Tampilkan postingan dengan label cara membukukan cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cara membukukan cerpen. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Mei 2020

Kisah Umar Bin Khattab

Mohon maaf karna keterbatasan waktu, sehingga cerpen-cerpen karya admin sendiri banyak yang masih dalam proses penulisan. Begitu pula semua kiriman penulis lainpun masih banyak yang belum sempat admin baca. Baiklah, kita langsung saja ke Kisah Umar bin Khattab berikut ini. Selamat membaca.

KISAH UMAR BIN KHATTAB

.

Pernah suatu ketika Madinah dilanda oleh musim paceklik yang berkepanjangan.

Akibatnya, saat itu banyak rakyat Madinah yang meninggal akibat kelaparan.

Melihat hal tersebut, Umar bin Khattab pun merasa sedih dan terus membantu rakyatnya dengan memberikan sebagian besar hartanya. Bahkan, Umar pun enggan memakan daging dan meminum susu hingga cobaan tersebut berlalu.

Umar bin Khattab justru hanya mengkonsumsi roti dan minyak zaitun saja agar dia bisa memahami bagaimana penderitaan yang dialami oleh rakyatnya yang kelaparan.

.

Di lain kesempatan, Umar bin Khattab pun gemar melakukan blusukan berkeliling kota untuk melihat kondisi rakyatnya secara sembunyi-sembunyi.

Umar melakukan kegiatan tersebut di malam hari dan saat itu ia mendengar tangisan seorang balita akibat kelaparan dalam sebuah gubuk kumuh.

Rupanya balita tersebut adalah anak dari seorang janda yang tak memiliki makanan apapun dan janda tersebut berpura-pura memasak batu agar sang anak berhenti menangis.

Umar pun mendengar keluhan sang janda bahwa kondisinya demikian karena Khalifah Umar tak memperhatikan kondisi rakyatnya.

.

Bukannya marah terhadap ucapan sang janda, Umar bin Khattab justru merasa sangat bersalah.

Sedangkan sang janda tak menyadari bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Khalifah Umar.

Umar pun segera pulang dan mengambil sekantung gandum yang berat.

Umar bahkan memikul sendiri gandum tersebut kembali ke tempat janda tersebut meskipun ia harus berjalan jauh dan kelelahan. Umar sangat menyadari bahwa sebagai pemimpin ia harus bertanggung jawab atas kondisi rakyatnya.

Link sumber:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2235896003406003&id=1429884347340510

Senin, 04 Mei 2020

Tragedi para musang

Musang betina tua itu telah lama membawa derita. Dia sedang di rundung lapar dan merasakan kegalauan dalam hati. Ia sibuk memikirkan hendak cari makan dimanakah malam ini?

Rengekan isyarat kelaparan anak-anaknya menambah galau dalam hatinya, sehingga putuslah asanya, lalu meringkuk dan biarkan bayinya menyerap putingnya yang tak berisi.

Musang malang itu pandangi penuh kasih bayi-bayinya. Hela nafas panjang ratapi derita dan perjuangan hidup yang mesti di arungi generasinya nanti.

Teringat kembali masa lalunya nan indah. Dulu, rimbanya adalah tempat menyenangkan, makanan melimpah ruah, hawa teduh, tenang dan damai, tak kepayahan mencari makan. Kini telah berubah menjadi perumahan dan perhotelan.

Saat perutnya tak terbendung, membuang hajat sesukanya, biji-bijian dari perutnya lantas berkecambah lalu menjadi tunas, menjelma pohon aneka ragam, jadikan rimbanya nyaman, hijau, dan rimbun.

Saat bahagia itu kini putuslah sudah, manakala makhluk bengis berkaki dua yang cerdas mulai usik Rimbanya. Mula-mula tebangi pohon besar, lalu batang kecil, sampai semua tak bersisa. Makhluk kejam itu rampas rezekinya.

Keluhan anak adalah derita ibu, lalu berkata, sabar sayang, Ibu pasti ambil sedikit rezeki dari makhluk biadab yang tinggal di seberang sungai itu.

Ibu perkasa itu keluar liang, angin kemarau bulan ini mengirim dingin merasuk hingga bulu ekornya. Dingin dan lapar tak mampu kalahkan rasa cinta. Ibu yang 'kan lakukan apa saja demi buah hatinya, ia tak hirau walau tiap perburuan adalah pertaruhan nyawa.

Tekadnya membatu, lamat-lamat tangisan bayinya menjadi tenaga. Dengan gagah menerobos perdu melintasi jalan setapak yang dibuat makhluk berkaki dua menuju rumah musuh utamanya.

Musang betina tua kini berdiri di belakang kandang ayam. Aroma lezat yang berasal dari dalam kandang, menusuk lubang hidung. Ketika aman, sang musang berjalan perlahan menuju kandang.

Mengitari kandang, mencari celah. Musang betina tua bergigi tajam patahkan bilah bambu rapuh. Longokkan kepala ke dalam, bau gurih kian mengganggu, jadilah andrenalinnya mengalir deras.

Matanya masih tajam pandangi ayam yang terkantuk di sudut kandang. Terbius kelezatan, lalu terkam leher ayam, terjadi kegaduhan.

Manakala sinar senter telanjangi dirinya, ia meloncat menuju rerimbunan pohon lengkuas dengan menyeret korban.

Musang!!! Tangkap!! Bunuh!!!" suara makhluk bengis mengejutkan musang betina tua."Musang...!!! Ini Si pencuri...!!! Bunuh..!!!" teriak makhluk kejam penuh kegeraman. Dengan emosi dan kemarahan yang meluap, mahluk itu menebas-nebas daun dan batang lengkuas. Sang musang ngacir secepat kilat, namun usahanya masih tertangkap mata musuhnya.

Besi tajam mengenai kakinya, darah pun mengucur deras, jadikan ibu pejuang itu terjatuh dan mangsa yang berada di mulutnya terlepas. Di ambil lagi. Ia tak menghiraukan rasa sakit yang menyerang. Ia kembali bangkit, kembali berlari sebelum musuhnya berhasil menangkapnya. Langkahnya kini tak secepat semula, benda yang berada di mulutnya telah memperlambat gerakannya.

Fisiknya kini telah merosot tajam. Tak ada yang ia pikirnya selain fokus agar cepat sampai di rumah dan memberi kebahagiaan kepada anak-anaknya. Lubang tempat anak-anaknya kian dekat, sang musang pun kian bersemangat. Walaupun Darahnya menetes di rerumputan. Pejuang betina itu memang sangat gagah perkasa, dihindarinya sang pemburu dengan menyusup perdu dan rerumputan dalam upaya menuju liang tempat tinggalnya.

Rasa sakit dan nyeri itu berbaur saling dengan rasa letih, lelah dan gemetar, bergabung menusuk-nusuk badan. Yang dengan hal itu telah memperburuk kebugaran dirinya.

Tertatih dan merangkak ia paksakan diri menuju lubang. Perjuangan memberi makan anak-anaknya sampailah pada saat pengakhiran. Raganya tak mampu lagi menanggung luka disekujur badan. Pejuang tua itu hanya mampu mengantarkan bangkai ayam sampai di mulut liang.

Anakku,... lihat dan rasakan, hidangan lezat yang ibu janjikan. Segeralah nak, cepat,...raih makanan ini dan seret ke dalam. Ini makanan yang cukup untuk bertahan selama seminggu. Anakku!.

Induk musang itu berkata dalam hati. Ditariknya nafas penghabisan, lalu melayanglah nyawanya dalam hening.

Aroma nikmat yang dikirim oleh semilir angin pagi, akhirnya masuk juga ke dalam liang tempat tinggalnya. Karena telah terpengaruh oleh bau anyir darah segar dari bangkai ayam yang kini kian dirasa lebih tegas keberadaannya, anak-anak musang seterusnya merangkak perlahan-lahan menuju ke sumber aroma.

Bersamaan dengan anak-anak musang mendekati bangkai ayam, dari kejauhan, terlihat sepasang mata ular sanca tajam membidik mulut lubang di bawah pohon bungur tua itu. Lidahnya yang merah menjulur-julur penuh gairah.

Selanjutnya yang terjadi adalah siapa yang akan menjadi korban pertama si ular Sanca. Bangkai ayam ataukah anak-anak musang?

Sekian....

* * * * *

Siapapun kamu selama bisa menulis dan punya pengalaman yang bisa diceritakan, kamu berhak mengirimkan karyamu untuk diterbitkan di BLog Cerpen ini. Kirimkan karyamu berupa tulisan atau artikel apa saja dan dapatkan hadiah menarik untuk kamu yang beruntung menjadi penulis terfavorit BLog Cerpen.

Penulis favorit pilihan Blog Cerpen akan kami konfirmasikan langsung melalui SMS atau Whatsapp ke nomor kamu yang tertera dalam Form kirim cerita yang kamu kirim.

Pajak dan ongkos kirim ditanggung Blog Cerpen lho. Buruan kirim tulisanmu sebelum ketinggalan moment seru ini. Dan kami ucapkan terima kasih buat kamu yang sudah ikutan berpartisipasi mengirimkan tulisanmu ke Blog Cerpen. Semoga beruntung ya.

Klik untuk kirim artikel

Kisah Pilu Arie Hanggara

Dimasa yang bahkan internet belum ada, social mediapun belum juga ada, kisah Arie bisa begitu viral dimedia-media Indonesia bahkan media asingpun meliputnya. Tidak hanya itu, kisahnya bahkan difilmkan yang diperankan oleh Dedi Mizwar sebagai Ayah Ari.

Bagaimana kisah pilu Arie Hanggara dimulai? Berikut ini rangkuman kisahnya. Seperti biasa, BC selalu menyertakan link originalnya sebagai penghargaan kepada penulis asli.

Kisah Pilu Arie Hanggara

Sebuah makam berukuran 2x1 meter di Blok AA II Tempat Pemakaman Umum Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menjadi penanda akan kekejaman orangtua serta ibu tiri terhadap anaknya. Setelah 30 tahun, makam itu kini tak terurus. Namun, ceritanya tak pernah usang karena terus berulang.

Di makam itu bersemayam jasad bocah berusia 8 tahun bernama Arie Hanggara yang hingga kini selalu diidentikkan dengan kekerasan orangtua terhadap anaknya. Arie lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 21 Desember 1976 dan meninggal di Jakarta pada 8 November 1984.

Arie Hanggara adalah kisah pilu tentang anak yang tewas dianiaya orangtuanya, Machtino bin Eddiwan alias Tino dan ibu tirinya Santi binti Cece. Kisah tragis Arie yang terjadi pada November 1984 memunculkan kesedihan sekaligus kegeraman publik.

Ia boleh dikatakan lahir di tengah keluarga yang timpang. Sang ayah Tino adalah seorang yang pemalas dan tukang janji kelas kakap. Bahkan, saudara dari pihak istrinya menggunjingkan Tino sebagai pejantan yang hanya mampu bikin anak.

Makam Arie Hanggara

Karena tak punya pekerjaan, sementara dia punya harga diri yang tinggi di tengah kondisi Jakarta yang menuntut terlalu banyak, Tino dan istrinya Dahlia Nasution kerap bersitegang. Sang istri akhirnya kembali ke Depok dan Tino menitipkan anak-anaknya ke rumah sang nenek.

Tak lama kemudian, Tino kembali mengambil anak-anaknya dan hidup bersama istri barunya bernama Santi. Di sebuah rumah kontrakan kecil di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, mereka tinggal. Tino dan Santi serta 3 anak Tino yaitu Anggi, Arie, dan Andi.

Sadar kalau dirinya pengangguran, sehabis mengantar istri ke kantor, Tino melamar kerja ke berbagai tempat. Teman-teman juga mulai dihubungi, tapi semuanya tak ada yang memberi harapan. Kondisi ini membuat Santi mulai cerewet, ditambah anak-anak yang mulai membandel sesuai dengan perkembangan usianya.

Sindiran Santi yang menyoal sikap anak-anaknya membuat Tino mulai bersikap keras pada Arie dan 2 saudaranya. Entah kenapa, kemarahan Tino dan Santi tertumpu pada Arie, anak kedua Tino yang juga murid kelas 1 SD Perguruan Cikini, Jakarta Pusat.

Oleh teman-teman sekelasnya, Arie dikenal sebagai anak yang lincah, lucu, kadang bandel, dan senang bercanda. Sedangkan di mata gurunya, Arie dikenal sebagai anak yang rajin dan pandai. Nilainya untuk pelajaran matematika 8,5.

Namun, bagi Tino dan Santi, kenakalan Arie sudah melewati batas. Penyiksaan terhadap anak yang periang ini terjadi mulai 3 November 1984, ketika Arie dituduh Tino dan Santi mencuri uang Rp1.500. Arie menjerit kesakitan ketika dihujani pukulan oleh kedua orangtuanya karena tak mau mengaku.

Pukulan itu menimpa muka, tangan, kaki, dan bagian belakang tubuhnya. Tak sampai di situ, Tino juga mengikat kaki dan tangan Arie. Kemudian, seperti layaknya pencuri Arie disuruh jongkok di kamar mandi. "Ayo minta maaf dan mengaku," teriak Santi.

Merasa tidak melakukan apa yang dituduhkan kepadanya atau sebagai ekspresi pembangkangan, Arie tetap membisu. Penasaran, Tino dan Santi melepas ikatan tangan Arie dan menyiramkan air dingin ke tubuh sang bocah. Santi meminta tambahan hukuman dengan menyuruh Arie jongkok sambil memegang kuping. Anak tidak berdosa ini melaksanakan hukumannya sambil mengerang menahan sakit.

Kekejaman Tino dan Santi terus berlanjut dan mencapai puncaknya pada Rabu 7 November 1984. Arie kembali dituduh mencuri uang Rp 8.000. Bocah yang mengaku tidak mencuri ini kembali dianiaya. Santi dengan gemas menampari Arie yang berdiri ketakutan.

Masih juga tak mengaku, Tino mengangkat sapu dan memukuli seluruh tubuh bocah itu. Suara tangis kesakitan Arie pada pukul 22.30 WIB sayup-sayup didengar tetangganya. "Menghadap tembok," teriak Santi seperti dituturkan sejumlah saksi.

Kesal karena kata maaf tak kunjung terucap, Santi kemudian datang dengan menenteng pisau pengupas mangga dan sekali lagi mengancam Arie untuk meminta maaf. Namun, lagi-lagi Arie menutup mulut. Dengan penuh emosi, Santi menjambak dan menodongkan pisaunya ke muka bocah yang sudah sangat ketakutan itu.

Setelah sang ibu tiri meninggalkan "ruang penyiksaan", giliran Toni datang dan memukul Arie yang sudah sangat lemah itu. "Berdiri terus di situ," perintah sang ayah.

Jarum jam menunjukkan pukul 01.00 WIB ketika Toni bangun dan menengok Arie. Ia menjumpai bocah itu sudah tidak berdiri lagi dan tengah duduk. Minuman di gelas yang diperintahkan tidak boleh diminum, sudah bergeser letaknya.

Bukannya merasa iba, Toni malah naik darah dan kembali menyiksanya. Gagang sapu mulai menghujani tubuh anak malang ini. Toni juga membenturkan kepalanya ke tembok. Akhirnya, anak yang lincah ini tersentak dan menggelosor jatuh. Sang ayah kembali beranjak ke kamar tidur.

Pada pukul 03.00 WIB, Toni bangun dan melihat anaknya sudah terbujur kaku. Sang ayah jadi panik dan bersama Santi melarikan Arie ke rumah sakit. Namun, dokter yang memeriksanya mengatakan Arie sudah tidak bernyawa. Hari itu, Kamis 8 November 1984.

Keesokan harinya masyarakat gempar ketika media cetak memberitakan kematian anak yang malang ini. Selama berminggu-minggu kemudian, kisah tragis ini menjadi berita utama di koran-koran. Sejak itu, nama Arie lekat di ingatan publik sebagai korban kekejaman orangtua.

Film Arie Hanggara

Setahun kemudian, sebuah film yang disutradarai Frank Rorimpandey mengisahkan nasib tragis Arie. Dibintangi Yan Cherry Budiono sebagai Arie, Deddy Mizwar memerankan Toni dan Joice Erna sebagai ibu tiri, film berjudul Arie Hanggara ini mendapat tempat di hati penonton.

Film dengan durasi yang cukup panjang ini, 220 menit, kemudian menjadi film dengan jumlah penonton terbanyak pada 1985. Menurut data Perfin pada 1986, penonton Arie Hanggara sekitar 382.708 orang.

Di makam Arie Hanggara terlihat tulisan: maafkan mama, maafkan papa. Konon, sang ayah kandung dan ibu tiri yang meminta tulisan tersebut. Kata maaf yang terlambat. Makam di TPU Jeruk Purut itu jadi saksi pilu kekerasan terhadap anak.

Kurang lebih 30an tahun lalu, Jakarta, bahkan Indonesia, dihebohkan dengan kasus kekerasan terhadap anak. Media-media besar menurunkan laporan berseri berhari-hari, mengikuti dari proses pemeriksaan kepolisian hingga pengadilan. Majalah Tempo bahkan, menurunkan laporan khusus untuk membahas masalah ini. Kasus kekerasan terhadap anak pada masa tersebut bukan hal baru, tapi kasus Arie Hanggara mencuat karena mengusik hati manusia: kok tega “membunuh” anak?

Arie Hanggara berumur tujuh tahun saat meninggal pada tanggal 8 November 1984. Hasil otopsi menunjukkan memar di sekujur tubuh termasuk bagian kepala dan bekas ikatan di pergelangan tangan dan kaki. Sebelum meninggal, Arie ditampar berkali-kali oleh ayahnya, kepala dibenturkan ke dinding, dipukul dengan gagang sapu, disuruh berdiri jongkok ratusan kali, dan dikurung satu malam di kamar mandi.

Tetangga mengaku pada malam itu, dan juga hari-hari sebelumnya, mendengar hardikan keras “HADAP TEMBOK!” Tapi mereka hanya diam, tak bertindak, tak menolong.

Subuh dini hari, Arie Hanggara ditemukan terkulai, tak sadarkan diri. Nyawanya tak tertolong.

Sang ayah mengatakan, kekerasan bagian dari pendisiplinan. Si ibu, menyebut tekanan ekonomi membuat ia sering lepas kontrol. Tetangga berdalih, mereka diam karena segan campur urusan rumah tangga orang lain.

Semua punya alasan. Maafkan Mama, Maafkan Papa, Maafkan Tetangga. Sayang, kata maaf yang terlambat itu, tak bisa menyelamatkan nyawa Arie.

Film:https://www.facebook.com/TheLookDW/videos/336444113789059/?app=fbl

Youtube Film Arie Hanggara:

https://youtu.be/CZV9bv7R1o8

cuplikan Film Arie Hanggara

https://youtu.be/xR8diYik8f4

sumber:m.liputan6.com

dan berbagai sumber

Rewrite from:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2475118035880188&id=386882044703808

Minggu, 03 Mei 2020

Jerit Hati seorang Istri

Sayangnya cerita bagus ini tidak diberi judul, sehingga judul ini hanya tambahan dari BC saja supaya lebih ada kesan dalam cerita. Berikut ini kisahnya.

Lebih baik ngontrak rumah sederhana drpd serumah dengan mertua.Mau ngapa-ngpain aja bebas. Bangun siang, bersih2 rumah kapan aja maunya, cucian kotor piring/baju mau langsung dcuci / dtumpuk dlu gk da yang ngomel, drumah berantakan sama mainan anak sakarepna, masakan gak enak juga gk masalah hihi yang penting happy.

* kisah nyata, cerita ini dari teman facebook, beliau tdk mau disebutkan *

"Cinta Datang Terlambat 22 november 2015 "

Aku adalah pria dewasa yang kuat, tampan dan mapan menurut penilaian banyak orang. Aku adalah pria yang sopan, yang baik hati menurut mereka. Tapi mungkin mereka tidak pernah tau, ketika seorang diri aku adalah pria yang bodoh, cengeng, rapuh yang hidup penuh kesalahan dan rasa penyesalan.

Aku mencintai istriku menurutku dan juga mencintai anakku. Istriku ku Ami adalah wanita yang baik dan tidak berlebihan menurutku.

Kami tidak pernah ribut, hanya masalah-masalah sepele, seperti aku meletakkan baju kotor sembarangan, menyerakkan rak sepatu, atau ketika sedang badmood dia diam saja aku mintai tolong namun tetap mengerjakannya, atau dia cemberut karena aku melupakan janjiku untuk mengantarnya ke supermarket.

Ahh tapi pernah beberapa tahun yang lalu ketika istriku menabung sedikit demi sedikit uangnya untuk membelikan aku hadiah ulang tahun berupa jam tangan ber merk. Aku malah marah dan tidak mau menerima jam tersebut, alasanku marah padanya adalah karena dia menitipkan uang untuk membeli jam tersebut pada temanku dan bukan nya memberikan uang tersebut langsung padaku. Apa dia tidak tau betapa malunya aku sebagai laki-laki, ketika sampai di toko jam temanku berpura-pura bertanya jam mana yang bagus diantara dua pilihan dengan budged yang diberikan oleh istriku padahal sebenarnya jam itu untukku. Waktu itu aku tidak berpikir sama sekali bahwa istriku hanya berusaha menyenangkanku, berusaha memberikan surprise untukku. Istriku tampak kecewa dengan sikapku.

Kehidupan rumah tangga kami, bukanlah pasangan muda yang banyak mendapat harta warisan dari orangtua. Kami merintis dari nol. Bahkan masih hidup bersama kedua orangtuaku. Namun Alhamdullilah selalu meningkat lebih baik hingga akhirnya aku bisa bekerja di perusahaan yang bagus.

Dan aku selalu mengira rumah tangga kami baik-baik saja selama 7 tahun pernikahan kami. Walaupun ada beberapa kali Ami merengek minta dibuatkan rumah, karena sekali-kali ada terjadi cekcok antara Ami dengan ibu atau adik-adikku. Tapi aku tidak pernah sungguh-sungguh memikirkan nya. Bagiku untuk apalah rumah, belum terlalu penting.

Aku adalah anak ketiga dari lima bersaudara dan anak laki-laki satu-satunya. Kakak pertama ku tinggal diluar kota ikut suaminya dan sangat jarang pulang. Adikku yang pertama tinggal sekitar 10km dari rumahku, sudah memiliki dua anak dan lumayan sering tidur dirumah karena suaminya bekerja diluar kota. Adikku yang kedua kuliah di luar kota. Dan adikku yang ke tiga masih duduk dibangku smp. Sementara istriku dia adalah yatim piatu. Dan hanya dua kakak beradik.

Bicara tentang gaji, walaupun telah bekerja di perusahaan ternama gajiku habis hanya untuk membayar hutang di bank, cicilan mobil, membantu sekolah adikku, dan memberi ibuku perbulan, sebagai janjiku karena aku berhasil masuk ke perusahaan tempatku bekerja karena jasa orangtua. Sementara istriku yang menjalankan usaha menjahit, hasilnya hanya cukup untuk biaya makan kami sekeluarga bersama orangtua, biaya internet, listrik, arisan dan lainnya.

Istriku tidak pernah marah karena aku tidak mampu memberikan sebagian uang gajiku kepadanya seperti aku memberikan rutin kepada ibuku.

Tahun terus berlalu, lagi-lagi aku berpikir kehidupan rumah tanggaku tampak berjalan seperti biasanya dan baik-baik saja. Meski mungkin itu menurutku saja karena aku sibuk bekerja dan jarang dirumah. Pernah beberapa kali ketika malam hari sebelum tidur, istriku mengampiriku, bercerita dengan suara pelan sambil meneteskan air mata, mengeluhkan ibuku, ayahku atau adikku. Aku hanya mengusap kepalanya. Meminta untuk bersabar. Meski saat itu sebenarnya aku tidak pernah benar-benar mendengarkan nya, aku berpikir.. ahh biasa bukan masalah besar.

Pernah juga ketika istriku tidak dirumah justru ibukulah yang mengeluhkan ini itu segala macam sifat istriku. Dan memintaku untuk menasehatinya. Aku hanya menjawab ya bu. Akan kukasih tau nanti.

Jadi ketika ada kesempatan untuk bicara, kukatakan pada istriku supaya dia bisa bersikap lebih baik pada orangtua atau adik-adikku. Lalu istriku mulai bercerita dan kembali menangis. Ayah gak di rumah, ayah gak tau gimana ibu, ayah gak tau gimana adik ayah, umi udah gak sanggup yah, umi pengen punya rumah sendiri. Aku hanya mengusap kepalanya. Meminta untuk bersabar.

Jika ku telaah baik-baik aku pun tau istriku berkata apa adanya semua tentang orangtua bahkan adikku. Bagaimana tidak, adikku yang sudah berkeluarga saja sering tidur dan makan dirumah bersama anak-anak bahkan suaminya. Kadang jika akan pulang ke rumahnya dia membawa beras atau yang lainnya juga dari rumah kami. Tentu saja dia memintanya pada ibuku bukan istriku. Padahal bisa dikatakan istriku saja berjuang dengan sangat hemat untuk mencukupi semua kebutuhan kami.

Dan sepertinya istri ku cukup lelah, baik itu secara psikis maupun financial. Uang yang kami punya hanya habis berputar-putar disitu saja. Kami bahkan tidak memiliki tabungan. Belum memiliki rumah. Hanya sebuah mobil yang masih kredit dan ruko kecil tempat istriku membuka usaha. Tapi aku bahkan belum bisa berbuat apapun untuknya.

Hingga akhirnya hal buruk itu benar-benar dimulai. Suatu hari, ibuku membuka pembicaraan tentang uang perbulan yang selalu aku berikan. Ibuku bilang “tolong bilang ke istrimu jangan di bahas-bahas lagi tentang uang itu. Karena sekarang ini gak ada lagi orang tua lain yang bisa bantu anaknya masuk kerja ke perusahaan sebagus itu. Kamu itu beruntung ”Bu, Ami gak pernah bilang apa-apa ke Yoga. “kamu mau kasih berapapun gak akan bisa balas apa yang udah orangtua berikan.” Dia gak pernah marah atau iri kok bu. Tapi ibuku trus saja mengucapkan kata-kata lain nya. Istriku yang sedang menyiapkan baju untukku dikamar akhirnya keluar karena mendengar ribut-ribut dan menanyakan ada apa. Ku jelaskan yang disebut ibu pada istriku, semeentara ibu masih terus saja bicara, hingga akhirnya istriku menjawab kalo ibu memang gak sayang dengan nya dan pergi masuk ke kamar meninggalkan aku dan ibu. Saat itu aku sempat berkata pada ibu kalo memang ibu gak suka lagi aku dirumah ini, maka aku akan pergi.

Menjelang siang istriku di jemput teman nya dan pergi bersama Okan keluar. Ketika pulang menjelang sore dan masuk ke kamar, istriku menemukan secarik surat di tempat tidur dari ibu yang berisi. “mulai hari ini saya tidak kenal kamu lagi, saya memang tidak pernah menyayangi kamu dan kamu bukan menantu saya lagi.” Istrikuku memfoto surat kecil itu dan mengirimkan nya padaku lewat bbm. Rasanya pasti seperti di sambar petir di siang bolong. Istriku langsung pergi lagi keluar dari rumah bersama Okan.

Mungkin wanita lain akan kembali ke rumah orangtuanya, tapi istriku mau kemana dia. Kakak nya jauh tinggal di Bandung. Disinipun ikut denganku tidak memiliki teman dekat. Aku sempat menitikkan air mata, namun karena saat itu dikantor sangat bnyak pekerjaan akhirnya masalah itu terlewat begitu saja dipikiranku hingga jam pulang.

Ketika sampai dirumah dan menemukan istriku tidak ada aku menelepon dan menanyakan dia dimana. Aku membujuknya agar mau pulang. “dan malam itu juga kami pun berkumpul, aku, istriku, ibuku, ayahku. Membicarakan titik permasalahan nya. “Ibuku yang memang pertama kali memulai masalah pun tampak nya enggan untuk mengakui.” tentu saja, karena dia pasti tidak akan mau jika harus mengaku salah di depan anak dan menantunya. Sementara itu istri dan ayahku hanya diam saja. “ibuku trus bicara blaaa-blaaa.. ini itu dan banyak yang lain nya untuk semakin memojokkan istriku.

Akhirnya aku bertanya “jadi ibu mau nya apa?” ibuku bilang, dia ingin istriku merubah sifatnya. Ibuku bilang dia tidak akan mau makan, karena ibuku tau selama ini istriku tidak rela, tidak ikhlas. Aku bilang pada ibu, kalau ibu tidak mau makan itu bearti ibu tidak menghargai hasil jerih payahku. Lebih baik aku gak usah tinggal dirumah ini lagi. Ibuku kembali bilang, “bahwa dia gak makan karena istriku tidak rela. Ibuku juga bilang, seharusnya istriku bisa bersikap lebih baik ke adik-adikku. Dan jangan dibahas lagi masalah uang yang aku berikan karena ibuku malu jika orang lain tau. Dan kalau sampai aku pergi meninggalkan rumah ini, ibuku bilang dia tidak akan mau menginjakkan kakinya dirumahku sebagus atau semewah apapun rumahku.

Saat itulah aku melihat istriku meneteskan airmatanya, airmata itu trus saja mengalir tak tertahan lagi olehnya. Meski berusaha menangis tanpa suara, tampak sekali bahwa ia merasa sedih, terpukul, kecewa, tersiksa bercampur menjadi satu. “ayahku yang sedari tadi diam saja, akhirnya buka suara dan bilang kalau dia akan sangat malu jika aku sampai pergi meninggalkan rumah ini.” Aku bilang semua keputusan ada ditangan ibu. Ibu bilang jangan pergi.

***

Aku pikir masalah malam itu pastilah akan terlupakan. Setahun lebih hampir berlalu dan semua akan kembali baik-baik saja. Tapi ternyata aku salah. Istriku berubah menjadi lebih pendiam, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak kami, dia jarang sekali tertawa, bercanda seperti dulu. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang begitu sebagai upaya untuk berusaha menjadi lebih baik.

Istriku tidak pernah lagi merengek minta dibuatkan rumah, tidak pernah minta di antar ke supermarket, arisan, atau mengajak keluar saat weekend. Bahkan jika aku ajak pergi ke kondangan ataupun keluar istriku menjawab, “ayah saja ya umi capek, ayah saja ya umi ngantuk, ayah saja ya umi masih ada kerjaan.” Dan aku pikir memang begitu keadaannnya.

Aku bahkan tidak menyadari jika istriku menjadi lebih kurus, matanya sering sembab karena berusaha menyembunyikan kesedihannya dariku. Suatu hari bahkan anakku Okan pernah berkata, kita kalau mau makan selalu bilang “makan umi, makan oma, makan opa, makan aunty, tapi kok Okan gak pernah denger umi bilang gitu ya yah. Aku tersentak dan tersenyum, umi kan sekarang gak mau bicara kuat-kuat sayang mungkin waktu umi makan lagi gak ada siapa-siapa. Sahutku. Okan pun tersenyum, mengangguk. Tapi aku jadi terpikir dengan kata-kata anakku, selesai makan akupun langsung masuk ke kamar menghampiri istriku yang memang lagi tidak enak badan menanyakan apa ia sudah makan? Mau dibelikan apa? Istriku hanya tersenyum dan menggeleng tidak mau apa-apa katanya. Dia sudah kenyang.

Bulan berlalu, kota kami dituruni hujan yang sangat lebat, memang sedang musim hujan sih sebenernya. Tapi hari ini betul-betul lebat bahkan beberapa pohon tua di area perkantoranku sampai tumbang. Aku berusaha menelepon istriku namun tidak di angkat. Akhirnya aku menelpon ke ruko dan menanyakan ke karyawan apakah istriku ada disana, “ada pak, tapi ibu didalam baru datang setengah jam yang lalu sambil basah kuyup pak.” Oh ya sudah kalu gitu. “ada pesan pak?” paling nanti saya mau jemput ibu. Gak perlu dibilang ya mbak, ada surprise soalnya. “oke pak.”

Hari ini perusahanku menang tender, aku pun kelimpahan bonus yang lumayan besar jumlahnya dan pasti bisa digunakan untuk membuat rumah sederhana impian istriku. Lepas jam kantor aku pun bergegas ke ruko ingin berjumpa belahan jiwaku. “ibu masih didalam mbak? masih pak. Aku membuka pintu pelan sekali, karena ingin mengejutkannya. Istriku tampak menidurkan kepalanya di atas tangan di meja. “DAAAAAA.. sahutku memegang pundak istriku, yang ternyata pakaian nya masih basah karena kehujanan tadi. Ya ampun pikirku, hujan sudah berhenti hampir 2 jam yang lalu. Umiii, panggilku sambil membalikkan tubuhnya. Saat itulah aku menyadari sesuatu yang sangat buruk telah terjadi. Wajah istriku sangat pucat dan biru. Tangannnya sangat dingin seperti es. Umiiii jeritku membopongnya membawa ke luar ruangan. Karyawan yang ada diluar pun kaget melihatku. Aku langsung meminta salah satu karyawan menyupir mobil sementara aku menggendong dan berusaha menyadarkan istriku.

Aku tak henti-hentinya menangis, segala pikiran dan bayangan buruk merasuk kedalam pikiranku. Air mataku jatuh tak terhankan membasahi wajah istriku. Aku memeluknya erat, erat sekali. Pejalanan ke rumah sakit ntah kenapa terasa begitu lama. Aku tak tahan lagi. Aku ingin agar istriku segera sadar, aku ingin dia tau kabar gembira yang kubawa, aku ingin dia tau betapa aku mencintainya. Aku ingin dia bahagia. Aku ingin dia tersenyum. Aku tidak indin dia bersedih atau pun menangis lagi. Aku ingin melihat senyumnya yang dulu, ketawanya yang dulu, candaan nya yang dulu. Yang hilang tanpa pernah aku sadari. Umi maafkan ayah mi. Maafkan ayah. Maafkan ayah. Maaafkan ayah umi.. maafkannnnn...

Selama dua jam Aku menunggu dokter menangani istriku. Kenapa lama sekali mbak? tanyaku pada perawat yang keluar dari ruangan. “sabar pak” jawabnya. Ya Allah ya tuhan, aku mohon selamatkan dia Ya Allah. Dialah bidadariku Ya Allah. Aku sangat mencintainya. Bagaimana mungkin aku dan anakku hidup tanpa nya. Tanpa kasih sayang nya. Aku merasa sangat sedih sekali. Belum pernah aku merasa sesedih ini. Tapi bagi istriku mungkin selama ini, seperti inilah hidup yang ia jalani. Namun aku tak pernah mengerti dan merasakannya. Aku tak pernah akan tau betapa ia menderita jika peristiwa ini tidak terjadi. Ya Allah maafkan aku, aku mohon beri aku kesempatan.

Maafkan kami pak, nyawa istri bapak tidak tertolong. Istri bapak terserang hipotermia. Sahut dokter dengan wajah sedih. Seketika tubuhku lunglai dan menjadi dingin seperti es. Airmataku jatuh tak tertahankan. Bagaimana mungkin dok? Istri saya hanya kehujanan sebentar saja. Bagaimana mungkin? “Mungkin saja pak, walaupun hanya kehujanan sebentar tapi bisa saja tubuh istri bapak sedang dalam keadaan yang tidak fit, atau perutnya kosong, apalagi istri bapak tidak segera mengganti pakaian nya yang basah setelah kehujanan.

Ya Allah, jeritku... aku tak berhenti menangis, aku tak berhenti memeluknya, tubuh istriku yang telah kaku. Aku menatap lekat wajahnya, wajah itu begitu teduh namun sayu. Amiiii, aku mencintaimu sangat mencintaimu sayang. Maafkan aku yang tak pernah mengerti. Maafkan aku yang tak pernah paham. Tapi mengapa tak engakau beri aku kesempatan? Apa engkau sudah benar-benar lelah? Apa memang sudah tak kuat lagi? Lalu bagaimana dengan aku? Apa kamu pikir aku akan kuat mejalani ini semua? Bagaimana dengan anak kita? Pikiranku kembali ke semua hal yang telah berubah pada istriku setahun belakangan ini. Seandainya saja aku menyadari bahwa semakin hari tubuhnya memang semakin kurus, seandainya saja aku menyadari kata-kata Okan malam itu padaku. Aku menyesali semuanya, semua yang telah terlambat dan tak akan terulang.

Andai waktu dapat diputar, pastilah aku tidak akan membiarkanmu tinggal lama-lama serumah dengan keluargaku. Andai waktu dapat diputar pastilah dengan sungguh-sungguh akan kubangun rumah impianmu sayangku, cintaku, bidadariku. Air mata ini, kesedihan ini, tak akan mampu menghapuskan semua salahku sayang.

Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri hargailah keberadaannya, kasihi dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila ia telah tiada, tidak ada suatu apapun yang dapat lebih baik seperti dirinya.

Bukanlah hal yang salah jika tinggal bersama mertua atau saudara ipar. Tapi pernahkah kamu mendengar pribahasa “yang jauh bau bunga yang dekat bau tahi.” Jadi alangkah lebih baiknya jika kau bina rumah tangga kecilmu dengan tertatih namun berujung nikmat dan bahadiah. Karena didalamnya akan kau temukan begitu banyak kejutan dan cinta.

Keluarga memang penting, ibu, ayah, kakak, adik, tapi jangan sampai karena cintamu pada mereka engkau melupakan cinta dan tanggung jawab pada istrimu.

Link original:

https://m.facebook.com/100041247272471/posts/119678156083760/?notif_id=1568634284735562&notif_t=story_reshare&ref=notif

Kisah Nabi Musa as.

Nabi Musa as. adalah satu-satunya Nabi yang bisa berbicara dengan Allah S.W.T Setiap kali hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah beliau akan berbicara dengan Allah. Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada nabi-nabi lain.

Suatu hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah. "Ya Allah, siapakah orang di syurga nanti yang akan bertetangga denganku?". Allah pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya. Setelah mendapat jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Tursina dan terus berjalan menuju tempat yang diberitahukan tersebut. Setelah beberapa hari berjalan, akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat yang dimaksud. dengan bantuan beberapa orang penduduk di situ, nabi Musa pun berhasil bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam, beliau di-persilakan masuk dan duduk di ruang tamu. Namun, tuan rumah itu langsung tidak melayani Nabi Musa. Dia justru masuk ke dalam kamar dan melakukan sesuatu di dalam.

Tak lama kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu digendongnya dengan hati-hati. Nabi Musa terkejut melihatnya. "Ada apa ini?”, kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya, penuh keheranan. Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian diantar kembali ke dalam kamar. Tidak lama ke-mudian dia keluar sekali lagi dengan membawa pula seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta cium dengan penuh ka-sih sayang. Babi itu kemudian pun diantar kembali ke kamar.

Selesai kerjanya barulah dia melayani Nabi Musa. "Wahai saudara! Apa agama kamu?", tanya Nabi Musa. "Aku agama Tauhid", jawab pemuda itu, “Yaitu agama Islam”. "Lalu, mengapa kamu membela babi? Kita tidak boleh berbuat begitu." Kata Nabi Musa.

-

"Wahai tuan", kata pemuda itu. "Sebenarnya kedua babi itu adalah ibu bapak kandungku. Oleh karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah telah mengganti wajah mereka men-jadi babi yang buruk rupa. Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Hari-hari aku berbakti kepada kedua ibu bapakku sebagaimana yang tuan lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku.", sambungnya.

"Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mereka diampunkan. Aku bermohon supaya Allah menukarkan wajah mereka menjadi manusia sebenarnya, tetapi Allah masih belum memakbulkan lagi.", tambah pemuda itu lagi. Maka ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s. 'Wahai Musa, inilah orang yang akan bertetangga dengan kamu di Syurga nanti, baktinya yang sangat tinggi kepada kedua ibu bapaknya. Ibu bapaknya yang sudah buruk de-ngan rupa babi pun dia berbakti juga. Oleh kare-na itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak soleh di sisi Kami."

Allah juga berfirman lagi : "Karena dia telah berada di maqam anak yang soleh disisi Ka-mi, maka Kami angkat doanya. Tempat kedua ibu bapaknya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam syurga." Itulah berkat anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa ibu bapak yang akan masuk ke dalam neraka pindah ke syurga.

Walau bagaimana buruk sekali pun perangai kedua ibu bapak kita itu bukan urusan ki-ta..Urusan kita ialah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa. Walau banyak sekali dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita ialah meminta ampun kepada Allah S.W.T supaya kedua ibu bapak kita diampuni Allah S.W.T. Doa anak yang soleh akan membantu kedua ibu bapaknya mendapat tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para ibu bapak di alam kubur. Arti sayang seorang anak kepada ibu dan bapaknya bukan melalui hantaran uang, tetapi sayang seorang anak pada kedua ibu bapaknya ialah dengan doa-nya supaya kedua ibu bapaknya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah Swt .

Kisah Siti Masyitoh (Yang makamnya harum semerbak)

KISAH SITI MASYITOH

Wanita Mulia Yang Makamnya Harum Semerbak Sahabat kisah ini sudah hampir dilupakan oleh kalangan ummat islam, anak-anak generasi muda saat ini saya yakin mereka tidak pernah dengar kisah yang sangat memberikan inspirasi besar dalam kehidupan, bagaimana keteguhan dan keyakinannya menjadikan ia wanita yang mulia disisi Allah SWT. Siapa wanita mulia tersebut dialah Siti Masyitoh yang hidup pada zaman Fir’aun dan sekaligus menjadi pembantu mengurus anak-anaknya Fir’aun

“Apa, di dalam kerajaanku sendiri ada pengikut Musa?” Teriak Fir’aun dengan amarah yang membara setelah mendengar cerita putrinya perihal keimanan Siti Masyitoh. Hal ini bermula ketika suatu hari Siti Masyitoh sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir itu terjatuh, seketika Siti Masyitoh mengucap Astagfirullah.

Sehingga terbongkarlah keimanan Siti Masyitoh yang selama ini disembunyikannya.

“Baru saja aku menerima laporan dari Hamman, mentriku, bahwa pengikut Musa terus bertambah setiap hari. Kini pelayanku sendiri

ada yang berani memeluk agama yang dibawa Musa.

Kurang ajar si Masyitoh itu,” umpat Fir’aun.

“Panggil Masyitoh kemari,” perintah Fir’aun pada pengawalnya.

Masyitoh datang menghadap Fir’aun dengan tenang. Tidak ada secuil pun perasaan takut di hatinya. Ia yakin Allah senantiasa menyertainya.

“Masyitoh, apakah benar kamu telah memeluk agama yang dibawa Musa?”. Tanya Fir’aun pada Masyitoh dengan amarah yang semakin meledak.

“Benar,” jawab Masyitoh mantap.

“Kamu tahu akibatnya? Kamu sekeluarga akan saya bunuh,” bentak Fir’aun, telunjuknya mengarah pada Siti Masyitoh.

“Saya memutuskan untuk memeluk agama Allah, maka saya telah siap pula menanggung segala akibatnya.”

“Masyitoh, apa kamu sudah gila! Kamu tidak sayang dengan nyawamu, suamimu, dan anak- anakmu.”

“Lebih baik mati daripada hidup dalam kemusyrikan.”

Melihat sikap Masyitoh yang tetap teguh memegang keimanannya, Fir’aun memerintahkan kepada para pengawalnya agar menghadapkan semua keluarga Masyitoh kepadanya.

“Siapkan sebuah belanga besar, isi dengan air, dan masak hingga mendidih,” perintah Fir’aun lagi.

Ketika semua keluarga Siti Masyitoh telah berkumpul, Fir’aun memulai pengadilannya.

“Masyitoh, kamu lihat belanga besar di depanmu itu. Kamu dan keluargamu akan saya rebus. Saya berikan kesempatan sekali lagi,

tinggalkan agama yang dibawa Musa dan kembalilah untuk menyembahku. Kalaulah kamu tidak sayang dengan nyawamu, paling tidak fikirkanlah keselamatan bayimu itu. Apakah kamu tidak kasihan padanya.”

Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Fir’aun, Siti Masyitoh sempat bimbang. Tidak ada yang dikhawatirkannya dengan dirinya,

suami, dan anak-anaknya yang lain, selain anak bungsunya yang masih bayi. Naluri keibuannnya muncul. Ditatapnya bayi mungil dalam gendongannya.

“Yakinlah Masyitoh, Allah pasti menyertaimu.” Sisi batinnya yang lain mengucap.

Ketika itu, terjadilah suatu keajaiban. Bayi yang masih menyusu itu berbicara kepada ibunya,

“Ibu, janganlah engkau bimbang. Yakinlah dengan janji Allah.” Melihat bayinya dapat berkata-kata dengan fasih, menjadi teguhlah

iman Siti Masyitoh. Ia yakin hal ini merupakan tanda bahwa Allah tidak meninggalkannya.

Allah pun membuktikan janji-Nya pada hamba-hamba-Nya yang memegang teguh (istiqamah) keimanannya. Ketika Siti Masyitoh dan keluarganya dilemparkan satu persatu pada belanga itu, Allah telah terlebih dahulu mencabut nyawa mereka, sehingga tidak merasakan panasnya air dalam belanga itu.

Demikianlah kisah seorang wanita shalihah bernama Siti Masyitoh, yang tetap teguh memegang keimanannya walaupun dihadapkan

pada bahaya yang akan merenggut nyawanya dan keluarganya.

Ketika Nabi Muhammad Saw. isra dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, beliau mencium aroma wangi yang berasal dari sebuah kuburan.

“Kuburan siapa itu, Jibril?” tanya baginda Nabi.

“Itu adalah kuburan seorang wanita shalihah yang bernama Siti Masyitoh,” jawab Jibril.

Semoga bermanfaat..

Link sumber:

https://www.facebook.com/100016436490751/posts/508133866411159/

Area lampiran

Sabtu, 02 Mei 2020

Berdialog dengan Allah

Memahami bacaan tahiyat dalam sholat. Berikut ini dikisahkan tentang dialog Allah dengan Nabi. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari setiap cerita. Aamiin....

"BACAAN ATTAHIYYAT ADALAH DIALOG ANTARA RASULULLAH SAW. DENGAN ALLAH SWT"    di Sidratul Muntaha ketika terjadi peristiwa Isra Mi'raj.

*1. Seandainya kita mengetahui bahwa

sebagian dari bacaan shalat itu adalah

dialog antara Rasulullah SAW dengan Allah

Azza wajalla, tentu kita tidak akan

terburu-buru melakukannya...

* Allahu Akbar, ternyata bacaan shalat itu dapat

membuat kita seperti berada di syurga...

* Mari kita camkan dan renungkan kisah

berikut ini, tentu akan berlinang air mata kita,

masya Allah...*

*2. Singkat cerita, pada malam itu Jibril As. mengantarkan Rasulullah Saw naik ke Sidratul Muntaha. Namun karena Jibril As tidak diperkenankan untuk mencapai Sidratul Muntaha, maka Jibril As pun mengatakan kepada Rasulullah SAW untuk melanjutkan perjalanannya sendiri tanpa dirinya...

*3. Rasulullah Saw melanjutkan perjalanan perlahan sambil terkagum-kagum melihat indahnya istana Allah Swt hingga tiba di Arsy...

* Setelah sekian lama menjadi seorang Rasul, inilah pertama kalinya Nabi Muhammad Saw

berhadapan dan berbincang secara langsung dengan Allah Azza wa Jalla...

* Bayangkanlah betapa indah dan luar biasa dahsyatnya moment ini, Masya Allah..*

*4. Percakapan antara Nabi Muhammad Rasulullah Saw dengan Allah Subhanahu Wata'ala

*(1). Rasulullah Saw-pun mendekat dan memberi salam penghormatan kepada Allah Swt :

* Attahiyyatul mubarokaatush shalawatuth

thayyibaatulillah*= Semua ucapan

penghormatan, pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah".

*(2). Kemudian Allah Swt menjawab sapaannya

* Assalamu 'alaika ayyuhan Nabiyyu

warahmatullahi wa barakaatuh

* Segala pemeliharaan dan pertolongan Allah

untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya".

*(3). Mendapatkan jawaban seperti ini,

Rasulullah Saw tidak merasa jumawa atau

berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya, ini yang membuat kita

sangat terharu.

* Beliau menjawab dengan ucapan :*

* Assalaamu 'alaina wa 'alaa 'ibadillahish

shalihiin"*= *Semoga perlindungan dan

pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih"

* Bacalah percakapan mulia itu sekali lagi, itu adalah percakapan Sang Khaliq dan

hamba-NYA, Sang Pencipta dan ciptaan-NYA

dan beliau saling menghormati satu sama lain, menghargai satu sama lain, dan lihat

Betapa Rasulullah Saw mencintai kita

umatnya, bahkan beliau tidak lupa dengan kita ketika beliau di hadapan Allah Swt..."

* (4). Melihat peristiwa ini, para Malaikat yang

menyaksikan dari luar Sidratul Muntaha tergetar dan terkagum-kagum betapa Rahman dan Rahimnya Allah Swt, betapa mulianya Nabi Muhammad Saw...

*Kemudian para Malaikat-pun mengucap dengan penuh keyakinan :

*Asyhadu Allaa ilaaha illallah, wa asy hadu

anna Muhammadan abduhu wa Rasuluhu* = *Kami

bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan kami bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba Allah dan Rasul Allah".*

*5. Jadilah rangkaian percakapan dalam

peristiwa ini menjadi suatu bacaan dalam shalat yaitu pada posisi Tahiyat Awal dan Akhir, yang kita ikuti dengan shalawat kepada Nabi sebagai sanjungan seorang individu yang menyayangi  umatnya.

* Mungkin sebelumnya kita tidak terpikirkan  arti dan makna kalimat dalam bacaan ini.*

* Semoga dengan penjelasan singkat ini kita dapat lebih meresapi makna shalat kita.

Sehingga kita dapat merasakan getaran yang

dirasakan oleh para Malaikat disaat peristiwa itu...

* Semoga bermanfaat untuk menambah

kekhusyu'an shalat kita. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.*

6. Pesan :

*Jangan pernah tinggalkan shalat karena didalam kubur banyak jutaan manusia yang

minta dihidupkan kembali hanya untuk

beribadah kepada Allah Swt

*Sesibuk apapun kita jangan pernah

tinggalkan shalat*

Sumber : Kitab Qissotul Mi'raj.

Randi

Randi namanya (bukan nama sebenarnya). Umurnya tahun ini genap 8 tahun. Dengan segala keterbatasannya, Ia hidup dengan menanggung beban lahir dan batin. Ya, dia menjadi yatim piatu setelah kurang lebih satu bulan lalu Ibundanya berpulang. Semasa hidup, Ibunya bahkan kurang memperhatikannya. Itu sepenglihatanku. Banyak orang bilang jika Almarhumah memiliki gangguan kejiwaan semenjak ditinggal pergi suaminya entah ke mana. Itu kudengar dari obrolan para tetangga. Aku yang kurang bersosialisasi alias kurang nongkrong di lingkungan sekitar, tentu saja tak tahu pasti kebenarannya.

Terlebih saat itu Almarhumah masih tinggal di gang sebelah. Belum bertetangga dekat dengan rumahku. Namun setelah Almarhumah dan Randi pindah ke rumah di depan rumahku, aku merasakan bahwa dia sosok yang sulit diajak bicara. Bukan tidak waras, hanya saja kurang nyambung dengan maksud yang kita sampaikan.

Bahkan tak semua kalimatnya mampu kumengerti dengan baik. Dari situ aku mulai paham yang digunjingkan orang-orang. Sebetulnya dia bukan mengalami gangguan seperti gosip yang beredar. Menurutku, itu adalah refleksi dirinya ketika mengalami tekanan yang teramat dahsyatnya saat Ia mengandung Randi dahulu. Beban hidup menanggung kehamilan yang tidak diinginkan, dimana ternyata kekasihnya saat itu tak mau bertanggung jawab, ditambah lagi cacian dan gunjingan orang-orang yang dia terima, spontan membuat mentalnya seketika jatuh ke dasar jurang yang bahkan kita tidak tahu seberapa dalam jurang itu.

Lagi-lagi kudengar dari tetangga, katanya dahulu kekasih yang membuatnya mengandung Randi adalah laki-laki berstatus suami orang. Parahnya, Ia tak rela meninggalkan keluarganya demi mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Almarhumah. Ia lebih memilih lari meninggalkannya dengan anak yang sedang dikandung Almarhumah yang jelas darah dagingnya. Aku sangat paham ini sulit baginya.

Dan aku sama sekali tidak ingin menghakimi kesalahan Almarhumah atas apa yang diperbuatnya sehingga membuat dirinya menanggung beban hamil tanpa suami. Karna bisa saja itu terjadi padaku. Tapi Allah Maha mengetahui siapa saja manusia yang sanggup menerima cobaannya. Mungkin aku tak akan sanggup diberi cobaan demikian. Hingga Allah ingin aku belajar dari kisah hidup orang lain sehingga Dia mengirimkan Almarhumah dan anaknya ke depan rumahku. Dihadapkan langsung dengan kisah hidupnya, mana mungkin aku masih tak mensyukuri segala yang sudah Allah anugrahkan kepadaku.

Randi oh Randi, betapa malangnya dirimu nak. Kini kau hidup tanpa Ayah dan Ibu. Meski ada kakek serta tante dan om. Pasti rasanya akan jauh berbeda jika bersama dengan kedua orangtua kandung. Aku tak habis pikir bagaimana kau menjalani hidupmu yang demikian.

saat ini, diumurnya yang sudh 8 tahun, Randi masih sulit bicara. Bukan tidak bisa bicara, melainkan kurang lancar pelafalan kata perkata atau kalimat yang Randi ucapkan. Membuat kami yang mendengar kurang paham apa maksud ucapannya. Bahkan Ia tidak sekolah. Kudengar, dulu Ia sempat disekolahkan oleh kakeknya. Tapi tak berapa lama, pihak sekolah memutuskan mengembalikan Randi pada walinya dengan alasan Randi tak mampu jika harus mengejar ketrtinggalan di sekolah biasa.

Selanjutnya yang terjadi adalah Randi tidak sekolah lagi. Sampai detik aku menulis ini, aku masih sering memperhatikan keseharian Randi yang sering sekali di luar rumah. Bermain sendirian karna anak-anak lain termasuk anakku enggan bermain dengannya. Bukan karna kekurangannya. Tapi menurut anak-anak di lingkunganku, Randi itu nakal. Sering memukul, melempar sampah ke teman-temannya atau bahkan meludahi mereka.

Pernah aku menegur anak bungsuku agar mau bermain dengannya. Tapi setelah itu, yang terjadi adalah anakku yang masih berumur 6 tahun, pulang dengan raut wajah kesal. Kemudian seperti ingin menangis. Kutanya ada apa. Dia hanya cemberut.

Setelah kubujuk, akhirnya mau juga Ia menceritakan yang terjadi. Rupanya saat bermain dengan Randi, Ia meludahi wajahnya. Ingin membalas namun Ia ingat wejanganku. Kukatakan padanya untuk pergi saja jika dia mencari masalah. karna Ia anak yang berbeda denganmu.

Jadilah Ia hanya menyimpan kesal dan amarahnya sampai di rumah. Sejak itu, anakku tak mau lagi bermain dengannya. Akupun tak bisa marah pada Randi, hanya bisa mencoba menegurnya dengan pelan. Namun aku tahu Randi tak mengerti satupun ucapanku.

Sampai detik ini, Randi masih dengan kondisi yang sama. Hidup tanpa Ayah dan Ibu juga tanpa pendidikan. Om tante yang mengurusnya sudah cukup sibuk dengan keseharian merek mengurus anak-anaknya sendiri. Jika ditambah dengan kehadiran Randi yang begitu banyak menguras waktu dan tenaga karna kondisinya, tentu saja terkadang mereka tak sanggup.

Akupun tak bisa menyalahkan keadaan meraka.Yaah semoga saja Randi kecil bisa tumbuh kian membaik seiring berjalannya waktu. kuharap, Ia menjadi pribadi yang lebih baik ditangan om dan tantenya ketimbang dengan Almarhum Ibundanya dahulu.

Karna kalau kuperhatikan, Randi lebih bisa terbuka dan lebih bisa mendengarkan orang lain setelah kepergian Ibunya. Ia berada di lingkungan yang menurutku lebih baik dari saat bersama Ibunya. Mungkin karna kondisi Ibunya yang juga sama dengannya waktu itu.

Cerita yang kutuliskan ini memang tidak akan ada endingnya. Karna Randi masih terus tumbuh seiring waktu berjalan. Kita doakan saja, anak yatim piatu ini bisa menjadi jalan amalan terbaik bagi orang-orang di sekelilingnya termasuk aku. Aamiin......

April Mop (Non Fiksi)

Sumber tertulis pada akhir artikel.

ISABELLA SANG PEMBUNUH MASAL

Tahukah Anda bahwa “Jagal Wanita yang ada pada lukisan”

Dialah orang yang membongkar kuburan Kaum Muslimin kemudian dia gambar salib pada bagian dada dan wajah jenazah kuburan tersebut setelah jatuhnya kota Granada.

⁦Dia juga yang mendirikan inkuisisi Spanyol dan ia memaksa kaum Muslimin untuk memeluk Kristen atau dibunuh (jika menolak)

Dialah Isabella : Ratu Kastila.

.

Anehnya Eropa mau memproduksi dan menggambarkan bahwa dia adalah seorang Ratu Adil dan mencintai masyarakatnya (tanpa membedakan ras).

.

Lebih parahnya lagi film ini disiarkan juga oleh chanel Muslim

ﻫﻞ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﻥ “ ﺍﻟﺴﻔﺎﺣﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺑﺎﻟﺼﻮﺭﺓ ”

ﻫﻲ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻨﺒﺶ ﻗﺒﻮﺭ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻭﺗﺮﺳﻢ ﺍﻟﺼﻠﻴﺐ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻭﺭﻫﻢ ﻭﻭﺟﻮﻫﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺳﻘﻮﻁ ﻏﺮﻧﺎﻃﺔ؟

ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺘﻲ ﺃﻣﺮﺕ ﺑﺈﻧﺸﺎﺀ ﻣﺤﺎﻛﻢ ﺍﻟﺘﻔﺘﻴﺶ ﺍﻹﺳﺒﺎﻧﻴﺔ ﻭﻛﺎﻧﺖ ﺗﺠﺒﺮ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻷﻧﺪﻟﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻋﺘﻨﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻴﺤﻴﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﻘﺘﻞ .

‏( ﺇﻳﺰﺍﺑﻴﻼ : ﻣﻠﻜﺔ ﻗﺸﺘﺎﻟﺔ )

ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻌﺠﻴﺐ ﺃﻥ ﺍﻷﻭﺭﻭﺑﻴﻴﻦ ﻗﺎﻣﻮﺍ ﺑﺈﻧﺘﺎﺝ ﻓﻴﻠﻢ ﻳﻈﻬﺮﻫﺎ ﺑﻬﻴﺌﺔ ﺍﻟﻌﺎﺩﻟﺔ ﻭﺍﻟﺘﻲ ﺗﺤﺐ ﺷﻌﺒﻬﺎ ﻭﺗﺒﺜﻪ ﻗﻨﻮﺍﺕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ .

Via Fb Tegar Alfianto

.

April Mop, Fakta Sejarah Kekejaman Tentara Salib Membantai Ribuan Muslim Spanyol

Ilustrasi Pembantain Muslim Spanyol oleh Tentara Salib.

.

Islamedia – April Mop merupakan budaya Barat yang dikenal dengan The April’s Fool Day. Pada 1 April itu, orang boleh dan sah-sah saja menipu teman, orang tua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya sang target, jika sudah sadar kena April Mop, maka dirinya juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan, dengan mengatakan, “April Mop!”.

.

Namun banyak umat Islam yang ikut-ikutan merayakan April Mop ini tidak mengetahui, bahwa April Mop, atau The April’s Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.

.

Saat itu terjadi pembantaian ribuan umat Islam di Granada Spanyol di depan pelabuhan. Dengan tipuan akan diberangkatkan ke keluar Andalusia dengan kapal-kapal yang disediakan oleh Ratu Isabella, Muslim Andalusia malah dikonsentrasikan dan dengan mudah dibantai habis dalam waktu sangat singkat oleh ratusan pasukan salib yang mengelilingi dari segala penjuru.

.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara salib segera membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Mereka kebanyakan terdiri atas para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.

.

Bagi umat kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.

.

Itulah akhir dari kejayaan Islam di Andalusia. Sebuah peradaban Islam yang dimulai dari perjuangan Tariq Bin Ziyad pada tahun 711 M dan berakhir pada 1487 M. Selama tujuh abad lebih peradaban ini telah menyumbangkan kepada dunia, kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad.

.

Namun ada sebuah kisah yang sangat memilukan. Pada 2 Januari 1492, kardinal Devider memasang salib di atas Istana Hamra; istana kerajaan Nashiriyah di Spanyol. Tujuannya sebagai bentuk proklamasi atas berakhirnya pemerintahan Islam di Spanyol.

Kaum Muslimin dilarang menganut Islam, dan dipaksa untuk murtad. Begitu juga mereka tidak boleh menggunakan bahasa Arab, siapa yang menentang perintah itu akan dibakar hidup hidup setelah disiksa dengan berbagai cara. Gereja di masa pemerintahan monarki Raja Ferdianand dan Isabella membuat Dewan Mahkamah Luar Biasa atau yang dikenal dengan Lembaga Inkuisi sebuah lembaga peradilan yang bertugas untuk menghabisi siapa saja orang-orang di luar Katholik. Lembaga ini kemudian bermetamorfosa menjadi Opus Dei.

.

Empat abad setelah jatuhnya Islam di Spanyol, Napoleon Bonaparte pada 1808 mengeluarkan instruksi untuk menghapuskan Dewan Mahkamah Luar Biasa tersebut. Dan di sinilah kisah ini berawal. Ditulis oleh Syaikh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya At Ta’asub Wat Tasamuh (hal 311-318).

Tentara Prancis menemukan tempat sidang Dewan Mahkamah Luar Biasa itu di sebuah ruang rahasia di dalam gereja. Di sana ada alat alat penyiksaan seperti alat pematah tulang dan alat pengoyak badan. Alat ini untuk membelah tubuh manusia. Ditemukan pula satu peti sebesar kepala manusia. Di situlah diletakkan kepala orang yang hendak disiksa. Satu lagi alat penyiksaan ialah satu kotak yang dipasang mata pisau yang tajam. Mereka campakkan orang orang muda ke dalam kotak ini, bila dihempaskan pintu maka terkoyaklah badan yang disiksa tersebut.

.

Di samping itu ada mata kail yang menusuk lidah dan tersentak keluar, dan ada pula yang disangkutkan ke payudara wanita, lalu ditarik dengan kuat sehingga payudara tersebut terkoyak dan putus karena tajamnya benda benda tersebut. Nasib wanita dalam siksaan ini sama saja dengan nasib laki laki, mereka ditelanjangi dan tak terhindar dari siksaan.

Inilah jawaban untuk kita, mengapa saat ini, kita tidak menemukan bekas-bekas peradaban Islam yang masih hidup di Spanyol. Seolah-olah tersapu bersih, sebersih-bersihnya. Inilah balasan Barat terhadap Muslim.

.

Hj. Irena Handono

Blog : Kajian Irena Handono

islamedia.id – Jumat, 1 April 2016

(nahimunkar.org)

Jumat, 01 Mei 2020

Menulis dapat uang (nonfiksi)

Gambar hanya ilustrasi.

Pendapatanmu tergantung kerja kerasmu. Hai guys... duuuh kaya youtuber aja yah. Hehehehe.... ini adalah tulisan nonfiksiku yang kesekian kalinya, tapi baru ini aja yang kumuat di Blog Cerpen. Jadi, hari ini aku mau bahas tentang bagaimana kita bisa dapat penghasilan dari hobi menulis kita.

Seperti yang kita semua tahu ya. Kalau penulis jaman old itu biasanya mendapatkan penghasilan dari royalti buku-bukunya yang terjual. Jadi, kalau kamu penulis biasa seperti aku yang masih receh ini, rasanya akan sulit punya penghasilan dari tulisan yang berhasil di bukukan.

Karna rata-rata penerbitan hanya menerima tulisan-tulisan berkualitas dan berbobot aja. Untuk penulis-penulis ringan macam kita ini, rasanya akan kesulitan. Tahu gak kamu kalau JK. Rowling si penulis Harry Potter aja sempat 12x gagal mempublish bukunya sebelum akhirnya seterkenal sekarang ini lho.

Jadi, jangan hanya melihat orang-orang terkenal pada saat sekarang aja guys. Kalian juga harus tahu sepak terjang mereka memulai tulisan-tulisannya. Ada banyak kisah dibalik kesuksesan mereka. Intinya sih, sama aja seperti kita ini. Awalnyapun mereka receh juga.

Tapi karna kegigihan, kerja keras dan pantang menyerahlah yang membuat para tokoh penulis terkenal itu bisa berada dipuncaknya seperti sekarang ini. Nah, buat kamu yang punya mimpi mendapatkan penghasilan dari menulis, yang paling mudah kita lakukan adalah mengirimkan tulisan kita ke situs-situs terkenal yang menyediakan wadah penulis lepas. Seperti vebma, nulis, UC Web dan masih banyak lainnya.

Caranya cukup mudah, kamu cuma cukup mendaftar disitus mereka dan mulailah menulis. Ada beberapa kriteria dan syarat yang harus kamu patuhi. Yang kesemuanya berbeda di setiap situs tentunya. Tapi jangan khawatir, semuanya lumayan mudah untuk diikuti. Besaran penghasilan yang bisa kita dapatkan tergantung dari peraturan masing-masing situs.

OK, untuk sementara bahasannya sampai disini dulu, nanti aku akan update lagi gimana caranya mendaftar di situs-situs tersebut hingga kita bisa menjadi penulis lepas disana dan menghasilkan sesuai dengan karya kita.

Ikutin terus Blog cerpen ya, jangan lupa klik follow di blog ini. Terima kasih untuk kesempatannya membaca Blog Cerpen. Wassalamualaikum....