Tampilkan postingan dengan label Kau anggap apa istrimu?. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kau anggap apa istrimu?. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Mei 2020

Kau anggap apa istrimu?

Cerita ini bukan yang sebenarnya. Tapi diambil dari banyaknya kisah nyata yang terjadi. Simak dan ambil hikmahnya, buang buruknya.

Brak.....

Suara gagang telepon tak sengaja kubanting karna kaget dan terburu-buru. aku berdiri dan segera mengambil jaket serta kunci motor. Teman kantor seruanganku bertanya.

"Ada apa bro? Koq panik banget?" Tanyanya penasaran.

"Istri gue pingsan di pasar. Sekarang lagi dibawa ke rumah sakit." Jawabku sambil berlalu.

Di Rumah Sakit.

"Istri saya kenapa dok?" Tanyaku pada dokter jaga saat itu.

"Bapak, selama ini apa tidak ada omongan apa-apa dari Ibu? Masa sih Ibu sakit Bpk bisa gak tau. Beliau nih dehidrasi lho. Ada kurang gizi juga. Segitu parahnya dan Ibu gak bilang kalau dia lemah?"

Tiba-tiba aku teringat seminggu yang lalu. Beberapa kali Ia memang mengeluhkan badannya yang berasa tidak enak. Kalau tak salah ingat dia berkata mengapa masuk anginnya gak sembuh-sembuh ya. Memang waktu chat di whatsapp sempat bilang sudah beberapa hari dia merasa mual dan diare. Tapi dia masih berpikir itu cuma masuk angin biasa.

Dan aku? Apa yang kulakukan? Tak ada. Aku tak berbuat apa-apa sama sekali. Bahkan sekedar membelikannya obat di warungpun tidak kulakukan. Anehnya koq bisa aku sesantai itu menghadapi keluhannya. Aku ini bodoh atau tuli.

Dokterpun kembali bicara. Membuyarkan lamunanku.

"Pak, Istri itu juga manusia. Mereka memang super power. Makanya ada julukan super mom untuk semua istri dan ibu didunia. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa sakit. Psikis yang lemahpun bisa mengakibatkan sakit fisik pada akhirnya. Seringkali saya menangani kasus ibu-ibu yang terlambat dibawa ke rumah sakit. Adaaa saja masalahnya. Ada yang istrinya pernah mengeluhkan sakit kepala berkali-kali sama suaminya. Tapi suaminya pikir hanya sakit kepala atau masuk angin biasa. Cuma diberi obat dan disuruh makan dan istirahat sama suaminya. Besoknya udah, si suami merasa sudah melakukan tugasnya istrinyapun tak lagi dikontrol, tak lagi ditanyakan keadaannya. Ketika sudah terlambat baru dia bawa ke rumah sakit. Ternyata tumor otak. Andai lebih cepat dibawa, mungkin tumornya masih bisa diangkat. Sayang terlambat. Ada lagi yang istrinya sering mengeluhkan sakit perut. Masih juga dipikir masuk angin biasa. Suaminya juga terlalu santai. Begitu dibawa ke sini semua sudah terlambat. Kanker perut sudah menggerogoti lambungnya. Yah sama dengan kasus anda ini. Sudah seperti ini, sampai pingsan di pasar. Baru ke rumah sakit. Saya jadi tidak mengerti. Ada apa dengan bapak-bapak jaman sekarang ya. Sebegitu bisanya meremehkan keluhan istri. Sebetulnya istri itu dianggap apa sih? Heran saya". Katanya panjang lebar dengan raut wajah sedikit emosi.

Dokter sepertinya sedikit kesal. Mungkin dia sendiri pernah diperlakukan seperti itu oleh suaminya atau sudah terlalu banyaknya kasus semacam itu yang dia tangani. Sementara aku hanya bisa tertunduk. Menyesali telingaku yang terlalu tuli mendengar keluhan istriku yang bahkan Ia tak pernah meminta apapun sama sekali.

Bodohnya aku. Ternyata saat Ia mengeluh masuk angin, saat itu sudah mulai parah, gizinya yang terabaikan karna terlalu sibuk mengurus rumah, aku, dan anak-anak membuatnya semakin parah, ditambah lagi ternyata saat itu dia sudah sampai batas kelelahan yang teramat sangat hingga typuspun ikut menyerang. Ya ampun penyakitnya datang bergerombol. Akhirnya di rumah sakit Ia mengalami komplikasi dan tidak dapat bertahan.

Akupun kini sendirian. Merenungi kebodohan dan keegoisanku selama ini. Bekerja dari pagi ke pagi lagi atas nama keluarga. Namun aku menghancurkan arti dari sebuah perjuangan demi keluarga. Sekarang aku hanya bisa menyesali semua yang sudah terjadi.

Akupun harus berpikir keras bagaimana caranya menjalani hari-hari kami kedepannya. Bagaimana caranya aku mengurus rumah sambil tetap bekerja dan mengurus ketiga anak kami?

Menyiapkan makannya, seragam sekolah, antar jemput, PR sekolah, dan banyak lagi. Andai semuanya bisa diselesaikan dengan mencari pembantu rumah tangga, mungkin akan ringan. Tapi faktanya tidak seringan itu.

Ketiga anak kami masih saja menangisi ibunya yang sudah pergi seminggu lalu, PR sekolahnya terbengkalai, tak ada lagi belaian setiap malam sebelum tidur untuk anak-anakku. Banyak hal yang tidak dapat digantikan oleh siapapun.

Apakah anda salah satu suami seperti saya? Berubahlah saat ini juga. Detik ini juga. Telepon istrimu. Tanyakan kesehatannya, Tanyakan makannya, Dengarkan juga setiap keluhannya. Ketika mengeluh sakit, silahkan hanya belikan obat tanpa membawanya ke rumah sakit. Tapi percayalah. Itu tak cukup satu hari. Pemulihan terkadang butuh waktu lebih lama dari yang kita harapkan. Pantau terus keadaannya setiap waktu sampai Ia bilang "Aku sudah sehat sayang". Barulah kau boleh merasa lega.

Lakukan. Lakukan sebelum terlambat.

* S E L E S A I *

Oleh,

Upay