutkan perjalanannya sendiri tanpa dirinya...

*3. Rasulullah Saw melanjutkan perjalanan perlahan sambil terkagum-kagum melihat indahnya istana Allah Swt hingga tiba di Arsy...

* Setelah sekian lama menjadi seorang Rasul, inilah pertama kalinya Nabi Muhammad Saw

berhadapan dan berbincang secara langsung dengan Allah Azza wa Jalla...

* Bayangkanlah betapa indah dan luar biasa dahsyatnya moment ini, Masya Allah..*

*4. Percakapan antara Nabi Muhammad Rasulullah Saw dengan Allah Subhanahu Wata'ala

*(1). Rasulullah Saw-pun mendekat dan memberi salam penghormatan kepada Allah Swt :

* Attahiyyatul mubarokaatush shalawatuth

thayyibaatulillah*= Semua ucapan

penghormatan, pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah".

*(2). Kemudian Allah Swt menjawab sapaannya

* Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu

warahmatullahi wa barakaatuh

* Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah

untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya".

*(3). Mendapatkan jawaban seperti ini,

Rasulullah Saw tidak merasa jumawa atau

berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya, ini yang membuat kita

sangat terharu.

* Beliau menjawab dengan ucapan :*

* Assalaamu 'alaina wa 'alaa 'ibadillahish

shalihiin"*= *Semoga perlindungan dan

pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih"

* Bacalah percakapan mulia itu sekali lagi, itu adalah percakapan Sang Khaliq dan

hamba-NYA, Sang Pencipta dan ciptaan-NYA

dan beliau saling menghormati satu sama lain, menghargai satu sama lain, dan lihat

Betapa Rasulullah Saw mencintai kita

umatnya, bahkan beliau tidak lupa dengan kita ketika beliau di hadapan Allah Swt..."

* (4). Melihat peristiwa ini, para Malaikat yang

menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan terkagum-kagum betapa Rahman dan Rahimnya Allah Swt, betapa mulianya Nabi Muhammad Saw...

*Kemudian para Malaikat-pun mengucap dengan penuh keyakinan :

*Asyhadu Allaa ilaaha illallah, wa asy hadu

anna Muhammadan abduhu wa Rasuluhu* = *Kami

bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba Allah dan Rasul Allah".*

*5. Jadilah rangkaian percakapan dalam

peristiwa ini menjadi suatu bacaan dalam shalat yaitu pada posisi Tahiyat Awal dan Akhir, yang kita ikuti dengan shalawat kepada Nabi sebagai sanjungan seorang individu yang menyayangi  umatnya.

* Mungkin sebelumnya kita tidak terpikirkan  arti dan makna kalimat dalam bacaan ini.*

* Semoga dengan penjelasan singkat ini kita dapat lebih meresapi makna shalat kita.

Sehingga kita dapat merasakan getaran yang

dirasakan oleh para Malaikat disaat peristiwa itu...

* Semoga bermanfaat untuk menambah

kekhusyu'an shalat kita. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.*

6. Pesan :

*Jangan pernah tinggalkan shalat karena didalam kubur banyak jutaan manusia yang

minta dihidupkan kembali hanya untuk

beribadah kepada Allah Swt

*Sesibuk apapun kita jangan pernah

tinggalkan shalat*

Sumber : Kitab Qissotul Mi'raj.

Randi

Randi namanya (bukan nama sebenarnya). Umurnya tahun ini genap 8 tahun. Dengan segala keterbatasannya, Ia hidup dengan menanggung beban lahir dan batin. Ya, dia menjadi yatim piatu setelah kurang lebih satu bulan lalu Ibundanya berpulang. Semasa hidup, Ibunya bahkan kurang memperhatikannya. Itu sepenglihatanku. Banyak orang bilang jika Almarhumah memiliki gangguan kejiwaan semenjak ditinggal pergi suaminya entah ke mana. Itu kudengar dari obrolan para tetangga. Aku yang kurang bersosialisasi alias kurang nongkrong di lingkungan sekitar, tentu saja tak tahu pasti kebenarannya.

Terlebih saat itu Almarhumah masih tinggal di gang sebelah. Belum bertetangga dekat dengan rumahku. Namun setelah Almarhumah dan Randi pindah ke rumah di depan rumahku, aku merasakan bahwa dia sosok yang sulit diajak bicara. Bukan tidak waras, hanya saja kurang nyambung dengan maksud yang kita sampaikan.

Bahkan tak semua kalimatnya mampu kumengerti dengan baik. Dari situ aku mulai paham yang digunjingkan orang-orang. Sebetulnya dia bukan mengalami gangguan seperti gosip yang beredar. Menurutku, itu adalah refleksi dirinya ketika mengalami tekanan yang teramat dahsyatnya saat Ia mengandung Randi dahulu. Beban hidup menanggung kehamilan yang tidak diinginkan, dimana ternyata kekasihnya saat itu tak mau bertanggung jawab, ditambah lagi cacian dan gunjingan orang-orang yang dia terima, spontan membuat mentalnya seketika jatuh ke dasar jurang yang bahkan kita tidak tahu seberapa dalam jurang itu.

Lagi-lagi kudengar dari tetangga, katanya dahulu kekasih yang membuatnya mengandung Randi adalah laki-laki berstatus suami orang. Parahnya, Ia tak rela meninggalkan keluarganya demi mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Almarhumah. Ia lebih memilih lari meninggalkannya dengan anak yang sedang dikandung Almarhumah yang jelas darah dagingnya. Aku sangat paham ini sulit baginya.

Dan aku sama sekali tidak ingin menghakimi kesalahan Almarhumah atas apa yang diperbuatnya sehingga membuat dirinya menanggung beban hamil tanpa suami. Karna bisa saja itu terjadi padaku. Tapi Allah Maha mengetahui siapa saja manusia yang sanggup menerima cobaannya. Mungkin aku tak akan sanggup diberi cobaan demikian. Hingga Allah ingin aku belajar dari kisah hidup orang lain sehingga Dia mengirimkan Almarhumah dan anaknya ke depan rumahku. Dihadapkan langsung dengan kisah hidupnya, mana mungkin aku masih tak mensyukuri segala yang sudah Allah anugrahkan kepadaku.

Randi oh Randi, betapa malangnya dirimu nak. Kini kau hidup tanpa Ayah dan Ibu. Meski ada kakek serta tante dan om. Pasti rasanya akan jauh berbeda jika bersama dengan kedua orangtua kandung. Aku tak habis pikir bagaimana kau menjalani hidupmu yang demikian.

saat ini, diumurnya yang sudh 8 tahun, Randi masih sulit bicara. Bukan tidak bisa bicara, melainkan kurang lancar pelafalan kata perkata atau kalimat yang Randi ucapkan. Membuat kami yang mendengar kurang paham apa maksud ucapannya. Bahkan Ia tidak sekolah. Kudengar, dulu Ia sempat disekolahkan oleh kakeknya. Tapi tak berapa lama, pihak sekolah memutuskan mengembalikan Randi pada walinya dengan alasan Randi tak mampu jika harus mengejar ketrtinggalan di sekolah biasa.

Selanjutnya yang terjadi adalah Randi tidak sekolah lagi. Sampai detik aku menulis ini, aku masih sering memperhatikan keseharian Randi yang sering sekali di luar rumah. Bermain sendirian karna anak-anak lain termasuk anakku enggan bermain dengannya. Bukan karna kekurangannya. Tapi menurut anak-anak di lingkunganku, Randi itu nakal. Sering memukul, melempar sampah ke teman-temannya atau bahkan meludahi mereka.

Pernah aku menegur anak bungsuku agar mau bermain dengannya. Tapi setelah itu, yang terjadi adalah anakku yang masih berumur 6 tahun, pulang dengan raut wajah kesal. Kemudian seperti ingin menangis. Kutanya ada apa. Dia hanya cemberut.

Setelah kubujuk, akhirnya mau juga Ia menceritakan yang terjadi. Rupanya saat bermain dengan Randi, Ia meludahi wajahnya. Ingin membalas namun Ia ingat wejanganku. Kukatakan padanya untuk pergi saja jika dia mencari masalah. karna Ia anak yang berbeda denganmu.

Jadilah Ia hanya menyimpan kesal dan amarahnya sampai di rumah. Sejak itu, anakku tak mau lagi bermain dengannya. Akupun tak bisa marah pada Randi, hanya bisa mencoba menegurnya dengan pelan. Namun aku tahu Randi tak mengerti satupun ucapanku.

Sampai detik ini, Randi masih dengan kondisi yang sama. Hidup tanpa Ayah dan Ibu juga tanpa pendidikan. Om tante yang mengurusnya sudah cukup sibuk dengan keseharian merek mengurus anak-anaknya sendiri. Jika ditambah dengan kehadiran Randi yang begitu banyak menguras waktu dan tenaga karna kondisinya, tentu saja terkadang mereka tak sanggup.

Akupun tak bisa menyalahkan keadaan meraka.Yaah semoga saja Randi kecil bisa tumbuh kian membaik seiring berjalannya waktu. kuharap, Ia menjadi pribadi yang lebih baik ditangan om dan tantenya ketimbang dengan Almarhum Ibundanya dahulu.

Karna kalau kuperhatikan, Randi lebih bisa terbuka dan lebih bisa mendengarkan orang lain setelah kepergian Ibunya. Ia berada di lingkungan yang menurutku lebih baik dari saat bersama Ibunya. Mungkin karna kondisi Ibunya yang juga sama dengannya waktu itu.

Cerita yang kutuliskan ini memang tidak akan ada endingnya. Karna Randi masih terus tumbuh seiring waktu berjalan. Kita doakan saja, anak yatim piatu ini bisa menjadi jalan amalan terbaik bagi orang-orang di sekelilingnya termasuk aku. Aamiin......

April Mop (Non Fiksi)

Sumber tertulis pada akhir artikel.

ISABELLA SANG PEMBUNUH MASAL

Tahukah Anda bahwa “Jagal Wanita yang ada pada lukisan”

Dialah orang yang membongkar kuburan Kaum Muslimin kemudian dia gambar salib pada bagian dada dan wajah jenazah kuburan tersebut setelah jatuhnya kota Granada.

⁦Dia juga yang mendirikan inkuisisi Spanyol dan ia memaksa kaum Muslimin untuk memeluk Kristen atau dibunuh (jika menolak)

Dialah Isabella : Ratu Kastila.

.

Anehnya Eropa mau memproduksi dan menggambarkan bahwa dia adalah seorang Ratu Adil dan mencintai masyarakatnya (tanpa membedakan ras).

.

Lebih parahnya lagi film ini disiarkan juga oleh chanel Muslim

ﻫﻞ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﻥ “ ﺍﻟﺴﻔﺎﺣﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺑﺎﻟﺼﻮﺭﺓ ”

ﻫﻲ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻨﺒﺶ ﻗﺒﻮﺭ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻭﺗﺮﺳﻢ ﺍﻟﺼﻠﻴﺐ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻭﺭﻫﻢ ﻭﻭﺟﻮﻫﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺳﻘﻮﻁ ﻏﺮﻧﺎﻃﺔ؟

ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺘﻲ ﺃﻣﺮﺕ ﺑﺈﻧﺸﺎﺀ ﻣﺤﺎﻛﻢ ﺍﻟﺘﻔﺘﻴﺶ ﺍﻹﺳﺒﺎﻧﻴﺔ ﻭﻛﺎﻧﺖ ﺗﺠﺒﺮ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻷﻧﺪﻟﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻋﺘﻨﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻴﺤﻴﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﻘﺘﻞ .

‏( ﺇﻳﺰﺍﺑﻴﻼ : ﻣﻠﻜﺔ ﻗﺸﺘﺎﻟﺔ )

ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻌﺠﻴﺐ ﺃﻥ ﺍﻷﻭﺭﻭﺑﻴﻴﻦ ﻗﺎﻣﻮﺍ ﺑﺈﻧﺘﺎﺝ ﻓﻴﻠﻢ ﻳﻈﻬﺮﻫﺎ ﺑﻬﻴﺌﺔ ﺍﻟﻌﺎﺩﻟﺔ ﻭﺍﻟﺘﻲ ﺗﺤﺐ ﺷﻌﺒﻬﺎ ﻭﺗﺒﺜﻪ ﻗﻨﻮﺍﺕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ .

Via Fb Tegar Alfianto

.

April Mop, Fakta Sejarah Kekejaman Tentara Salib Membantai Ribuan Muslim Spanyol

Ilustrasi Pembantain Muslim Spanyol oleh Tentara Salib.

.

Islamedia – April Mop merupakan budaya Barat yang dikenal dengan The April’s Fool Day. Pada 1 April itu, orang boleh dan sah-sah saja menipu teman, orang tua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya sang target, jika sudah sadar kena April Mop, maka dirinya juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan, dengan mengatakan, “April Mop!”.

.

Namun banyak umat Islam yang ikut-ikutan merayakan April Mop ini tidak mengetahui, bahwa April Mop, atau The April’s Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.

.

Saat itu terjadi pembantaian ribuan umat Islam di Granada Spanyol di depan pelabuhan. Dengan tipuan akan diberangkatkan ke keluar Andalusia dengan kapal-kapal yang disediakan oleh Ratu Isabella, Muslim Andalusia malah dikonsentrasikan dan dengan mudah dibantai habis dalam waktu sangat singkat oleh ratusan pasukan salib yang mengelilingi dari segala penjuru.

.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara salib segera membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Mereka kebanyakan terdiri atas para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.

.

Bagi umat kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.

.

Itulah akhir dari kejayaan Islam di Andalusia. Sebuah peradaban Islam yang dimulai dari perjuangan Tariq Bin Ziyad pada tahun 711 M dan berakhir pada 1487 M. Selama tujuh abad lebih peradaban ini telah menyumbangkan kepada dunia, kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad.

.

Namun ada sebuah kisah yang sangat memilukan. Pada 2 Januari 1492, kardinal Devider memasang salib di atas Istana Hamra; istana kerajaan Nashiriyah di Spanyol. Tujuannya sebagai bentuk proklamasi atas berakhirnya pemerintahan Islam di Spanyol.

Kaum Muslimin dilarang menganut Islam, dan dipaksa untuk murtad. Begitu juga mereka tidak boleh menggunakan bahasa Arab, siapa yang menentang perintah itu akan dibakar hidup hidup setelah disiksa dengan berbagai cara. Gereja di masa pemerintahan monarki Raja Ferdianand dan Isabella membuat Dewan Mahkamah Luar Biasa atau yang dikenal dengan Lembaga Inkuisi sebuah lembaga peradilan yang bertugas untuk menghabisi siapa saja orang-orang di luar Katholik. Lembaga ini kemudian bermetamorfosa menjadi Opus Dei.

.

Empat abad setelah jatuhnya Islam di Spanyol, Napoleon Bonaparte pada 1808 mengeluarkan instruksi untuk menghapuskan Dewan Mahkamah Luar Biasa tersebut. Dan di sinilah kisah ini berawal. Ditulis oleh Syaikh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya At Ta’asub Wat Tasamuh (hal 311-318).

Tentara Prancis menemukan tempat sidang Dewan Mahkamah Luar Biasa itu di sebuah ruang rahasia di dalam gereja. Di sana ada alat alat penyiksaan seperti alat pematah tulang dan alat pengoyak badan. Alat ini untuk membelah tubuh manusia. Ditemukan pula satu peti sebesar kepala manusia. Di situlah diletakkan kepala orang yang hendak disiksa. Satu lagi alat penyiksaan ialah satu kotak yang dipasang mata pisau yang tajam. Mereka campakkan orang orang muda ke dalam kotak ini, bila dihempaskan pintu maka terkoyaklah badan yang disiksa tersebut.

.

Di samping itu ada mata kail yang menusuk lidah dan tersentak keluar, dan ada pula yang disangkutkan ke payudara wanita, lalu ditarik dengan kuat sehingga payudara tersebut terkoyak dan putus karena tajamnya benda benda tersebut. Nasib wanita dalam siksaan ini sama saja dengan nasib laki laki, mereka ditelanjangi dan tak terhindar dari siksaan.

Inilah jawaban untuk kita, mengapa saat ini, kita tidak menemukan bekas-bekas peradaban Islam yang masih hidup di Spanyol. Seolah-olah tersapu bersih, sebersih-bersihnya. Inilah balasan Barat terhadap Muslim.

.

Hj. Irena Handono

Blog : Kajian Irena Handono

islamedia.id – Jumat, 1 April 2016

(nahimunkar.org)