Tampilkan postingan dengan label Mantan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Mantan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Mei 2020

Mantan

Gue tau lu gak kenal gue, bahkan kita sama sekali gak pernah ketemu. Gue tau ini bukan salah lu. Tapi gue pingin banget nyalahin lu. Karna gue kesel. Lu itu bukan apa-apa. Dibanding gue, lu itu nihil. Sementara gue? Apa kurangnya gue coba? Gue lebih cantik, gue lebih cerdas, karir gue lebih cemerlang, gue lebih gaya, dan yang paling penting dari itu semua, gue lebih punya banyak penggemar dari pada lu yang biasa-biasa aja. Biasa banget malah.

2 tahun lamanya gue dan mas Alif menjalin hubungan. Tiba-tiba Ayah gue merasa kami sudah lama dekat. Karna itulah tiba-tiba aja Ayah menanyakan tentang keseriusan Mas Alif denganku putrinya. Tanpa gue duga, Mas Alif merespon pertanyaan Ayah dengan lamarannya ke gue. Karna gue mencintainya dengan sangat, maka sudah pasti gue terima dia jadi calon suami gue. Kamipun menikah.

Gue merasa terbang, merasa di awan karna perlakuan Mas Alif yang luar biasa memprioritaskan gue sebagai istrinya. Ditahun ketiga pernikahan kami, kami belum juga dikaruniai anak. Tapi kami tidak pernah putus asa, berbagai macam program kami ikuti demi mendapatkan keturunan. Padahal secara kesehatan fisik, kami berdua sehat-sehat aja, tidak ada masalah. Tapi mungkin Allah memang belum mempercayakan kepada kami.

Suatu hari Mas Alif ambruk dikantornya, rekan kerjanya menelponku dan mengantarkan Mas Alif ke Rumah Sakit. Mas Alif menjalani perawatan selama beberapa hari. Yang membuat kami terkejut, Mas Alif ada indikasi mengarah ke kanker. gue lebih kaget daripada dia. Kami tidak pernah sama sekali berfikir akan mengalami masalah ini.

Tapi dokter bilang, kanker Mas Alif masih stadium awal, dengan kemoterapi dan dibantu obat-obatan herbal, mungkin Mas Alif masih bisa selamat. Pada akhirnya, gue berjuang demi dia. Apapun akan gue lakuin demi dia sembuh. Program kehamilan terpaksa kami tunda. Kami harus fokus menyembuhkan kanker Mas Alif yang katanya masih diawal-awal.

Entah bagaimana terjadinya, baru aja seminggu lalu di vonis kanker tapi masih bisa diselamatkan, tiba-tiba hari ini Mas Alif ambruk lagi. Kali ini Ia tidak sadarkan diri selama dua hari. Gue? Tentu aja gue nangis sejadi-jadinya. Gue cinta banget sama dia. Gue gak mau hidup tanpa dia di dunia ini. Gue gak mau kehilangan Mas Alif.

Dokter bilang kemungkinan besar Mas Alif bisa down secepat ini padahal masih di awal kanker, adalah karna dia sedang tidak bersemangat menghadapi hidupnya. Kemungkinan besar dia tidak termotifasi untuk kesembuhannya. Bisa jadi dia depresi, sehingga jadi down lebih cepat. Dokter menyarankan gue untuk tetap memberinya semangat. Bahkan gue harus tau, kebiasaan yang bisa bikin Mas Alif senang dan bersemangat.

Sampai tiba-tiba, gue baca isi diary dia. Well, dia gak seperti perempuan-perempuan yang punya buku diary tentunya. Diary itu berupa catatan harian yang tertuang di laptopnya. Kalian tau? Ini mirip cerita film BCL dan Ben Joshua. Yang judul soundtrack lagunya Sani. Yak, bener banget tebakan lo semua. Di dalam diary itu isinya penuh dengan curhatan Mas Alif tentang Sani. Eh salah, tentang mantannya bernama Nada.

Gue tau siapa Nada, gue tau Nada adalah mantannya semasa SMA, gue juga tau Nada seperti apa, meski gue belum pernah secara langsung bertemu dengan perempuan bernama Nada ini. Selayaknya suami istri, pasti pernahlah beberapa kali nyeritain tentang mantan masing-masing. Waktu gue mau buka folder diary Mas Alif yang di password, gue deg-degan karna gak tau passwordnya. Yang gue inget, Mas Alif pernah cerita kalo semua Password dan Pin yang dia punya adalah tanggal lahir orang-orang yang penting dikehidupannya.

Maka gue coba-coba dengan tanggal lahir gue, ternyata gue keGR'an, bukan itu passwordnya, gue coba tanggal lahir mertua gue dua-duanya. Juga bukan. Saat putus asa, tiba-tiba gue merinding, mengingat Mas Alif pernah menyebut tanggal lahir mantannya saat lagi iseng cerita-cerita tentang mantan masing-masing. Bulu kuduk gue berdiri, sumpah ini lebih serem daripada ketemu valak. Dengan ragu-ragu, gue ketik tanggal lahir mantannya itu. TARAAA...... dan yuppp bener banget, folderpun terbuka.

Gak langsung gue buka satu persatu catatan diary itu. Karna gue masih shock. Apa ini, kenapa Mas Alif bikin folder diary dengan password tanggal lahir mantannya? Apakah ini folder lama saat mereka masih berhubungan dulu? Tidak mungkin, karna ini laptop baru, buat apa Mas Alif susah payah mindahin folder masa lalu ke laptop barunya kalo bukan karna memang penting. Apa artinya?

Ya tentu aja artinya folder ini memang penting buat Mas Alif. Tapi tanggal lahir perempuan itu? Wah seribu tanya dikepala gue saat itu. Gue gak berani buka, dan gue sama sekali gak mau tau isi diary itu. Gue takut perasaan gue hancur. Karna gue udah bisa nebak isinya dari password yang Mas Alif gunakan.

Gimana menurut kalian? Mirip gak sama ceritanya Sani? Yah kalo kalian nebak setelah ini gue harus ngejar-ngejar Nada demi kesembuhan Mas Alif, itu udah pasti bener banget. Kenapa? Karna beberapa hari kemudian kondisi Mas Alif makin drop. Dokter terus menyarankan gue untuk tetap kasih dia semangat menjalani hidup. Jadi gue terpikir, mungkin gak kalo Mas Alif benar masih cinta sama si Nada mantannya ini. Mungkin gak ceritanya BCL di film Sani yang judulnya Cinta Pertama bisa kejadian sama pernikahan gue. Bedanya kita tukar posisi. Disini yang sedang sekarat Ben Joshuanya, bukan BCL. Dan bedanya lagi, Sani yang udah nikah yang masih inget mantan pertamanya.

Akhirnya gue memberanikan diri membaca catatan-catatan di folder diary Mas Alif. Tepat seperti dugaan gue. Air mata gue ngalahin panjangnya sungai nil. Sakit bukan main. Bener juga tebakan kalian semua. Kejadian di film Sani Cinta Pertama bakal terjadi dipernikahan gue. Akhirnya demi kesembuhan Mas Alif, gue harus bersusah payah mencari alamat Nada. Dengan hati yang masih terkoyak koyak, akhirnya gue ketemu sama Nada.

Beda dengan cerita Cinta Pertama yang kala itu Ben Joshua sudah beristri sehingga butuh membujuknya lebih kuat agar dia mau menemui BCL yang lagi sekarat. Dicerita gue, Nada mantan Mas Alif ini masih jomblo. Demi menyenangkan diri gue, kita anggap aja si Nada ini perawan tua yang memang belum laku. OK, jahat memang, tapi lebih jahat dia yang udah ngancurin perasaan gue. Walopun gue sadar sebenarnya yang salah disini adalah Mas Alif, tapi sebagai perempuan normal, udah pasti kita nyalahin orang ketiga lebih dulu, sebelum kita ngamuk-ngamuk ke pasangan kita tentunya. Iya dong. Emang kalian gak akan begitu? OK gak usah dibahas.

Singkat cerita, Nada akhirnya gue pertemukan dengan Mas Alif yang dalam kondisi masih tidak sadar di Rumah Sakit. Udah hari ke empat Mas Alif belum juga sadar. Gue gak ngerti, apa yang sebenernya gue harapkan. Kalo dicerita BCL, akhirnya dia meninggal. Selesai sudah dengan perasaan calon suaminya yang kecewa karna ternyata BCL masih cinta sama sani si mantan yang sebenernya jadian juga belom sih. Bagian yang ini lebih miris.

Gue sama sekali gak berharap Mas Alif pergi ninggalin gue karna penyakitnya. Tapi gue jadi mikir, kalo Mas Alif akhirnya membuka mata dan melihat Nada. Apa yang terjadi dengan gue? Apa gue aja yang mati? Ya Allah jeleknya pikiran ini.

Tidak butuh waktu lama bagi Nada menyemangati Mas Alif. Hari berikutnya ketika Nada datang, Mas Alif membuka mata. Ia sadar. Tentu Mas Alif kaget melihat Nada yang sedang menggenggam tangannya dan gue yang berdiri disampingnya. Gue merasa makin sakit liat adegan ini.

Tiba-tiba Mas Alif melihat ke arah gue dan dengan perlahan melepaskan genggaman tangan Nada. Kemudian Ia berbisik ke arah gue. Tanda bahwa gue harus mendekat agar bisa mendengar ucapannya. Gue coba dekatkan wajah gue yang lagi basah dengan air mata. Kalian semua pasti ga nyangka lagi dengan apa yang diucapkan Mas Alif.

"Sayang, kenapa ada Nada di sini? Lagipula, kenapa dia pegang-pegang tangan aku didepan kamu?". Tanyanya dengan suara parau yang dipaksakan.

"Maaf Mas, aku baca isi catatan kamu di folder diary dalam laptop kamu. Udah empat hari kamu gak sadar. Dokter bilang, kamu perlu support agar tetap semangat untuk hidup. Aku bingung harus apa. Gak sengaja aku baca tulisan kamu itu. Kamu terlalu cinta sama dia Mas. Aku paham, aku baik-baik aja Mas. Yang terpenting sekarang kamu sehat". Begitu jawaban gue saat itu. Sementara Nada hanya memandangi kami dengan wajah kebingungan.

Kemudian dia bicara pada Mas Alif. "Lif, istri kamu yang nyari aku dan minta agar aku ke sini nemuin kamu yang lagi koma sejak kemarin. Dia juga cerita, kalo katanya dia baca tulisan kamu tentang aku di laptop kamu. Maaf Lif, aku gak pernah tau perasaan kamu yang begitu dalam sama aku". Itu kalimat Nada.

Tapi lo semua tau yang terjadi kemudian? Mas Alif berusaha bangkit. Ia menyandarkan kepalanya di bantal dengan posisi duduk, Ia membuka masker oksigen yang masih menempel di wajahnya. Kemudian Ia tersenyum dan tertawa melihat kami. Gue dan Nada.

Tentu kami bingung. Tapi kemudian, Mas Alif menjelaskan semuanya.

"Nada maaf, udah ganggu waktu kamu berapa hari ini harus datang ke sini nengokin aku. Tapi yang paling aku ingin kamu maafin adalah perbuatan bodoh istriku yang cantik dan malang ini". Katanya sambil sedikit tertawa.

Nada semakin kebingungan. Tapi kami terus berusaha mendengarkan dengan baik.

"Nada, memang dulu saat kita masih sekolah, aku cinta sama kamu. Bahkan cintaaa sekali denganmu. Itu sebabnya aku menyimpan semua kenangan kita dalam laptopku. Semua cerita-cerita kita, bahkan foto-foto kamu aku simpan dalam laptopku. Tapi sungguh demi Allah Nada, itu dulu. Sekarang perasanku udah gak sama lagi".

Gue dan Nada saling pandang. Kami bingung. Yang lebih terkejut ya gue pastinya. Mas ALif melanjutkan.

"Sejak ketemu dengan Lani istri bodohku ini (Sambil menggenggam tangan gue saat ngomong ini), Perasaan cinta itu udah untuknya. Bukan lagi untuk kamu Nada. Aku benar-benar minta maaf udah buang waktu kamu. Tapi terima kasih banyak kamu udah mau ngeluangin waktu untuk datang ke sini".

Pastinya gue masih bingung. Antara Mas Alif bohong karna takut melukai perasaan gue yang udah terlanjur luka dari kemaren-kemaren, atau karna apa gue gak tau. Yang jelas gue jadi gak enak sama Nada tapi juga merasa menang dan senang tentunya. Tentu aja gue dan Nada penasaran dengan folder diary itu. Maka gue bertanya.

"Tapi Mas, folder itu ada di laptop baru kamu dan masih dengan password tanggal lahir Nada. Apa maksudnya itu?". Tanya gue dengan muka super duper penasaran. Lagi-lagi Mas Alif tertawa kecil.

"Jadi, kamu tau tanggal lahir Nada? Kamu tau gak, udah berapa lama aku gak bisa buka folder itu dan gak bisa hapus. Karna apa? Karna aku lupa passwordnya Sayang. Kamu ingat, waktu aku beli laptop baru, aku bawa laptop baruku dan laptop lama peninggalan masa sekolahku dulu ke Albert teman kantorku yang jago banget dibagian IT kantor. Aku minta Albert pindahkan semua folder penting ke laptop baruku. Tapi karna Albert gak tau mana yang bagiku penting, ya dia pindahkan aja semuanya. Sementara saat aku mengecek satu persatu isi laptopku, aku menemukan folder diary itu. Tapi tidak bisa ku otak atik saat itu. Karna aku lupa passwordnya. Uda kucoba delete tapi tidak bisa juga. Albert bilang bawa laptopnya ke dia supaya bisa dia delete menggunakan aplikasi software entah apa namanya. Tapi karna aku sibuk dan kupikir itu gak penting, hanya masa lalu yang udah bertahun-tahun terkubur, yah aku santai aja gak berbuat apa-apa denga folder itu".

Sumpah gue gak tau mau ketawa seneng atau mau nangis denger penjelasan Mas Alif. Yang jelas, kemudian dia menarik lenganku ke dalam dekapannya sambil berkata "Gak ada satupun perempuan dimanapun yang lebih aku cinta dari kamu dan Ibuku. Jadi jangan mikir macem-macem".

Begitu katanya.

Ya Allaaah, gue mau ketawa rasanya. Nada? Gak tau ya apa yang dia rasa saat itu. Tapi dengan wajah tersenyum Nada berkata bahwa dia lega mendengar penjelasan Mas Alif karna dia tidak perlu menjadi pengganggu rumah tangga orang apalagi perebut suami orang. Kemudian Nada gue antar pulang sampai ke depan gerbang Rumah Sakit. Tak lupa gue ngucapin banyak terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketololan gue itu.

Ternyata selama ini itu cuma khayalan gue aja. Mungkin karna kebanyakan nonton sinetron atau mungkin karna terlalu suka sama film BCL dan Ben Joshua Cinta Pertama itu. Yang jelas film itu lumayan bagus dan cukup sukses bikin gue nangis di bioskop waktu itu. Haduuuuh kisah gue ini konyol kalo dipikir-pikir.

Sampe tulisan ini terbit di blog, Mas Alif masih menjalani kemoterapi, terakhir kami pergi ke singapore untuk pengobatan lanjutan. Perlahan Mas Alif berangsur sehat. Semoga akan terus sehat kedepannya.

Ya Allaaaah aku makin cintaaa sama Mas Alif. tolong bantu kami menghadapi semua cobaanmu. Aamiin.

* S E L E S A I *

Oleh: Upay

#CurhatSeorangTeman