Tampilkan postingan dengan label Randi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Randi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Mei 2020

Randi

Randi namanya (bukan nama sebenarnya). Umurnya tahun ini genap 8 tahun. Dengan segala keterbatasannya, Ia hidup dengan menanggung beban lahir dan batin. Ya, dia menjadi yatim piatu setelah kurang lebih satu bulan lalu Ibundanya berpulang. Semasa hidup, Ibunya bahkan kurang memperhatikannya. Itu sepenglihatanku. Banyak orang bilang jika Almarhumah memiliki gangguan kejiwaan semenjak ditinggal pergi suaminya entah ke mana. Itu kudengar dari obrolan para tetangga. Aku yang kurang bersosialisasi alias kurang nongkrong di lingkungan sekitar, tentu saja tak tahu pasti kebenarannya.

Terlebih saat itu Almarhumah masih tinggal di gang sebelah. Belum bertetangga dekat dengan rumahku. Namun setelah Almarhumah dan Randi pindah ke rumah di depan rumahku, aku merasakan bahwa dia sosok yang sulit diajak bicara. Bukan tidak waras, hanya saja kurang nyambung dengan maksud yang kita sampaikan.

Bahkan tak semua kalimatnya mampu kumengerti dengan baik. Dari situ aku mulai paham yang digunjingkan orang-orang. Sebetulnya dia bukan mengalami gangguan seperti gosip yang beredar. Menurutku, itu adalah refleksi dirinya ketika mengalami tekanan yang teramat dahsyatnya saat Ia mengandung Randi dahulu. Beban hidup menanggung kehamilan yang tidak diinginkan, dimana ternyata kekasihnya saat itu tak mau bertanggung jawab, ditambah lagi cacian dan gunjingan orang-orang yang dia terima, spontan membuat mentalnya seketika jatuh ke dasar jurang yang bahkan kita tidak tahu seberapa dalam jurang itu.

Lagi-lagi kudengar dari tetangga, katanya dahulu kekasih yang membuatnya mengandung Randi adalah laki-laki berstatus suami orang. Parahnya, Ia tak rela meninggalkan keluarganya demi mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Almarhumah. Ia lebih memilih lari meninggalkannya dengan anak yang sedang dikandung Almarhumah yang jelas darah dagingnya. Aku sangat paham ini sulit baginya.

Dan aku sama sekali tidak ingin menghakimi kesalahan Almarhumah atas apa yang diperbuatnya sehingga membuat dirinya menanggung beban hamil tanpa suami. Karna bisa saja itu terjadi padaku. Tapi Allah Maha mengetahui siapa saja manusia yang sanggup menerima cobaannya. Mungkin aku tak akan sanggup diberi cobaan demikian. Hingga Allah ingin aku belajar dari kisah hidup orang lain sehingga Dia mengirimkan Almarhumah dan anaknya ke depan rumahku. Dihadapkan langsung dengan kisah hidupnya, mana mungkin aku masih tak mensyukuri segala yang sudah Allah anugrahkan kepadaku.

Randi oh Randi, betapa malangnya dirimu nak. Kini kau hidup tanpa Ayah dan Ibu. Meski ada kakek serta tante dan om. Pasti rasanya akan jauh berbeda jika bersama dengan kedua orangtua kandung. Aku tak habis pikir bagaimana kau menjalani hidupmu yang demikian.

saat ini, diumurnya yang sudh 8 tahun, Randi masih sulit bicara. Bukan tidak bisa bicara, melainkan kurang lancar pelafalan kata perkata atau kalimat yang Randi ucapkan. Membuat kami yang mendengar kurang paham apa maksud ucapannya. Bahkan Ia tidak sekolah. Kudengar, dulu Ia sempat disekolahkan oleh kakeknya. Tapi tak berapa lama, pihak sekolah memutuskan mengembalikan Randi pada walinya dengan alasan Randi tak mampu jika harus mengejar ketrtinggalan di sekolah biasa.

Selanjutnya yang terjadi adalah Randi tidak sekolah lagi. Sampai detik aku menulis ini, aku masih sering memperhatikan keseharian Randi yang sering sekali di luar rumah. Bermain sendirian karna anak-anak lain termasuk anakku enggan bermain dengannya. Bukan karna kekurangannya. Tapi menurut anak-anak di lingkunganku, Randi itu nakal. Sering memukul, melempar sampah ke teman-temannya atau bahkan meludahi mereka.

Pernah aku menegur anak bungsuku agar mau bermain dengannya. Tapi setelah itu, yang terjadi adalah anakku yang masih berumur 6 tahun, pulang dengan raut wajah kesal. Kemudian seperti ingin menangis. Kutanya ada apa. Dia hanya cemberut.

Setelah kubujuk, akhirnya mau juga Ia menceritakan yang terjadi. Rupanya saat bermain dengan Randi, Ia meludahi wajahnya. Ingin membalas namun Ia ingat wejanganku. Kukatakan padanya untuk pergi saja jika dia mencari masalah. karna Ia anak yang berbeda denganmu.

Jadilah Ia hanya menyimpan kesal dan amarahnya sampai di rumah. Sejak itu, anakku tak mau lagi bermain dengannya. Akupun tak bisa marah pada Randi, hanya bisa mencoba menegurnya dengan pelan. Namun aku tahu Randi tak mengerti satupun ucapanku.

Sampai detik ini, Randi masih dengan kondisi yang sama. Hidup tanpa Ayah dan Ibu juga tanpa pendidikan. Om tante yang mengurusnya sudah cukup sibuk dengan keseharian merek mengurus anak-anaknya sendiri. Jika ditambah dengan kehadiran Randi yang begitu banyak menguras waktu dan tenaga karna kondisinya, tentu saja terkadang mereka tak sanggup.

Akupun tak bisa menyalahkan keadaan meraka.Yaah semoga saja Randi kecil bisa tumbuh kian membaik seiring berjalannya waktu. kuharap, Ia menjadi pribadi yang lebih baik ditangan om dan tantenya ketimbang dengan Almarhum Ibundanya dahulu.

Karna kalau kuperhatikan, Randi lebih bisa terbuka dan lebih bisa mendengarkan orang lain setelah kepergian Ibunya. Ia berada di lingkungan yang menurutku lebih baik dari saat bersama Ibunya. Mungkin karna kondisi Ibunya yang juga sama dengannya waktu itu.

Cerita yang kutuliskan ini memang tidak akan ada endingnya. Karna Randi masih terus tumbuh seiring waktu berjalan. Kita doakan saja, anak yatim piatu ini bisa menjadi jalan amalan terbaik bagi orang-orang di sekelilingnya termasuk aku. Aamiin......