Tampilkan postingan dengan label Cinta dua lorong. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cinta dua lorong. Tampilkan semua postingan

Minggu, 17 Mei 2020

Cinta dua lorong

Cerpen kali ini kiriman dari "Fajar Kesuma Mustaqim" berjudul "Cinta dua lorong". Kepada Fajar kami ucapkan terima kasih untuk pastisipasinya mengirimkan tulisan ke blog kami.

Kisah tentang masa sekolah yang menarik untuk dibaca. Berikut ini tulisan Fajar yang kami muat tanpa mengurangi ataupun menambahkan isi dan pesan yang terkandung dalam tulisan Fajar tersebut.

Selamat membaca !

“CINTA DUA LORONG”

Uhhhhh! Ntah apa yg buat aku jadi begini, gak biasa-biasanya aku seperti ini. Gak biasanya aku meneteskan air mata begini, aku selalu tegar, tapi kali ini aku benar benar gak bisa. Iya, aku gak bisa, karena dihari ini, hari terakhirku bertemu dengan teman-temanku dengan sekian lamanya kami berteman, 3 tahun kami menjalin persahabatan, bandel bareng, cengkal bareng. Ahhh! Banyaklah.

Sulit rasanya aku meninggalkan mereka, meninggalkan kenakalan bareng mereka. Buat guru kapok masuk kelas kami, bahkan nangis dan minta untuk tidak mengajarkan kami. Banyak lah pokoknya!

Banyak kenangan-kenanganku yg terukir di 3 tahun ku ini, termasuk kedekatanku dengan si dia. Hahah, iyaa dia ! sosok yang kukagumi selama ini, sosok yang sempurna dimataku, lebihlah pokoknya dibanding dengan wanita lain  yang ku kenal. Yayas, namanya. Setahun lebih muda dariku. Iya, adek kelasku. Aku mengaguminya sejak aku pertama bertemu dengannya, kulit putih, dengan kaca mata membuatnya terlihat lebih anggun dibanding lainnya. Kami saling mengagumi, tapi kami cuman sekedar ngagum mengagumi, tidak lebih. Ntah mengapa, mungkin Dia juga jadi salah satu alasanku, mengapa aku sulit meninggalkan kenanganku ini.

“Bangg!!”, Yayas memanggilku dari kejauhan. “Iya, ada apa?” Jawabku mendekati nya. “Foto berdua yuk?” Iya, mungkin karena kami jarang sekali tidak foto berdua, mungkin untuk pertama kali juga gapapalah “Iya udah, mau foto dimana” Jawabku dengan menatap kesekeliling ruang. “Jangan dikelas bang! Gimana kalau kita foto di farewall aja?” Mungkin karena aku melihat sekeliling ruang, Yayas mengira aku ingin berfoto didalam kelas, padahal dibenakku, aku juga gak kepingin untuk foto dikelas. Tapi itulah mungkin dikatakan sehati, belum mengakatan saja sudah tahu dahulu. “Yaudalah ayuuk!” Farewall itu dinding yang berisi tanda tangan seluruh siswa-siswi setiap kelasnya. Menarik sih untuk foto disana,

“Makasih ya bang, ini untuk abang!” Sebuah kotak persegi dengan pita diatasnya, yang aku pun gak tahu pasti apa isi dari kotak tersebut. “Untuk apa? Gak usahlah” Bukannya gengsi, sungkan rasanya aku nerima hadiah dari seorang wanita, apalagi wanita itu wanita yg ku kagumi. “Udah gapapa, terima aja! Anggap sebagai kenang-kenangan dari adek” Karena Yayas memaksa, aku pun akhirnya tidak bisa berkata-kata. “Makasih ya”,  “Iya sama-sama”.

Sebuah jam tangan bertali kain, berwana hitam dan secarik kertas yg sama sekali tak ku tahu isi dari tulisan tersebut. Oh, ternyata dia ingin meminta agar aku mengenakannya dimanapun aku berada, karena jam serupa yg ku kenakan di tanganku, juga terpasang ditangannya. Couple bahasa kerennya. Tersenyum lebar membacanya,dan ada juga sepatah kata yang membuat hatiku goyang ketika membacanya. “Jangan lupakan adek ya!”

Sederhana, tapi cukup sangat terkesan bagiku. “Iya, pasti dek” Hatiku menjawab dengan sendirinya ungkapan itu. Aku tahu kami saling mengagumi, kami saling menjaga walaupun sekarang kami tidak ketemu lagi, tidak satu sekolah lagi,  Tapi hati kami tetap satu!

Kini tiba saatnya aku untuk melanjutkan jenjang pendidikanku dan masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA), Karena dari SMP aku sudah sekolah berjenjang agama, maka begitupun dengan SMA ku. Sekolah yang kupilih bersebrangan dengan sekolah SMP ku, Madrasah Aliyah Negri atau yang disingkat MAN. Bukan untuk jadi ustadz, aku cuman ingin ilmu agama ku terus bertambah hingga aku tua nanti, agar aku tidak tersesat oleh kehidupan duniaku yang penuh glamor. Dan selamat di akhirat kelak. Amiin.

Kebetulan aku masuk SMA melalui jalur Prestasi, Jalur yang masuk hanya melihat dari nilai Raport, tidak untuk testing. Iyaa Alhamdulillah aku diberi kemudahan oleh Allah. Namaku terpampang di urutan 15 dari sekumpulan siswa siswi yang lulus dari jalur Prestasi tersebut. “Dian Ahmad” itulah nama kepanjanganku. Nama keberuntungan yang telah disematkan oleh ibuku sejak aku kecil

Kini waktunya Masa Perkenalan ku, karena MOS (Masa Orientasi Siswa) dilarang oleh pemerintah, maka sekedar perkenalan dengan lingkungan sekolahku yang baru. Bukan sekolah yang asing menurutku, karena hampir setiap pulang aku selalu melihatnya

. “Nifaa..!!” Panggil kakak pembimbingku didepan kelas.

“Saya kak!” Jawab Nifa berdiri dibangkunya”  “Siapa dia? Sepertinya bukan kawan satu sekolah SMP ku dulu, cukup asing wajahnya dimataku”, gumam diriku didalam hati. Oh, ternyata dia tamatan dari SMP 9, sekolahnya satu kota sama tempat aku tinggal, tapi karena kotaku bisa dibilang kota besar, iya wajar juga aku gak mengenal dia.

“Kamu tamatan dari SMP 9 ya?” Tanyaku mendekatinya. “Iya”, jawab Nifa dengan malu-malu. Mungkin karena baru pertama kali kami berbincang, menurutku wajar sih kalau dia masih malu-malu, apalagi dia perempuan. Perempuan itu super gengsi, dan super malu menurutku. “Salam kenal ya dariku” Aku mencoba untuk lebih dekat dengannya, yaa sekedar nambah kawan juga gapapalah. “yaa”. Sedikit sebel sih, tapi yaa namanya juga perempuan, jadi maklumlah.

“Dian..!!” Panggil kakak pembinaku di depan kelas. “Iyaa kak..!” Aku gak tau apa yang akan dilakukan, tapi sebagai murid budiman, aku mendatangi kakak Pembina ku didepan kelas. Oh, karena kami hendak bermain game, aku diperintahkan untuk jadi ketua dalam game kali ini. Aku gak tau apa nama game nya, yang ku tahu satu tim terdiri dari tiga cowo, dan tiga cewe. Kali ini aku satu tim dengan si Nifa. Asyik juga game kami kali ini.

“Ternyata asyik juga ya Nifa orangnya, gak seperti yang ku kira selama ini”  Gumamku di dalam hati. yaa, dia gak seperti yang kukira waktu pertama kali kami berpapasan. Lucu, Humoris, dan asyik untuk diajak bercanda. Ahh, semakin penasaran aku dengannya. Kali ini aku pulang bareng dengannya, cukup lelah sih, karena Hari ini hari terakhir masa perkenalan kami. “Seruu ya masa perkenalannya” Nifa memulai perbincangan diantara kami. “Iyaa, seru banget lah, walaupun hanya tiga hari, tapi aku sudah banyak mengenal teman baru termasuk kamu” yaa, udah biasa bagiku bercanda dengan orang banyak.

Hari ini adalah hari pertama ku masuk sekolah, Hari pertama belajar di jenjang yang lebih tinggi yaitu masa SMA ku. Yang katanya sih Masa SMA ini adalah masa yang paling terindah. Iyaa, mau percaya mau gak, iya aku percaya-percaya aja. “Haaaiii..!!” Salam Nifa kepadaku. Ternyata dia datang lebih awal dari ku, dia sudah berada didepan pintu sekolah. Aku duduk sebangku, semeja dengan temanku dulu. Mungkin untuk ke 9 tahunnya aku sekelas dengan dia. Huhhh sungguh membosankan! Dafi namanya, kulit hitam berkilau, yang katanya manis sih, tapi menurutku tidak. Iya karena aku normal bukan Homo, pecinta sesama jenis.  Aku duduk dilorong ke empat tepatnya di samping jendela. Kebiasaanku dari SD duduk dekat jendela. Terpaut dua lorong dariku, disamping jendela luar, Nifa duduk disana, sebangku degan Nisa, si cewek manja menurutku.

“Huuuffft! Ternyata melelahkan menjadi pelajar SMA” Gumamku didalam hati. Bagaimana tidak? Aku dituntut untuk pulang setiap hari pukul tiga kurang lima belas. Iya, tapi karena aku bercita-cita tinggi, maka aku juga harus ikhlas menjalaninya. Cukup sekian lama aku tidak berbincang dengan Yayas, iya semenjak aku mulai Masa Perkenalan kemarin. “Chat Yayaslah, kangen jugak, apa kabar dia ya?” Aku bergegas mengambil handphone yang kuletakkan diatas meja belajarku.

“Haaaaa!!! Siapa dia!!!” Tampak terlihat foto seorang cowo di DP Bbm Yayas. “Maaf bang, adek sebenarnya mau hubungan kita lebih, tidak sekedar kagum mengagumi, tapi saling memiliki, iya adek tau abang masih gak mau untuk itu. Cowo itu cowo pilihan orang tuaku, Adek gak tau harus bagaimana lagi. Mungkin ini yang terbaik bagi kita”  Pesan singkat menjelaskan filosofi foto cowo tersebut. Aku tak tau harus bilang apa, kedekatan kami terjalin cukup lama, dan semua itu rapuh hanya karena sebuah status. Sebenarnya aku sangat menyanyanginya, aku menyayanginya lebih dari sebuah status. Bukan aku menggantungkan perasaannya, tapi aku yang tak mau menjadikan status nantinya menjadikan perpisahan bagi kami. Tapi, ternyata yang kutakutkan selama ini datang menghampiriku. Seakan batu besar datang dan menghampar diriku. Air mataku tak bisa untuk ku hindari, aku menangis, bukan karena aku cengeng, tapi karena aku sangat menyayanginya. Mungkin bukan saatnya untuk aku bermain dengan hal seperti itu. Aku sangat terpukul, mungkin sekarang saatnya aku untuk mengejar CITA-CITAKU! Suatu saat pasti akan datang yang lebih indah, tinggal nunggu waktunya.

Kesedihanku ternyata tak bisa kututupi, tetap saja wajahku dalam raung kesedihan. “Kenapa kamu?” Tanya Nifa kepadaku. “Gak kok gapapa” Jawabku dengan ketus. “Beneran?” Mungkin karena aku yang masih terpuruk dengan keadaan tadi malam, berusaha untuk menghindar dari pertanyaan-pertanyaan yang membuatku untuk mengenangnya lagi. Tapi, tetap saja Nifa tak henti-hentinya menanyakan ada apa denganku. Sebenarnya sulit untuk ku cerita, tapi mungkin menurutku dia salah satu orang yang bisa ku percaya. Semua kuceritakan kejadianku padanya tadi malam.

“Oh, begitu..iyaudah, ambil saja hikmahnya. Mungkin bukan saatnya, suatu saat pasti indah kok pada waktunya” Senyumnya meneduhkan hatiku sejenak. “Makasih ya, udah berusaha menghilangkan sedikit luka dihati ini” “Iya gapapa kok, namanya juga teman harus saling menguatkan” Mungkin sejak saat itulah aku mulai sering bercerita dengannya, mungkin dia juga menjadi salah satu sahabat wanita bagiku. Kedekatan ku kali ini bukan untuk saling kagum mengagumi, tapi kedekatan ku kali ini saling kuat menguatkan. Karena menurutku CINTA sejati hanyalah cinta kepada-Nya. Kedekatan ini terjalin hingga sekarang. Karena bangku tempat duduk ku dengan tempak duduk Nifa terpaut dua lorong, maka tak sering teman-temanku mengejek ku dengan sebutan “CINTA DUA LORONG” Bahkan tak sering juga guru yang masuk mengejek kami dengan sebutan yang sama. Kami hanya bisa tertawa kecil. Iyaa, menarik sih. Tapi bagi kami, Sukses ialah yang terpenting. Cinta hanyalah pelengkap yang akan datang dengan sendirinya. Manfaatkanlah waktu belajarmu, sebelum waktu Sibukmu datang. Bahagiakan kedua orang tuamu selagi kau masih bisa membanggakannya. Gantungkan cita-cita mu setinggi langit, karena apabila kau jatuh, maka kau jatuh dengan BERIBU BINTANG. MASA MUDAMU ADALAH MASA GEMILANG MERAIH CITA-CITAMU, DAN MASA TUA MU ADALAH MASA GEMILANG MERASAKAN HASIL BUAH JERIH PAYAHMU!