Tampilkan postingan dengan label cara membukukan cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cara membukukan cerpen. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Mei 2020

Pola Rejeki

POLA REJEKI

Sumber tulisan terdapat diakhir artikel.

.

Ada seseorang yg berusaha untuk hidup ngirit. Dia sedang berusaha menabung, dan mengurangi pengeluaran termasuk menunda zakat dan sedekah !

.

Dia sering cek saldo, dan punya target angka khusus dgn saldonya, setiap pengeluarannya dipantau & hitung sebagai beban, pendeknya dia berusaha untuk KIKIR.

Duarrr... Beberapa bulan ini justru ujian finansial datang bertubi, diuji dgn cobaan finansial, Allah "merampas"nya dgn cara yg sungguh diluar dugaan.

.

Mulai dari harus betulkan rumah, yg nilai perbaikannya bagi dirinya lumayan besar, bolak balik servis kendaraan, baik mobil/motor hingga pengeluaran-pengeluaran kecil yg inensitasnya super-duper & diluar nalar.

.

Disadarinyalah bahwa ini kejadian bukan sekali tetapi berkali kali, dan polanya selalu sama: ketika berusaha untik "ngirit" termasuk menunda kebiasaan berbagi.

.

Well...harta itu unik, justru berkembang ketika dia dialirkan, semakin deras aliran keran dibawahnya maka semakin deras pula aliran diatasnya.

.

Adapun mengenai besarnya harta yg dimiliki, bukan dari seberapa besar kita disiplin dalam mengatur pengeluarannya, tetapi dari seberapa besar wadahnya, seberapa pantas kita mendapatkannya.

.

Ketika diri kita menjadi perantara atas rejeki orang lain salahsatunya, dgn memberi baik kepada karyawan ataupun kepada yg membutuhkan, karena ada hak mereka dalam harta kita, sebetulnya kita sudah memantaskan diri untuk menerima lebih.

.

Boleh percaya atau tidak, kita simpulkan ada 2 pola terkait dgn REJEKI:

.

(1) bahwa jika kita tidak mengeluarkannya, maka Allah-lah yg dgn paksa akan mengeluarkannya, hanya nilainya berbeda, yg pertama bernilai pahala.

(2) harta tidak akan menumpuk ketika kita menimbunnya, tapi harta akan semakin banyak ketika kita mengalirkannya & pantas untuk memperolehnya,

Boleh percaya atau tidak.

Sumber:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2224805130912126&id=1025822714143713

Kau anggap apa istrimu?

Cerita ini bukan yang sebenarnya. Tapi diambil dari banyaknya kisah nyata yang terjadi. Simak dan ambil hikmahnya, buang buruknya.

Brak.....

Suara gagang telepon tak sengaja kubanting karna kaget dan terburu-buru. aku berdiri dan segera mengambil jaket serta kunci motor. Teman kantor seruanganku bertanya.

"Ada apa bro? Koq panik banget?" Tanyanya penasaran.

"Istri gue pingsan di pasar. Sekarang lagi dibawa ke rumah sakit." Jawabku sambil berlalu.

Di Rumah Sakit.

"Istri saya kenapa dok?" Tanyaku pada dokter jaga saat itu.

"Bapak, selama ini apa tidak ada omongan apa-apa dari Ibu? Masa sih Ibu sakit Bpk bisa gak tau. Beliau nih dehidrasi lho. Ada kurang gizi juga. Segitu parahnya dan Ibu gak bilang kalau dia lemah?"

Tiba-tiba aku teringat seminggu yang lalu. Beberapa kali Ia memang mengeluhkan badannya yang berasa tidak enak. Kalau tak salah ingat dia berkata mengapa masuk anginnya gak sembuh-sembuh ya. Memang waktu chat di whatsapp sempat bilang sudah beberapa hari dia merasa mual dan diare. Tapi dia masih berpikir itu cuma masuk angin biasa.

Dan aku? Apa yang kulakukan? Tak ada. Aku tak berbuat apa-apa sama sekali. Bahkan sekedar membelikannya obat di warungpun tidak kulakukan. Anehnya koq bisa aku sesantai itu menghadapi keluhannya. Aku ini bodoh atau tuli.

Dokterpun kembali bicara. Membuyarkan lamunanku.

"Pak, Istri itu juga manusia. Mereka memang super power. Makanya ada julukan super mom untuk semua istri dan ibu didunia. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa sakit. Psikis yang lemahpun bisa mengakibatkan sakit fisik pada akhirnya. Seringkali saya menangani kasus ibu-ibu yang terlambat dibawa ke rumah sakit. Adaaa saja masalahnya. Ada yang istrinya pernah mengeluhkan sakit kepala berkali-kali sama suaminya. Tapi suaminya pikir hanya sakit kepala atau masuk angin biasa. Cuma diberi obat dan disuruh makan dan istirahat sama suaminya. Besoknya udah, si suami merasa sudah melakukan tugasnya istrinyapun tak lagi dikontrol, tak lagi ditanyakan keadaannya. Ketika sudah terlambat baru dia bawa ke rumah sakit. Ternyata tumor otak. Andai lebih cepat dibawa, mungkin tumornya masih bisa diangkat. Sayang terlambat. Ada lagi yang istrinya sering mengeluhkan sakit perut. Masih juga dipikir masuk angin biasa. Suaminya juga terlalu santai. Begitu dibawa ke sini semua sudah terlambat. Kanker perut sudah menggerogoti lambungnya. Yah sama dengan kasus anda ini. Sudah seperti ini, sampai pingsan di pasar. Baru ke rumah sakit. Saya jadi tidak mengerti. Ada apa dengan bapak-bapak jaman sekarang ya. Sebegitu bisanya meremehkan keluhan istri. Sebetulnya istri itu dianggap apa sih? Heran saya". Katanya panjang lebar dengan raut wajah sedikit emosi.

Dokter sepertinya sedikit kesal. Mungkin dia sendiri pernah diperlakukan seperti itu oleh suaminya atau sudah terlalu banyaknya kasus semacam itu yang dia tangani. Sementara aku hanya bisa tertunduk. Menyesali telingaku yang terlalu tuli mendengar keluhan istriku yang bahkan Ia tak pernah meminta apapun sama sekali.

Bodohnya aku. Ternyata saat Ia mengeluh masuk angin, saat itu sudah mulai parah, gizinya yang terabaikan karna terlalu sibuk mengurus rumah, aku, dan anak-anak membuatnya semakin parah, ditambah lagi ternyata saat itu dia sudah sampai batas kelelahan yang teramat sangat hingga typuspun ikut menyerang. Ya ampun penyakitnya datang bergerombol. Akhirnya di rumah sakit Ia mengalami komplikasi dan tidak dapat bertahan.

Akupun kini sendirian. Merenungi kebodohan dan keegoisanku selama ini. Bekerja dari pagi ke pagi lagi atas nama keluarga. Namun aku menghancurkan arti dari sebuah perjuangan demi keluarga. Sekarang aku hanya bisa menyesali semua yang sudah terjadi.

Akupun harus berpikir keras bagaimana caranya menjalani hari-hari kami kedepannya. Bagaimana caranya aku mengurus rumah sambil tetap bekerja dan mengurus ketiga anak kami?

Menyiapkan makannya, seragam sekolah, antar jemput, PR sekolah, dan banyak lagi. Andai semuanya bisa diselesaikan dengan mencari pembantu rumah tangga, mungkin akan ringan. Tapi faktanya tidak seringan itu.

Ketiga anak kami masih saja menangisi ibunya yang sudah pergi seminggu lalu, PR sekolahnya terbengkalai, tak ada lagi belaian setiap malam sebelum tidur untuk anak-anakku. Banyak hal yang tidak dapat digantikan oleh siapapun.

Apakah anda salah satu suami seperti saya? Berubahlah saat ini juga. Detik ini juga. Telepon istrimu. Tanyakan kesehatannya, Tanyakan makannya, Dengarkan juga setiap keluhannya. Ketika mengeluh sakit, silahkan hanya belikan obat tanpa membawanya ke rumah sakit. Tapi percayalah. Itu tak cukup satu hari. Pemulihan terkadang butuh waktu lebih lama dari yang kita harapkan. Pantau terus keadaannya setiap waktu sampai Ia bilang "Aku sudah sehat sayang". Barulah kau boleh merasa lega.

Lakukan. Lakukan sebelum terlambat.

* S E L E S A I *

Oleh,

Upay

Tali Gajah

The Elephant Rope

Ketika seorang pria berjalan melewati sekumpulan gajah, ia tiba-tiba berhenti. Ia bingung dengan fakta bahwa makhluk-makhluk besar itu sedang diikat hanya dengan sebuah tali kecil yang terikat pada kaki depan mereka. Tidak ada rantai, tidak ada kandang. Jelas sekali bahwa gajah bisa melepaskan diri dari ikatan mereka kapan saja. Tetapi entah untuk beberapa alasan, mereka tidak melakukannya.

Dia melihat seorang pelatih di dekatnya dan bertanya kepada pelatih tersebut. “Mengapa hewan-hewan itu hanya berdiri di sana dan tidak berusaha untuk melarikan diri?”

“Yah, ketika mereka masih sangat muda dan jauh lebih kecil, kami menggunakan ukuran tali yang sama untuk mengikat mereka. Dan, pada usia tersebut, tali itu sudah cukup untuk menahan mereka. Saat mereka tumbuh dewasa, mereka dikondisikan untuk percaya bahwa mereka tidak dapat melepaskan diri. Mereka percaya bahwa tali tersebut masih bisa menahan mereka, sehingga mereka tidak pernah mencoba untuk membebaskan diri. ” Begitu penjelasan dari pelatih gajah tersebut.

Pria itu kagum. Hewan-hewan ini bisa saja setiap saat membebaskan diri dari ikatan tali mereka. Tetapi karena mereka percaya bahwa mereka tidak bisa, mereka terjebak tepat dimana mereka berada.

Seperti gajah, berapa banyak dari kita yang menjalani hidup tergantung pada suatu keyakinan bahwa kita tidak bisa melakukan sesuatu, hanya karena kita gagal sekali sebelumnya?

Kegagalan adalah bagian dari pembelajaran. Kita tidak boleh menyerah untuk berjuang di dalam hidup anda.

Sumber: www.successbefore30.co.id

Sabtu, 09 Mei 2020

A Dish of Ice Cream

A Dish of Ice Cream

Pada suatu hari, ketika semangkuk es krim sundae lebih murah, seorang anak berusia 10 tahun memasuki sebuah kedai kopi dan duduk di meja. Seorang pelayan menaruh segelas air di depannya.

“Berapa harga untuk semangkuk es krim sundae?”

“50 sen,” jawab si pelayan.

Anak kecil itu menarik tangannya keluar dari saku dan menghitung sejumlah koin di dalamnya.

“Berapa harga untuk semangkuk es krim plain?” Anak itu bertanya lagi. Beberapa orang sekarang menunggu untuk mendapatkan meja dan pelayan mulai sedikit tidak sabar.

“35 sen..!” kata pelayan tersebut dengan kasar.

Anak kecil tersebut menghitung koin lagi, dan akhirnya mengatakan “Saya ingin membeli semangkuk es krim plain,” katanya.

Pelayan membawakan es krim pesanan anak tersebut, meletakkan tagihan di atas meja dan berjalan pergi meninggalkan si anak. Setelah anak itu selesai memakan es krim, ia membayarnya di kasir dan pulang.

Ketika si pelayan datang kembali untuk membersihkan meja, ia mulai mengelap meja dan kemudian menelan ludah karena apa yang dia lihat. Di meja tersebut, ditempatkan rapi di samping piring kosong, koin senilai 15 sen, tip untuk si pelayan dari anak yang tadi dia anggap menyebalkan.

Jadi hikmah yang dapat kita ambil dari cerita diatas adalah : Jangan menganggap remeh atau memandang rendah orang lain, karena bisa jadi orang tersebut yang justru akan membantu anda ketika anda mengalami sebuah kesulitan.

Sumber: www.successbefore30.co.id

Kentang, Telur, dan Biji Kopi

Kentang, Telur, dan Biji Kopi

Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan yang mengeluh kepada ayahnya bahwa hidupnya sengsara dan bahwa dia tidak tahu bagaimana dia akan berhasil. Dia lelah berjuang dan berjuang sepanjang waktu.Tampaknya hanya salah satu dari masalahnya yang dapat ia selesaikan, kemudian masalah yang lainnya segera menyusul untuk dapat diselesaikan.

Ayahnya yang juga seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air dan menaruhnya di atas api yang besar. Setelah tiga panci tersebut mulai mendidih, ia memasukkan beberapa kentang ke dalam sebuah panci, beberapa telur di panci kedua, dan beberapa biji kopi di panci ketiga.

Kemudian ia duduk dan membiarkan ketiga panci tersebut di atas kompor agar mendidih, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun kepada putrinya. Putrinya mengeluh dan tidak sabar menunggu, bertanya-tanya apa yang telah ayahnya lakukan.

Setelah dua puluh menit, ia mematikan kompor tersebut. Ia mengambil kentang dari panci dan menempatkannya ke dalam mangkuk. Ia mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk.

Kemudian ia menyendok kopi dan meletakkannya ke dalam cangkir. Lalu ia beralih menatap putrinya dan bertanya, “Nak, apa yang kamu lihat?”

“Kentang, telur, dan kopi,” putrinya buru-buru menjawabnya.

“Lihatlah lebih dekat, dan sentuh kentang ini”, kata sang ayah. Putrinya melakukan apa yang diminta oleh ayahnya dan mencatat di dalam otaknya bahwa kentang itu lembut. Kemudian sang ayah memintanya untuk mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapatkan sebuah telur rebus. Akhirnya, sang ayah memintanya untuk mencicipi kopi. Aroma kopi yang kaya membuatnya tersenyum.

“Ayah, apa artinya semua ini?” Tanyanya.

Kemudian sang ayah menjelaskan bahwa kentang, telur dan biji kopi masing-masing telah menghadapi kesulitan yang sama, yaitu air mendidih.

Namun, masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Kentang itu kuat dan keras. Namun ketika dimasukkan ke dalam air mendidih, ketang tersebut menjadi lunak dan lemah.

Telur yang rapuh, dengan kulit luar tipis melindungi bagian dalam telur yang cair sampai dimasukkan ke dalam air mendidih. Sampai akhirnya bagian dalam telur menjadi keras.

Namun, biji kopi tanah yang paling unik. Setelah biji kopi terkena air mendidih, biji kopi mengubah air dan menciptakan sesuatu yang baru.

“Kamu termasuk yang mana, nak?” tanya sang ayah kepada putrinya.

“Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana caramu dalam menghadapinya? Apakah kamu adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?”

Pesan Moral : Dalam hidup ini, Banyak sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Banyak hal-hal yang terjadi pada kita. Tetapi satu-satunya hal yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi di dalam diri kita.

Jadi, manakah diri anda? Apakah anda adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?

Sumber: www.successbefore30.co.id

Jumat, 08 Mei 2020

Asal Usul April Mop

ISABELLA SANG PEMBUNUH MASAL

Tahukah Anda bahwa “Jagal Wanita yang ada pada lukisan”

Dialah orang yang membongkar kuburan Kaum Muslimin kemudian dia gambar salib pada bagian dada dan wajah jenazah kuburan tersebut setelah jatuhnya kota Granada.

⁦Dia juga yang mendirikan inkuisisi Spanyol dan ia memaksa kaum Muslimin untuk memeluk Kristen atau dibunuh (jika menolak)

Dialah Isabella : Ratu Kastila.

.

Anehnya Eropa mau memproduksi dan menggambarkan bahwa dia adalah seorang Ratu Adil dan mencintai masyarakatnya (tanpa membedakan ras).

.

Lebih parahnya lagi film ini disiarkan juga oleh chanel Muslim

ﻫﻞ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﻥ “ ﺍﻟﺴﻔﺎﺣﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺑﺎﻟﺼﻮﺭﺓ ”

ﻫﻲ ﺍﻟﺘﻲ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﻨﺒﺶ ﻗﺒﻮﺭ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻭﺗﺮﺳﻢ ﺍﻟﺼﻠﻴﺐ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﻭﺭﻫﻢ ﻭﻭﺟﻮﻫﻬﻢ ﺑﻌﺪ ﺳﻘﻮﻁ ﻏﺮﻧﺎﻃﺔ؟

ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺘﻲ ﺃﻣﺮﺕ ﺑﺈﻧﺸﺎﺀ ﻣﺤﺎﻛﻢ ﺍﻟﺘﻔﺘﻴﺶ ﺍﻹﺳﺒﺎﻧﻴﺔ ﻭﻛﺎﻧﺖ ﺗﺠﺒﺮ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻷﻧﺪﻟﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻋﺘﻨﺎﻕ ﺍﻟﻤﺴﻴﺤﻴﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﻘﺘﻞ .

‏( ﺇﻳﺰﺍﺑﻴﻼ : ﻣﻠﻜﺔ ﻗﺸﺘﺎﻟﺔ )

ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻌﺠﻴﺐ ﺃﻥ ﺍﻷﻭﺭﻭﺑﻴﻴﻦ ﻗﺎﻣﻮﺍ ﺑﺈﻧﺘﺎﺝ ﻓﻴﻠﻢ ﻳﻈﻬﺮﻫﺎ ﺑﻬﻴﺌﺔ ﺍﻟﻌﺎﺩﻟﺔ ﻭﺍﻟﺘﻲ ﺗﺤﺐ ﺷﻌﺒﻬﺎ ﻭﺗﺒﺜﻪ ﻗﻨﻮﺍﺕ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ .

Via Fb Tegar Alfianto

.

April Mop, Fakta Sejarah Kekejaman Tentara Salib Membantai Ribuan Muslim Spanyol

Ilustrasi Pembantain Muslim Spanyol oleh Tentara Salib.

.

Islamedia – April Mop merupakan budaya Barat yang dikenal dengan The April’s Fool Day. Pada 1 April itu, orang boleh dan sah-sah saja menipu teman, orang tua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya sang target, jika sudah sadar kena April Mop, maka dirinya juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan, dengan mengatakan, “April Mop!”.

.

Namun banyak umat Islam yang ikut-ikutan merayakan April Mop ini tidak mengetahui, bahwa April Mop, atau The April’s Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.

.

Saat itu terjadi pembantaian ribuan umat Islam di Granada Spanyol di depan pelabuhan. Dengan tipuan akan diberangkatkan ke keluar Andalusia dengan kapal-kapal yang disediakan oleh Ratu Isabella, Muslim Andalusia malah dikonsentrasikan dan dengan mudah dibantai habis dalam waktu sangat singkat oleh ratusan pasukan salib yang mengelilingi dari segala penjuru.

.

Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara salib segera membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Mereka kebanyakan terdiri atas para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.

.

Bagi umat kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.

.

Itulah akhir dari kejayaan Islam di Andalusia. Sebuah peradaban Islam yang dimulai dari perjuangan Tariq Bin Ziyad pada tahun 711 M dan berakhir pada 1487 M. Selama tujuh abad lebih peradaban ini telah menyumbangkan kepada dunia, kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad.

.

Namun ada sebuah kisah yang sangat memilukan. Pada 2 Januari 1492, kardinal Devider memasang salib di atas Istana Hamra; istana kerajaan Nashiriyah di Spanyol. Tujuannya sebagai bentuk proklamasi atas berakhirnya pemerintahan Islam di Spanyol.

Kaum Muslimin dilarang menganut Islam, dan dipaksa untuk murtad. Begitu juga mereka tidak boleh menggunakan bahasa Arab, siapa yang menentang perintah itu akan dibakar hidup hidup setelah disiksa dengan berbagai cara. Gereja di masa pemerintahan monarki Raja Ferdianand dan Isabella membuat Dewan Mahkamah Luar Biasa atau yang dikenal dengan Lembaga Inkuisi sebuah lembaga peradilan yang bertugas untuk menghabisi siapa saja orang-orang di luar Katholik. Lembaga ini kemudian bermetamorfosa menjadi Opus Dei.

.

Empat abad setelah jatuhnya Islam di Spanyol, Napoleon Bonaparte pada 1808 mengeluarkan instruksi untuk menghapuskan Dewan Mahkamah Luar Biasa tersebut. Dan di sinilah kisah ini berawal. Ditulis oleh Syaikh Muhammad Al Ghazali dalam bukunya At Ta’asub Wat Tasamuh (hal 311-318).

Tentara Prancis menemukan tempat sidang Dewan Mahkamah Luar Biasa itu di sebuah ruang rahasia di dalam gereja. Di sana ada alat alat penyiksaan seperti alat pematah tulang dan alat pengoyak badan. Alat ini untuk membelah tubuh manusia. Ditemukan pula satu peti sebesar kepala manusia. Di situlah diletakkan kepala orang yang hendak disiksa. Satu lagi alat penyiksaan ialah satu kotak yang dipasang mata pisau yang tajam. Mereka campakkan orang orang muda ke dalam kotak ini, bila dihempaskan pintu maka terkoyaklah badan yang disiksa tersebut.

.

Di samping itu ada mata kail yang menusuk lidah dan tersentak keluar, dan ada pula yang disangkutkan ke payudara wanita, lalu ditarik dengan kuat sehingga payudara tersebut terkoyak dan putus karena tajamnya benda benda tersebut. Nasib wanita dalam siksaan ini sama saja dengan nasib laki laki, mereka ditelanjangi dan tak terhindar dari siksaan.

Inilah jawaban untuk kita, mengapa saat ini, kita tidak menemukan bekas-bekas peradaban Islam yang masih hidup di Spanyol. Seolah-olah tersapu bersih, sebersih-bersihnya. Inilah balasan Barat terhadap Muslim.

.

Hj. Irena Handono

Blog : Kajian Irena Handono

islamedia.id – Jumat, 1 April 2016

(nahimunkar.org)

Setiap orang Memiliki Kisah Hidup

Seorang lelaki berusia 24 tahun sedang berada di kereta api bersama dengan ayahnya. Ia melihat keluar melalui jendela kereta api dan berteriak,

“Ayah, lihat pohon-pohon itu berjalan!”

Ayahnya tersenyum, namun pasangan muda yang duduk di dekatnya, memandang perilaku kekanak-kanakan lelaki yang berusia 24 tahun dengan kasihan. Tiba-tiba lelaki tersebut kembali berseru …

“Ayah, awan itu terlihat berlari mengejar kita!”

Pasangan ini tidak bisa menahan rasa risih mereka dan berkata kepada orang tua lelaki tersebut,

“Mengapa anda tidak membawa anak anda ke dokter ahli jiwa?”

Orang tua itu tersenyum dan berkata…

“Saya sudah membawanya ke dokter, dan kami baru saja pulang dari Rumah Sakit. Anak saya buta sejak lahir, dia baru bisa mendapatkan donor mata dan baru bisa melihat hari ini”.

Setiap orang di dunia ini memiliki sebuah cerita tersendiri. Jangan menilai orang lain sebelum anda benar-benar mengenal mereka. Karena kenyataannya yang terjadi mungkin dapat mengejutkan anda.

kisah motivasi.

Sumber: www.successbefore30.co.id

Kisah Raja Namrud

Jasad Raja Namrud

Raja Namrud (hidup sekitar tahun 2275 SM-1943 SM) juga disebut eja Namrudz bin Kan'aan, dia adalah seorang Raja yang memerintah Mesopotamia kuno (kini dikenal negara Irak). Ia memiliki gelar "a mighty hunter" yang berarti "pemburu yang hebat" atau "pemburu yang perkasa", Nama lengkapnya adalah Namrudz bin Kan'aan bin Kush bin Ham bin Nuh (Nuh as) Selain itu beliau diberi gelar Dewa Bacchus atau Dewa Anggur dan Dewa Matahari. Namanya tercatat dalam Taurat, Injil dan kisah-kisah Islam.

Ayah Namrud adalah Kush yaitu cucu Nabi Nuh as, sedangkan ibunya adalah Semiramis. Ibunya pada usia remaja telah menikah dengan ayahnya.

sehari setelah berhubungan kelamin dengan Semiramis, ayahnya meninggal dunia. Oleh karena itu, saat Namrud lahir ia tidak mempunyai ayah. Ibunya adalah seorang wanita yang cantik dan bijaksana. Setelah ia lahir, konon dia tidak pernah disentuh oleh manusia dan Namrudz dianggap anak yang suci. Ini telah menambah keyakinan Namrud bahwa ia adalah anak tuhan. Ketika ia dewasa, ia menjadi seorang yang tampan dan ibunya cemburu dengan teman wanitanya. Karena itu, Semiramis menikah dengan Namrud yaitu anaknya sendiri.

Raja Namrud telah dianugerahi dengan daya intelektual yang tinggi dan menjadi ahli dalam berbagai bidang seperti seni desain, matematika dan ilmu falak.

Dia telah menemukan sistem sexagesimal yang membagi lingkaran ke 360 derajat, satu jam ke 60 menit dan 1 menit ke 60 detik. Selain itu dia menetapkan bahwa satu hari dibagi menjadi 24 jam setiap jam ke 60 menit dan 1 menit ke 60 detik. Menurut dia hari dimulai pada waktu tengah malam dan bukannya pada waktu matahari terbenam seperti yang dipercaya oleh kaum sebelumnya.

Disamping itu, Namrud mahir dalam perhitungan matematika dalam konstruksi bangunan-bangunan besar, jembatan, kuil, istana dan bendungan. Antara lain kontribusinya adalah konstruksi sistem saluran irigasi di lembah Tigris dan Euphrates. Dialah orang pertama yang menggunakan batu-bata dari tanah liat yang dibakar (burnt clay) sebagai bahan bangunan. Bahkan Namrud terkenal sebagai arsitek Menara Babel yaitu bangunan pencakar langit yang pertama di dunia.

Sayangnya sebagai seorang ateis, dia telah menyalahgunakan kemampuan itu untuk menyesatkan rakyatnya. Antara lain menggunakan ilmu falak untuk menciptakan berbagai sistem meramal nasib seperti horoskop dan meramal nasib palmistry. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak perlu Tuhan karena manusia mampu memprediksi dan mengubah nasibnya dengan sendiri. Selain itu, ia membangun banyak bangunan dan berhala yang megah dan indah agar manusia kagum dengan kehebatan ciptaannya sendiri. Menara Babel yang berarti "Pintu Gerbang yang Sempurna" merupakan kuil dimana pendeta-pendeta memuji Namrud. Tujuannya dibangun adalah untuk menaikkan sebuah bangunan yang mampu mencapai kayangan. Awalnya para pendahulunya menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Suryani, tetapi ia memecahnya ke 72 bahasa yang berbeda. Akibatnya mereka tidak dapat berkomunikasi satu sama lain dan tidak dapat melanjutkan pembangunan menara tersebut.

Ia juga sangat meminati ilmu sihir dan menggunakannya untuk mempengaruhi pikiran rakyatnya. dia mempelajari ilmu tersebut dari dua malaikat Harut dan Marut yang pernah disebut dalam Al-Quran. Selain itu, Namrud telah memulai suatu era yang baru dimana manusia memandang rendah pada tuhan. Rakyatnya tidak dianjurkan untuk melakukan kebaikan demi tuhan, karena baginya tuhan yang ghaib adalah lemah. Oleh karena itu orang-orang dibawah pemerintahannya bisa mengikuti nafsu manusia seperti berpesta, seks bebas, arak dan segala kemungkaran yang lain. Oleh karena itu, Namrud diberi gelar Bacchus atau Dewa Anggur karena ia 'mabuk' dengan keduniaan. Ia juga mengklaim dirinya Tuhan karena, sebagai seorang manusia dia merasa lebih tahu tentang kelemahan manusia lain dibandingkan Tuhan yang jauh terpisah dari makhluknya sendiri.

Pada satu malam Raja Namrud bermimpi melihat bintang yang terbit dari barat. Semakin tinggi ia naik, semakin terang bintang itu bersinar. Sehingga ia sampai ke zenith dimana ia menerangi seluruh alam semesta. Setelah terbangun Raja Namrudpun memanggil penasihatnya dan menceritakan mimpinya tersebut. Penasehat itu memberitahu bahwa ada beberapa tafsiran untuk mimpinya itu.

Tafsiran mimpi tersebut antara lain:

• akan lahir seorang anak dalam setahun.

• anak itu akan dilahirkan di Faddam A'ram.

• anak itu akan menjadi penghancur batu berhala.

• anak itu akan membuktikan kepalsuan Raja Namrud.

• anak itu akan menyebarkan agama bahwa tuhan yang esa ada dan darinya akan lahir keturunan-keturunan para nabi dan aulia.

• Nabi terakhir dari keturunan ini akan membawa agama yang ibarat bintang di zenith yaitu menyinari seluruh alam semesta.

• akibat anak ini Raja Namrud akan mati secara dasyhat.

Menurut cerita lainnya, Namrud bermimpi melihat seorang anak melompat dan masuk ke kamarnya, kemudian merampas mahkota yang dipakainya, lalu menghancurkannya.

Setelah mendengar berita ini Namrud menjadi gelisah. dia sadar bahwa anak ini akan membawa pada kejatuhannya. Dengan segera Raja Namrud mengirim bala tentaranya ke Faddam A'ram. Penduduk lelakinya telah dipisahkan dari istri-istri mereka. Wanita-wanita yang mengandung dibunuh. Raja Namrud juga mengeluarkan perintah bahwa siapa yang melahirkan anak akan dibunuh bersama anaknya.

Alkitab Injil tidak pernah menyatakan tentang pertemuan antara Raja Namrud dengan Nabi Ibrahim AS Bahkan ada jurang tujuh generasi antara mereka berdua, Namrud sebagai cicit Nabi Nuh AS, sedangkan Ibrahim sepuluh generasi setelah Nuh. (Genesis 10,11).

Namun Taurat dan al-Quran menggambarkan peperangan antara Raja Namrud dengan Nabi Ibrahim AS sebagai satu konfrontasi hebat antara kebaikan dan kejahatan atau lebih spesifik lagi Monoteisme melawan thaghut dan Penyembahan Berhala.

dibakarnya tubuh nabi Ibrahim yg kayu2 bakarnya setinggi bukit dikumpulkan oleh seluruh rakyat Mesopotamia. nabi Ibrahim sangat meyakini tiada daya dan upaya semua atas izin Allah, maka tercantum di surat Alquran surat Al Anbiyaa' 69 Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim". nabi Ibrahimpun selamat dari sesuatu hal yg tidak mungkin.

Allah menurunkan ribuan nyamuk atau serangga yang halus. Senjata buatan manusia yang paling hebatpun tidak mampu menepis serangan makhluk yang kecil ini. Dalam beberapa menit mereka telah menembus kulit tentara Raja Namrud dan membunuh mereka dengan dahsyat sekali. Namun Namrud berhasil melarikan diri tetapi nyamuk itu telah masuk keotaknya.

selama empat puluh hari dan empat puluh malam, ia tersiksa karena otaknya ditusuk oleh nyamuk itu. Dalam waktu tersebut, Nabi Ibrahim sering mengunjungi dan memberi dakwah kepada beliau. Namun beliau tetap mengklaim dirinya Tuhan.

setelah sang nyamuk mengerogoti otaknya Maka berakhirlah kehidupan seorang raja takabur yang mati akibat serangan nyamuk yang kecil, Kemudian nyamuk tersebut merangkak keluar dari telinga beliau.

Namun menurut sumber Yahudi, Raja Namrud sempat bertaubat sebelum ia meninggal dunia. Tetapi muslim mempercayai bahwa ia tetap dengan pendiriannya sebagai Tuhan sampai keakhir hayatnya.

Menurut buku "Sejarah Para Rasul dan Raja" pada abad ke-9 oleh ahli sejarah Islam terkenal al-Tabari, menara tersebut telah dihancurkan oleh Allah dgn gempa

Makam Raja Namrud dan Permaisurinya ditemukan di Iraq. Emas & Permatanya yg senilai 35 milyar USD, Gagal untuk ikut dibawa ke Akhirat.

sejarah selalu mencatat Allah sebagai sang pencipta selalu membiarkan orang2 Kafir melakukan upaya kezalimannya sampai maksimal tapi ahirnya Allah akan batalkan dgn hal2 yg kecil saja.

Raja Namrud, Raja Firaun dan raja2 yg zalim lainnya sebagai pembelajaran bagi kaum2 yg datang sesudahnya.

jaman dulu maupun jaman sekarang sama saja, seperkasa apapun kekuasaannya walaupun dilindungi dengan bala tentara yg sangat banyak dengan persenjataan yg super canggih kalau Allah berkehendak cukup mengirim seekor nyamuk atau virus utk mematikannya.https://www.youtube.com/watch?v=hSigAeT_mcY

Kamis, 07 Mei 2020

The Queen of Aceh Battle

Tulisan ini diadaptasi dari akun facebook yang keterangan sumbernya terdapat diakhir tulisan. Harap bijak menyikapinya. Terima kasih.

SUMEDANG, 6 NOVEMBER 1908

Tepat 11 Desember 1906,

Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suriaatmaja kedatangan tiga orang tamu. Ketiganya merupakan tawanan titipan pemerintah Hindia Belanda. Seorang perempuan tua renta, rabun serta menderita encok, seorang lagi lelaki tegap berumur kurang lebih 50 tahun dan remaja tanggung berusia 15 tahun. Walau tampak lelah mereka bertiga tampak tabah. Pakaian lusuh yang dikenakan perempuan itu merupakan satu-satunya pakaian yang ia punya selain sebuah tasbih dan sebuah periuk nasi dari tanah liat.

Belakangan karena melihat perempuan tua itu sangat taat beragama, Pangeran Aria tidak menempatkannya di penjara, melainkan memilih tempat disalah satu

rumah tokoh agama setempat. Kepada Pangeran Suriaatmaja, Belanda tak mengungkap siapa perempuan tua renta penderita encok itu. Bahkan sampai kematiannya, 6 November 1908 masyarakat Sumedang tak pernah tahu siapa sebenarnya perempuan itu.

Perjalanan sangat panjang telah ditempuh perempuan itu sebelum akhirnya beristirahat dengan damai dan dimakamkan di Gunung Puyuh tak jauh dari pusat kota Sumedang. Yang mereka tahu, karena kesehatan yang sangat buruk, perempuan tua itu nyaris tak pernah keluar rumah. Kegiatannyapun terbatas hanya berdzikir atau mengajar mengaji ibu-ibu dan anak-anak setempat yang datang berkunjung. Sesekali mereka membawakan pakaian atau sekadar makanan pada perempuan tua yang santun itu, yang belakangan karena pengetahuan ilmu-ilmu agamanya disebut dengan Ibu Perbu.

Waktu itu tak ada yang menyangka bila

perempuan yang mereka panggil Ibu Perbu itu adalah "The Queen of Aceh Battle" dari Perang Aceh (1873-1904) bernama Tjoet Nyak Dhien. Singa betina dengan rencong ditangan yang terjun langsung ke medan perang. Pahlawan sejati tanpa kompromi yg tidak bisa menerima daerahnya dijajah.

Hari-hari terakhir Tjoet Nyak Dhien memang dihiasi oleh kesenyapan dan sepi. Jauh dari tanah kelahiran dan orang-orang yang dicintai. Gadis kecil cantik dan cerdas dipanggil Cut Nyak dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat di Lampadang tahun 1848. Ayahnya adalah Uleebalang bernama Teuku Nanta Setia, keturunan perantau Minang pendatang dari Sumatera Barat ke Aceh sekitar abad 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.

Tumbuh dalam lingkungan yang memegang tradisi beragama yang ketat membuat gadis kecil Cut Nyak Dhien menjadi gadis yang cerdas. Di usianya yang ke 12 dia kemudian dinikahkan orangtuanya dengan Teuku Ibrahim Lamnga yang merupakan anak dari Uleebalang Lamnga XIII.

Suasana perang yang meggelayuti atmosfir Aceh pecah ketika tanggal 1 April 1873  F.N. Nieuwenhuyzen memaklumatkan perang terhadap kesultanan Aceh. Sejak saat itu gelombang demi gelombang penyerbuan Belanda ke Aceh selalu berhasil dipukul kembali oleh laskar Aceh, dan Tjoet Nyak tentu ada disana. Diantara tebasan rencong, pekik perang wanita perkasa itu dan dentuman meriam, dia juga yang berteriak membakar semangat rakyat Aceh ketika Masjid Raya jatuh dan dibakar tentara Belanda...

“..Rakyatku, sekalian mukmin orang-orang Aceh ! Lihatlah !! Saksikan dengan matamu Masjid kita dibakar !! Tempat Ibadah kita dibinasakan !! Mereka menentang Allah !! Camkanlah itu! Jangan pernah lupakan dan jangan pernah memaafkan para kaphe (kafir) Belanda !!". Perlawanan Aceh tidak hanya dalam kata-kata (Szekely Lulofs, 1951:59).

Perang Aceh adalah cerita keberanian, pengorbanan dan kecintaan terhadap tanah lahir. Begitu juga Tjoet Nyak Dhien. Bersama ayah dan suaminya, setiap hari.. setiap waktu dihabiskan untuk berperang dan berperang melawan kaphe-kaphe Belanda. Tetapi perang juga lah yang mengambil satu-persatu orang yang dicintainya, ayahnya lalu suaminya menyusul gugur dalam pertempuran di Glee Tarom 29 Juni 1870.

Dua tahun kemudian, Tjoet Nyak Dhien menerima pinangan Teuku Umar dengan pertimbangan strategi perang. Belakangan Teuku Umar juga gugur dalam serbuan mendadak yang dilakukan Belanda di Meulaboh, 11 Februari 1899.

Tetapi bagi Tjoet Nyak, perang melawan Belanda bukan hanya milik Teuku Umar, atau Teungku Ibrahim Lamnga suaminya, bukan juga monopoli Teuku Nanta Setia ayahnya, atau para lelaki Aceh. Perang Aceh adalah milik semesta rakyat.. Setidaknya itulah yang ditunjukan Tjoet Nyak, dia tetap mengorganisir serangan-serangan terhadap Belanda.

Bertahun-tahun kemudian, segala energi dan pemikiran putri bangsawan itu hanya dicurahkan kepada perang mengusir penjajah.. Berpindah dari satu tempat persembunyian ke persembunyian yang lain, dari hutan yang satu ke hutan yang lain, kurang makan dan kurangnya perawatan membuat kondisi kesehatannya merosot. Kondisi pasukanpun tak jauh berbeda.

Pasukan itu bertambah lemah hingga ketika pada 16 November 1905 Kaphe Belanda menyerbu ke tempat persembunyiannya.. Tjoet Nyak Dhien dan pasukan kecilnya kalah telak. Dengan usia yang telah menua, rabun dan sakit-sakitan, Tjoet Nyak memang tak bisa berbuat banyak. Rencong pun nyaris tak berguna untuk membela diri. Ya, Tjoet Nyak tertangkap dan dibawa ke Koetaradja (Banda Aceh) dan dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.

Perjuangan Tjoet Nyak Dhien menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing hingga banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita ini. Zentgraaff mengatakan, para wanita lah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan) terhadap Belanda dalam perang besar itu.

Aceh mengenal Grandes Dames (wanita-wanita besar) yang memegang peranan penting dalam berbagai sektor, Jauh sebelum dunia barat berbicara tentang persamaan hak yang bernama emansipasi perempuan.

Tjoet Nyak, "The Queen of Aceh Battle", wanita perkasa, pahlawan yang sebenarnya dari suatu realita jamannya.. berakhir sepi di negeri seberang..

Innalillahi wainnailaihi rojiun...

#bolehngutipdaripagelainlupanama

#hittersceritapahlawan

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=264243094515372&id=100027890497501&set=p.264243094515372

Kisah Shodaqoh Utsman bin Affan

Sumber artikel tercantum diakhir tulisan ini.

Muslim itu harus cerdas, teringat kisah utsman bin affan membeli sumur Yahudi

WAQAF SHADAQAH JARIYAH MILIK UTSMAN BIN AFFAN DI MADINAH

Waqaf ini berupa bangunan hotel yang disewakan..

Apakah Anda tahu kalau sahabat nabi khalifah Utsman bin Affan adalah seorang  pebisnis yang kaya raya, namun mempunyai sifat murah hati dan dermawan. Dan ternyata beliau radhiallahu ‘anhu sampai saat ini memiliki rekening di salah satu bank di Saudi, bahkan rekening dan tagihan listriknya juga masih atas nama beliau.

Bagaimana ceritanya sehingga beliau memiliki hotel atas namanya di dekat Masjid Nabawi..??

Diriwayatkan di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kota Madinah pernah mengalami panceklik hingga kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum muhajirin) sudah terbiasa minum dari air zamzam di Mekah. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, SUMUR RAUMAH namanya. Rasanya pun mirip dengan sumur zam-zam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.

Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang kemudian segera bergerak untuk membebaskan sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya, “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari” demikian Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.

Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa Surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.

“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu” Utsman, melancarkan jurus negosiasinya.

“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.

“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.

Yahudi itupun berfikir cepat,”… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku”. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu.

Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka GRATIS karena hari ini sumur Raumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.

Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.

Kemudian Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu mewakafkan sumur Raumah, sejak itu sumur Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.

Setelah sumur itu diwakafkan untuk kaum muslimin… dan setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga dipelihara oleh Pemerintah Saudi, hingga berjumlah 1550 pohon.

Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke pasar-pasar, setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening khusus milik beliau di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan, di bawah pengawasan Departeman Pertanian.

wakaf sahabat usman

Begitulah seterusnya, hingga uang yang ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang cukup besar di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi.

Bangunan hotel itu sudah pada tahap penyelesaian dan akan disewakan sebagai hotel bintang 5. Diperkirakan omsetnya sekitar RS 50 juta per tahun. Setengahnya untuk anak2 yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi tetap disimpan dan ditabung di bank atas nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.

Subhanallah,… Ternyata berdagang dengan Allah selalu menguntungkan dan tidak akan merugi..

Ini adalah salah satu bentuk sadakah jariyah, yang pahalanya selalu mengalir, walaupun orangnya sudah lama meninggal..

Disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]

Dan disebutkan pada hadits yang lain riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

“Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia”.

Like dan sebarkan, agar manfaat dari informasi ini tidak hanya berhenti pada anda, tapi juga bisa dirasakan oleh orang lain, sekaligus merangkai jaring pahala

Oleh : Ustadz Shalahuddin AR Daeng Nya’la (Diedit dengan penyesuaian bahasa oleh tim KisahMuslim.com)

Read morehttps://kisahmuslim.com/3643-rekening-dan-hotel-dari-waqaf-khalifah-utsman-bin-affan.html

Adapted from:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2230932460302443&id=472062602856113

Selamatkan anak kita

Tulisan ini diambil dari facebook page yang narasumbernya terdapat diakhir tulisan. Harap bijak menyikapinya. Terima kasih.

SELAMATKAN ANAK KITA

“Aa, Abang, Kaka. Masuk kamar!” Suara Ayah tegas dengan nada dan volume cukup tinggi, namun bermimik wajah lembut..

Ada apa gerangan..?

Ayah hampir tidak pernah sekeras ini saat berbicara..

Kami bertiga masuk ke kamar, menuruti perintah Ayah dengan kepala tertunduk..

Peluh masih membasahi sekujur punggung.. kami baru pulang bermain bola di kampung sebelah saat adzan Isya' telah berkumandang..

Memang kami terlalu larut bermain..

Kamar itu sebenarnya sebuah garasi yang disulap menjadi tempat tidur bersama dan ruang serbaguna dengan penerangan lampu seadanya...

Aa bersila diantara aku dan Kaka yang juga ikut bersila..

Kami sering disebut ‘Tiga Serangkai’ oleh tetangga karena selalu bertiga kemana-mana..

Ayah pun bersila di hadapan kami..

Wajahnya mempertontonkan kekecewaan yang semakin membuat kami ciut..

“Kenapa pulang selarut ini?”  Ayah mulai menginterogasi kami..

Aa sebagai kakak lelaki pertama memposisikan diri sebagai juru bicara, dan mulai berkilah panjang tentang alasan kenapa pulang larut malam..

Mulai dari sendal Kaka yang hilang sebelah karena dijahili anak kampung sebelah hingga diajak main Playstation setelah main bola oleh Dodi, tetangga sekaligus teman karib kami bertiga..

“Sudah sholat maghrib?”

Sebuah pertanyaan yang mencekat..

Aa diam membeku..

Apalagi aku..

Apalagi Kaka yang paling muda..

Kami betul-betul lupa waktu saat itu..

Hanya menundukkan kepala yang bisa kami lakukan. Mungkin karena ini wajah ayah begitu kecewa...

“Bu, tolong matikan lampu”, suara Ayah lembut kepada Ibu..

Ibu yang semenjak awal ternyata mendengarkan di balik pintu kemudian masuk dan mematikan lampu lalu duduk di samping Ayah..

Kamar seketika gelap gulita...

“Apa yang bisa kamu lihat sekarang?”

Hening...

“Semua gelap, Lihat sekeliling kamu, hanya ada hitam. Tapi ulurkan tanganmu ke kanan dan ke kiri. Kamu akan merasakan genggaman tangan saudaramu dan Ayah Ibu.”

Kami saling menggenggam...

“Tapi tidak lagi saat nanti di alam kubur. Karena kamu akan sendirian dalam kegelapan. Tidak ada saudaramu. Tidak ada Ayah Ibu. Hanya sendiri. Sendiri dalam kegelapan dan kesunyian.”

Aku tercekat...

Semua terdiam...

Genggaman tangan di kanan kiriku mengerat..

Lalu terdengar suara korek api kayu dinyalakan, sesaat tergambar wajah Ayah, Ibu, Aa, dan Kaka akibat kilatan cahaya api pada korek yang dinyalakan Ayah..

Semua berwajah sendu..

Korek itu membakar sebuah benda yang menghasilkan bara berbau menyengat. Bau obat nyamuk...

“Siapa yang berani menyentuh bara ini?”  Suara Ayah masih mendominasi..

Semua diam...

Masih diam...

“Ini hanya bara. Bukan api neraka yang panasnya jutaan kali lipat api dunia. Maka masihkah kita berani meninggalkan shaolat...?? Sholat yang akan menyelamatkan kita dari gelapnya alam kubur dan api neraka.”

Terdengar suara isak tangis perempuan..

Itu Ibu...

Genggaman kami semua semakin menguat..

“Tolong Ayah. Tolong Ibu. Ayah Ibu akan terbakar api neraka jika membiarkan kamu lalai dalam sholat. Aa, usiamu 14 tahun, paling dewasa di antara semua lelaki. Abang, 12 tahun. Kaka, 10 tahun. Bahkan Rasul memerintahkan untuk memukul jika meninggalkan sholat di usia 10 tahun. Apa Ayah perlu memukul kamu?”

Suara isak tangis mulai terdengar dari hidung kami bertiga...

Takut..

Itu yang kurasakan..

Kami semua saling mendekat..

Mendekap, bukan lagi menggenggam...

“Berjanjilah untuk tidak lagi meninggalkan sholat. Apapun keadaannya. Sekarang kita sholat Isya' berjamaah. Dan kamu bertiga mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

***

#bahasaOtak

#BahasaOrangtuaKeAnak

Anak anda mulai berumur 7 tahun...??

Pelajaran Orangtua cara mendidik anak dengan kasih-sayang namun tegas...

Ilustrasi 'cerita' diatas akan menguatkan semangat kita untuk mengikis habis yg menjadi penghambat/ujian dalam menjaga fitrah keimanan nya.

Ajari mereka sedini mungkin, jangan jadikan mereka seperti kebanyakan dari kita yang lalai dalam memulai dan menyadarinya bahkan ada yang sudah terlambat untuk memulainya.....

Semoga bermanfaat ..🙏 🙏

#Copas

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2111106972338080&id=100003163920880

Rabu, 06 Mei 2020

Pembalasan

Dulu ketika baru menikah, aku dan suami termasuk salah satu yang sulit mendapatkan keturunan. Berbagai cara kami lakukan. Tentunya dengan metode murahan. Misalnya herbal dan menghindari hal-hal yang sebetulnya mitos menurutku.

Maklumlah, kami bukan Inul Daratista yang berlimpahan harta hingga dengan mudahnya memiliki keturunan dengan metode canggih kedokteran, kamipun bukan keturunan sultan atau para Raja yang diwariskan banyak harta dari pajak rakyat yang bisa kami gunakan untuk biaya semacam program kehamilan ala kedokteran.

Bahkan sejujurnya, untuk makan sehari-hari saja kami masih terkadang kesulitan. Padahal kami baru hidup berdua. Ya, sesulit itu kehidupan pernikahanku. Namun pada akhirnya, seperti kebanyakan pasangan lainnya, kami tetap berharap memiliki anak. Selain karna memang ingin, kami juga berpikir siapa tahu anak kami membawa rejeki bagi kehidupan kami ke depannya.

Suamiku sangat mendukungku, mencintaiku, penuh perhatian dan mau membantuku mengerjakan pekerjaan rumah. Jadi, meskipun secara ekonomi kami kekurangan, aku masih bisa menerima apa adanya suamiku karna Ia sangat mengerti aku. Walau terkadang dalam hati aku mengutuk diriku yang bisa-bisanya menerima pinangan laki-laki yang belum mapan ini sehingga membuatku kesulitan.

Bukan apa-apa, seingatku waktu itu aku menerima lamarannya tanpa pikir panjang padahal kami masih terlalu muda. Yaah mungkin terlalu dimabuk asmara saat itu. Sehingga rasa tidak ingin dipisahkan jarak dua rumah menjadi alasan yang menurutku tepat untuk segera menerimanya.

Aku mendampinginya dalam suka dan duka meski lebih banyak dukanya. Tidak jarang makian dan sindiran keluarga besar kami terdengar begitu jelas meski mereka berbisik-bisik dibelakang kami. Membicarakan kesulitan kami yang seolah menjadi beban mereka padahal sama sekali mereka selalu menolak ketika kami meminta bantuan saat kesulitan.

Aku tetap bertahan disamping Mas Seno meski hidup kami sulit. Karna Ia berjuang memberiku kehidupan meski kurang. Ia bekerja apa saja meski hasilnya selalu tidak cukup untuk hidup kami sebulan. Terakhir Ia menjadi driver ojek online. Padahal Ia sarjana. Dengan ijazah setinggi itu tetap saja sulit menemukan pekerjaan baginya.

Semua perusahaan menginginkan calon karyawan yang berpengalaman. Bagaimana kami bisa memiliki pengalaman jika kami tak sekalipun diberi kesempatan untuk bekerja. Sungguh ironi.

Entah keberuntungan macam apa yang tiba-tiba berpihak pada kami. Mas Seno mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan besar dan lulus seleksi dengan mudah tanpa hambatan, karna memang Mas Seno cerdas. Bahagianya kami.

Kehidupan sedikit-sedikit mulai membaik. Dari tinggal menumpang bersama Ibuku, sampai akhirnya kami sanggup mengontrak sebuah rumah yang menurutku ukurannya lumayan cukup besar.

Bukan cuma itu, bulan-bulan berikutnya, keberuntungan seperti tertarik mengikuti ke mana langkah kami. Mas Seno mendapatkan fasilitas rumah dan mobil dari tempatnya bekerja. Bahkan tak lama setelah itu, Ia mendapatkan promosi jabatan tertinggi diperusahaan karna ketekunannya selama bekerja.

Pada akhirnya, hidup kami sempurna ketika Mas Seno mengajakku ke Dokter kandungan untuk mulai mengikuti program kehamilan. Alhamdulillahnya, 7 bulan kemudian aku berhasil hamil. Aku sangat menjaga kandunganku. MasyaAllah, bertubi-tubi rejeki yang Allah beri kepadaku. Sungguh tak tahu lagi bagaimana cara mengungkapkan rasa syukur itu sehingga aku benar-benar lupa bersyukur. Astagfirullah.

Beberapa tahun kemudian, karir Mas Seno meroket dengan mulusnya. Kebahagiaan yang tidak diiringi dengan rasa syukur dan melalaikan kewajiban tentu saja kemungkinan terbesar adalah cobaan dan ujian lain yang akan datang.

Saat itu, putri kami menginjak usia 3 tahun. Malam dimana aku mulai mencium gelagat aneh Mas Seno adalah ketika ulang tahun Amelia Ia tak kunjung pulang hingga pagi menjelang. Walau memang Mas Seno sering lembur hingga pagi, tapi tak pernah Ia lakukan ketika aku atau Amel berulangtahun.

Sepenting apapun pekerjaannya, Ia pasti pulang untuk pesta kecil kami dirumah. Hari ini tidak. Amel menangis Papanya tidak hadir di acara potong kuenya. Akupun kesal dan marah padanya malam itu. Tapi Mas Seno malah bersikap emosi. Ia lebih marah. Ia mengataiku istri tak tahu diuntung, tidak mengerti kesibukan suami mencari nafkah demi keluarga. Bahkan Ia membentak Amel ketika putri kecil kami itu merajuk dan menangis padanya.

Mulai dari kejadian hari itu, semua berubah. Entah apa yang terjadi padanya. Ia menjadi seorang yang gila kerja. Jarang pulang tepat waktu bahkan lebih sering ke luar kota untuk dinas luar. Aku tak pernah bisa mencegahnya. Karna Ia selalu marah dan mengumpat dengan kata-kata yang menyakitiku.

"Apa kamu lupa bagaimana hidup kita bisa menjadi seperti ini? Karna aku sibuk bekerja kan? Kamu mau kita susah lagi seperti dulu?"

Selalu itu yang Ia katakan tiap kali aku memohon untuk Ia tetap tinggal dirumah ketika aku dan Amel merindukannya. Ya Allah, aku sadar ini salah. Dari situlah aku mulai menyadari kesalahanku yang selalu kurang bersyukur dan lalai dengan hak orang lain. Zakat harta yang tidak pernah aku keluarkan padahal aku tahu itu wajib. Kenapa aku seteledor ini? Teguran keras bagiku.

Tapi rupanya Allah mengujiku tidak hanya sampai disitu. Perubahan sikap Mas Seno ternyata bukan karna Ia penggila kerja, tapi karna saat itu dia sedang tergila-gila pada wanita lain. Hancur hatiku berkeping-keping saat mengetahui semuanya. Aku tau tanpa sengaja dari sosial media Mama Dara yang adalah teman sekolah Amelia.

"Waaah Mama Dara exis juga ya disosmed." Kataku saat melihat Ia sedang membuka-buka akun instagramnya. Aku memang tidak aktif bersosial media meskipun punya. Sehingga membuatku sering bertanya-tanya apa sih yang mereka lihat setiap kali membuka sosial media. Tanpa sengaja mataku tertuju pada satu foto yang sedang dibuka Mamanya Dara disampingku.

"Maam, maaf sebentar aku boleh lihat foto itu?" Pintaku padanya.

"Ooh ini?" Tanyanya sambil menyodorkan arah layar HPnya ke hadapanku. Sungguh shock dan terkejutnya aku. Foto itu jelas-jelas Mas Seno yang sedang memeluk mesra seorang wanita yang tengah terlihat selfie dengan camera yang sepertinya dipegangnya sendiri. Bibir Mas Seno mendarat dipipinya, captionnya membuatku terdiam membatu.

"Honeymoon kedua dengan mamas tampanku dibali".

Begitu caption foto itu. Aku tak kuat menahan jatuhnya air mata. Tapi aku tetap bertahan menyembunyikan rasa sakit itu. Kuberanikan diri bertanya.

"Ini siapa Mama Dara? Cantik ya. Apa baru menikah?". Tanyaku penasaran.

"Ooh ini, teman sekolah dulu sih Maam, tapi gak terlalu deket. Biasa aja. Kayanya sih iya baru nikah. Denger-denger nikahnya gak diresepsiin. Padahal orangnya sombong, pamer terus. Kalo kasak kusuk teman-teman lain dibelakang sih katanya dia nikahnya sama atasannya dikantor yang masih punya istri. Alias laki orang. Gila ya, cantik-cantik pelakor. Ih serem."

Begitu jawaban Mama Dara saat itu. Tahukah kalian apa yang kurasakan saat itu. Rasanya ingin aku berteriak, mencaci, memaki semua yang ada dihadapanku. Alhamdulillah bel tanda pelajaran selesai berbunyi. Tak lama Amelia putriku keluar dari kelasnya. Kelas bimbingan preschool yang cukup presticious di kota ini.

Akupun pulang dengan langkah gontai. Andai aku tak ingat membawa Amel, sudah kubuang tubuh ini ke tengah jalan ramai kendaraan. Biar terhempas bersama truck-truck besar bahkan container yang berlalu lalang. Rasanya hidupku sudah tak kuinginkan lagi.

Jika saja Amel tak menarik tanganku meminta jajanan dipinggir jalan yang dijajakan abang-abang pedangan es cream, tentu tubuh ini telah musnah. Aku terkaget karna tarikan tangan Amel cukup kuat. Rupanya putri kecilku ini telah tumbuh besar dan lebih bertenaga. Untunglah Ia menyadarkanku. Karna bisa jadi Iapun akan menjadi korban ketololanku.

Sesampainya di rumah aku memanggil Mba Minah. "Mba, tolong jaga Amel, jangan lupa mandikan dan beri makan. Saya kurang sehat mau istirahat." Pintaku pada Mba Minah ART kami.

Aku masuk kamar, kurebahkan diriku diranjang yang sudah mulai dingin akan sosok Mas Seno. Pantas saja Ia lebih sering lembur, pantas saja Ia lebih sering tugas luar kota. Rupanya Ia telah memiliki keluarga baru ditempat lain. Hancur sehancur-hancurnya hati ini.

dua hari aku tak sanggup bangun, dua hari itupun aku tak bisa makan. Whatsapp dari Mas Seno hanya kubaca tanpa kubalas. Tentu saja itu tak masalah. Tidak seperti dulu jika aku telat membalas, maka Ia langsung buru-buru menelponku, bahkan tak jarang video call. Hanya demi mengetahui mengapa sudah dua centang biru namun tak ada balasan.

Kini hal itu sudah jarang terjadi. Saat itu aku masih berpikir Ia sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak masalah jika aku lama membalas. Rupanya dia tengah sibuk dengan istri barunya.

Mba Minah sudah beberapa kali mengetuk pintu kamarku, bahkan menyuruh Amelia masuk dan membujukku untuk makan. Tapi aku tak bergeming sedikitpun dari posisiku. Wajah lusuh, mata bengkak. Berhari-hari hanya menangis.

Kulihat wajah Amel putri cantikku. Tak ingatkah Mas Seno seberapa besar perjuangan kita mendapatkan anak ini? Tak ingatkah ketika dulu makan hanya dengan nasi sepiring dan satu telur ceplok berdua? Tak ingatkah senyum tulusku ketika kau menyodorkanku uang 30ribu rupiah sepulang mengojek dan aku tetap memelukmu hangat meski perut keroncongan menunggumu pulang membawa uang yang sedikit itu namun sangat kutunggu-tunggu?

Kini Ia telah sukses, berhasil dipuncak karirnya, Ia lupa segala kesulitan yang pernah dihadapinya bersama siapa. Aku memeluk, mencium Amel dengan mata bengkak mengaliri air mata yang tak habis-habis. Jika saja air mata ini adalah tumpahan darah segar dari dalam tubuh, maka mungkin sudah sejak kemarin aku mati.

Kutengok foto didinding kamar kami. Senyum Mas Seno merekah mendekatkan pipinya ke pipiku. Rindu aku padanya namun sakit ini sungguh sakit. Rupanya nama Amelia putri kami dia beri dari nama istri barunya. Ya, perempuan itu bernama karmelia. Apa yang diharapkan Mas Seno? Apa Ia berharap putri kami mirip simpanannya itu? Ya Allah, apakah sebegitu cintanya Ia pada perempuan itu?

Makin terluka aku mendapatkan fakta bahwa nama putriku sama dengan perempuan sundal itu. Amarahku tiba-tiba membuncah. Jika dua hari ini aku hanya bisa menangis, tak ingin hidup dan tak tahu harus apa. Kini aku bangkit. Kulihat HPku, Whatsapp Mas Seno masih belum kubalas tapi Ia tak bertanya sama sekali.

Akhirnya kubalas. "Kapan jadwal kamu pulang?" Tanyaku.

"Hari ini aku pulang. Nanti malam kita makan diluar bersama Amel ya. Kamu siap-siap. Aku akan sampai rumah sore ini".

Terkejut aku mendapatkan jawabannya. Biasanya Ia tak pernah mendadak. Entah apa yang terjadi pada istri barunya itu.

Aku berpikir keras. Apa yang mau aku lakukan untuk menghadapinya? Ia masih belum tahu jika aku sudah mengetahui perihal pernikahannya dengan sundal itu. Bisakah aku meredam emosiku ketika Ia pulang nanti?

Apakah aku akan mengamuk sejadi-jadinya ataukah aku harus beracting pura-pura tak tahu soal pernikahannya. Aku bingung ingin berbuat apa. Namun aku coba berpikir jernih. Aku harus membalas dengan cara yang cantik. Pasangan laknat itu harus tahu bahwa mereka berurusan dengan orang yang salah.

Sundal itu adalah bawahannya dikantor. Aku akan tunjukan kekuasaan Nyonya Bos. Akan kubuat Ia sadar siapa dia dan siapa aku. Jadi sudah kuputuskan aku akan berpura-pura tak mengetahui semua itu.

"Ya, aku harus bermain cantik." Kataku dalam hati.

Mas Seno pulang. Aku berusaha keras bersikap biasa. Namun sangat sulit. Wajah ketusku tak juga mau hilang. Sepanjang waktu aku cemberut. Wajah jutek ini sulit disembunyikan. Tapi Ia tak merasa. Kurasa dia berpikir aku marah hanya karna Ia terlalu sibuk bekerja.

Kami bertiga makan malam diluar. Entah apa yang mau dia tunjukan, sepanjang malam itu Ia sangat manis pada kami. Bahkan isi satu toko mainan hampir habis dibelinya. Hingga orang toko harus mengirim sebagian ke alamat rumah kami karna kami kesulitan membawanya.

Aku tak melarangnya sama sekali. Kuikuti permainannya. Jika dulu aku sering keberatan Amel dibelikan terlalu banyak mainan, maka hari itu aku hanya diam dan pura-pura tersenyum manis. Ingin bersikap manja seperti biasa padanya agar Ia tak curiga, tapi rasanya aku jijik berada didekatnya. Mengingat kehangatan pelukannya telah bekas perempuan sundal itu, aku semakin jijik saja.

Esoknya Ia bersikap mesra padaku. Aku sedikit menjaga jarak, kukatakan aku sedang datang bulan. Tak mungkin aku rela tidur dengan laki-laki yang sudah bekas perempuan sundal. Menjijikan. Bagaimana jika sundal itu berpenyakit, bagaimana jika bukan hanya dengan Mas Seno Ia berhubungan badan? Aku semakin jijik memikirkannya.

Dua minggu ini Ia lebih banyak waktu di Jakarta meski tetap sering di luar rumah. Kubiarkan tanpa bertanya. Akupun mulai sibuk dengan rencana pembalasanku. Entah bagaimana tapi rupanya nasib baik berpihak padaku yang tersakiti.

Hari itu, untuk pertama kalinya kantor tempat Mas Seno bekerja kalah tender dari perusahaan lain. Bahkan parahnya lagi, yang mengalahkannya adalah perusahaan baru. Usaha yang belum lama berdiri. Pemiliknya sungguh cerdas dan lihai mengambil hati client dengan konsep-konsep bangunan yang menarik dan classic modern.

Para investor diperusahaan itu marah bukan main. Karna itu adalah project besar. Bukan cuma ratusan juta tapi milyaran. Label perusahaan kontraktor ternama yang tak pernah gagal perlahan redup.

Mas Seno mulai depresi. Ia sangat penasaran dengan saingannya itu. Siapa arsiteknya yang begitu lihai membangun bangunan-bangunan dengan konsep yang sangat menarik perhatian setiap orang.

Ini kali ketiga Mas Seno kalah tender dari perusahaan itu. Akhirnya Ia dipanggil ke kantor pusat. Makian dari para investor dan pendiri perusahaan Ia terima. Perlahan tapi pasti, Mas Seno kekurangan pemasukan. Karna pemasukan yang Ia terima selama ini adalah komisi super besar yang diberikan setiap kali Ia memenangkan tender project. Karna belakangan ini selalu kalah dan sepi project, jadilah Ia tak menerima komisi.

Tabunganpun semakin lama semakin menipis. Ia semakin sering dirumah. Entahlah, mungkin sundal itu tak menerima kesulitan ekonomi yang dialami Mas Seno. Akupun berpura-pura menekannya dirumah, agar Ia lebih menderita.

"Mas, sudah dua bulan ini aku yang keluar semua biaya. Apa yang terjadi dengan pekerjaanmu? Ingat Mas, usaha butik yang aku jalani itu bekal untuk Amel. Aku gak mau begini terus. Kalau bulan depan kau tidak lagi mengirimi uang ke rekeningku, aku akan jual rumah ini dan pergi bersama Amel." Rengekku padanya.

"Maksudmu apa Mah? Kamu mau ninggalin aku gitu? Hanya karna aku udah ga punya penghasilan? Bukannya dulupun kita pernah menghadapi masa-masa sulit bahkan lebih parah dari ini dan kau menerimaku dengan tulus. Apa harta membuatmu begitu berubah Mah?" Tanyanya padaku dengan wajah heran dan sedih.

"Maaf Mas, aku sudah bukan istrimu yang dulu. Aku tidak mau lagi hidup susah denganmu. Sekarang dengan usaha butik yang kujalani, kau mau menumpang hidup padaku? Maaf Mas Seno tidak semudah itu."

Setelah bicara begitu aku beranjak ke kamar. Mengunci pintu dan menangis. Kenapa aku menangis? Aku bingung. Rasanya aku mulai tak tega membiarkannya menderita seperti ini. Cintaku tulus padanya sedari muda. Maka ketika Ia sakit, akupun merasakan sakit yang sama. Tapi kenapa dia tidak begitu padaku. Kenapa dia menyakitiku dengan mudahnya dan merasa baik-baik saja.

Sedih dan marah yang tak terbendung membulatkan tekadku untuk tetap maju membalas sakit ini. Aku tak bisa mundur lagi. Aku akan kejam padanya seperti Ia mengkhianatiku.

Puncaknya, perusahaan tempatnya bekerja memberi satu kesempatan lagi untuk Mas Seno mengerjakan project skala kecil. Jika yang satu inipun Ia kalah, maka dengan sangat terpaksa, Mas Seno akan dimundurkan dari jabatannya sebagai CEO. Ia akan dikeluarkan dari perusahaan besar itu.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya Pak Seno, kami sepertinya tertarik dengan konsep yang dibuat PT. APC dan kemungkinan akan menerima kerjasama dengan mereka. Mohon maaf sekali lagi, semoga beruntung dengan project lainnya dilain kesempatan." Ujar client ketika itu.

Tampak sekali raut wajah asisten cantik Pak Seno berubah masam. Ya, perempuan sundal asistennya itu selalu mendampingi ke mana Mas Seno pergi. Karna mereka memang atasan dan asisten. Gerah aku dibuat mengetahui fakta itu.

Mas Seno sangat amat sekali penasaran. Maka Ia memberanikan diri. "Maaf Pak, bukankah perusahaan APC ini masih terlampau baru? Apa tidak beresiko menyerahkan projecct ini ke perusahaan baru berdiri?"

Sambil tersenyum, client berkata "Hmm, tapi perusahaan baru ini saya dengar sudah kelima kalinya mengalahkan tender perusahaan besar anda. Bukankah itu menjadi satu alasan kenapa saya harus mempercayakan project ini pada mereka? Lagi pula ide mereka segar, seperti anak jaman sekarang. Saya suka." Jawabnya kalem.

"Tok...Tok..." Terdengar pintu diketuk. Sekretaris client itu masuk dan bertanya.

"Maaf Pak, CEO dan Cofounder PT. APC sudah datang. Apa saya suruh menunggu diruang lain?" Tanyanya.

"Oh tidak usah, saya sudah selesai dengen Pak Seno, persilahkan mereka masuk, biar sekalian saya perkenalkan Pak Seno dengan mereka. Sepertinya Pak Seno masih penasaran dengan PT. APC yang akan bekerjasama dengan kita."

Tak lama kemudian, sekretaris itu mengantar kami masuk. Mas Seno terkejut bukan main melihatku masuk dengan pakaian kantor formal bersama rekanku. Terlebih lagi perempuan sundal itu. Dia jauh lebih terkejut dari Mas Seno.

"Lho, Mah? Apa ini maksudnya> Ngapain kamu disini?" Tanya Mas Seno padaku yang masih berdiri diambang pintu.

"Lho, kalian sudah saling kenal?" Tanya Pak Rahardian client project kami. Kemudian memperkenalkanku pada Mas Seno sebagai cofounder PT. APC

"Beliau inilah pendiri PT. APC yang masih sangat baru itu Pak Seno. Kalian suami istri? Tapi bersaing? Wah...wah...sepertinya kalian harus banyak bicara. Sementara itu saya tinggal dulu untuk mempersiapkan berkas kerjasama kita Ya Bu. Silahkan duduk."

Pak Rahardian pergi bersama sekretarisnya menyiapkan berkas. Tinggallah kami berempat diruangan itu dan terjadi pembicaraan yang sangat dramatis dan tidak akan pernah kulupakan karna aku sudah sangat menanti hari ini.

"Jadi, Mama yang sudah menghancurkan karir Papa?" Tanyanya dengan mata melotot dan wajah marah.

"Maaf, jangan panggil lagi saya dengan sebutan itu. Karna mulai detik ini, saya sudah bukan istrimu. Ini surat cerai kita. Tandatangani dan jangan banyak bertanya." Ucapku dengan angkuh.

"Apa maksudmu Mah? Kenapa begini?"

"Kau tanya kenapa begini? Kau pikir aku tidak tahu kalau kalian berdua telah menikah?"

Mereka kaget mendengar ucapanku. Sundal itu lebih terkejut, memandangku dengan wajah sangat kaget.

"Kalian nikmatilah hari-hari bersama dengan damai setelah ini. Aku dan putriku tidak akan mengganggu kalian sedikitpun. Bawalah apapun yang menjadi hakmu dari rumah itu."

Mas Seno masih dengan wajah terkejut dan marah menunjuk Alan CEO'ku.

"Dan kau Alan, bagaimana bisa? Kau racuni istriku untuk memihakmu? Kau brengsek. Kau curang." Teriaknya pada Alan dan ingin menghajarnya namun kuhalangi.

"Jangan pernah sentuh karyawanku." Teriakku pada Mas Seno.

Sambil tertawa sinis, Alan berkata "Aku curang? Lalu perbuatanmu padaku itu pantasnya kau sebut apa? Bagaimana rasanya disingkirkan Seno? Mungkin lebih sakit karna yang menyingkirkanmu adalah istrimu sendiri. Hahah."

Alan adalah teman lama Mas Seno, Diperusahaannya yang dulu, sebetulnya Alanlah yang seharusnya menjadi CEO berikutnya. Namun ternyata Mas Seno mengkhianatinya. Ia mengambil Ide alan dan menyatakan pekerjaan Alan sebagai pekerjaannya. Begitulah Mas Seno berhasil mengukir karir suksesnya.

Saat itulah si sundal karmelia itu membantu Mas Seno mengkhianati Alan. Aku mengetahuinya tanpa sengaja saat berusaha mencari tahu kelemahan dua pengkianat ini demi balas dendamku. Kebetulan yang sangat menguntungkanku bertemu dengan Alan.

"Sudah cukup Mas, aku tidak mau banyak berdebat. Aku ke sini untuk bekerja dengan Pak Rahardian. Jangan lupa tandatangani surat pisah kita."

"Apa kau sudah tanya pada Amel dia ingin ikut siapa?" Tanya Mas Seno padaku. Aku tertawa dengan sinis dan tak lupa bertampang meremehkannya.

"Maas...Mas, apa kamu sepercaya diri itu? Kau hampir jarang bermain dengannya. Kau lebih suka bermain-main dengan sundal itu, kau bahkan lupa hari ulangtahunnya, Apa kau pikir dia akan sudi ikut denganmu? Dan satu hal lagi. Jangan panggil putriku dengan nama itu. Namanya Andini. Aku sudah merubah namanya. Kau pikir aku sudi memanggil putriku dengan nama sundal itu? Kutekankan sekali lagi. Namanya Andini Putri Cantika. Akan kukirim salinan akte untuk kau ketahui."

Sepanjang drama ini, sundal itu hanya terdiam menunduk. Mungkin Ia bingung karna merasa tersudut dengan semua kebenaran yang kuucapkan.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan putri kita, Ia mungkin tidak akan mengingatmu. Karna kau jarang sekali menemuinya bahkan saat kau masih menjadi kepala keluarga dirumah kami. Mulai sekarang, bahagialah dengan pilihanmu."

"Dan kau perempuan sundal rendahan...." Kataku sambil menunjuk wajahnya. "Belajarlah menerima laki-laki tak berharga ini sebagai suami sahmu nanti. Belajarlah darinya bagaimana cara makan sepiring berdua, bagaimana cara menumpang tinggal dengan orangtua kalian dan bagaimana cara menerima uang hasil mengojek. Semoga kau ingat itu Mas Seno."

Ya, akhirnya aku menang. Aku yang jadi juaranya. Pembalasan cantikku akan terukir sepanjang sejarah hidup mereka. Oh ya, perlu kalian ketahui. Aku dan Mas Seno adalah teman satu kampus dulu. Kami dijurusan yang sama di fakultas sipil. Itu sebabnya aku sangat mengerti pekerjaan Mas Seno dan dengan mudahnya membuat bisnis kecil properti yang dibarengi dengan kontraktor sekaligus.

Aku puas dengan pembalasan ini. Apa yang terjadi dengan dua pengkhianat itu setelahnya, aku tak tahu dan tak peduli. Aku hanya akan menjalani hidup suksesku bersama Andini putriku. Kuberi nama Andini yang adalah nama almarhumah Ibuku dan cantika adalah namaku. Andini Putri Cantika, putriku yang terlahir ketika pengkhianatan ayahnya tengah berlangsung.

Sekian curhatku. Semoga tidak ada cantika-cantika lain yang mengalami hal serupa.

* S E K I A N *

By: Upay

Hafidzah Pemberani

HAFIDZAH YG MENGALAHKAN PEMERKOSA

ini kisah nyata. Tokoh dalam kisah ini merupakan  mudiroh mafaza. Jadi seluruh santri mafaza dan para wali santri serta ribuan alumni super manzil InsyaAlloh mengenal gadis tangguh yg ramah ini. Sebab beliau pernah menjabat sebagai pimpinan mafaza 1, mafaza 3 dan mafaza program dhobit bandung. Beliau adalah ustadzah Juni. Salah satu Musyrifah yg paling saya sayangi.

kisah yg sangat menegangkan ini terjadi di batam pada akhir Desember 2013. Setahun sebelum beliau diangkat jadi pimpinan mafaza bogor. Kisahnya pernah di angkat banyak media islam. Saya mengangkatnya kembali utk seluruh santri mafaza dan seluruh muslimah indonesia

Ustzh juni merupakan aktifis sejati. Diluar jam kerjanya beliau sibuk mengisi mentoring kpd siswi2 sekolah menengah di batam.

Sore itu sepulang mengisi ta’lim didaerah Tiban, beliau merasa waktunya agak luang karena tdk ada agenda lain. Maka dicobalah jalur lain. Ia melaju dan terus melaju bersama motornya. Hingga tanpa sadar ia hampir tiba di pelabuhan sekupang. Beliau mencoba cari jalan pulang, namun jalan semakin sepi dan asing.

Sebelum hari benar2 gelap, ustzh juni bertemu  dg dua orang pria dipinggir jalan. Yg satu bapak2 berambut panjang dan satu lagi pemuda yg tengah menstarter motornya. Da'iyah muda ini memberanikan diri menyapa dan bertanya: “bang, ini jalan buntu ya? Kalau mau batu aji ke arah mana ya?”

“iya ini jln buntu, batu ajinya dimana?” pria bermotor balik bertanya.

“ ditembesi” jawab ustzh yg ramah ini.

“ya udahlah bareng. Saya pun didaerah itu” kata pria itu.

Maka melajulah mereka. Ustzh Juni mengikuti motor si pria itu dari belakang. Sepanjang perjalanan, pria itu rajin bertanya, sehingga Aktivis lulusan fak psikologi ini tak memiliki kecurigaan buruk padanya. Namun lama kelamaan ustzh juni merasa ada yg ganjil. Sebab jalanan sdh lama mereka susuri namun tak kunjung sampai.

Pria jahat ini telah membawanya ke Tanjung Riau. Dan ustzh Juni tak tahu sama sekali tentang daerah itu. “Bang, kok belum nyampe-nyampe juga? Saya pernah dulu nyasar ke Sekupang, ada ini ada ini, ada kuburan Kristen, koq sampe sekarang belum jumpa juga, lama kali, kan udah jauh kan, udah sunyi lagi?”

Si Abang menjawab, “Oh, mau gak motong?”

“Motong? Dari mana?”

Pria tersebut menunjukan jalan menuju seperti hutan. Ustzh Juni mulai curiga. Ketika memasuki daerah itu, setelah agak jauh, beliau bertanya, “Bang, kok sunyi?”

Si abang menghentikan motornya, dan menahan laju motor ustzh Juni. Pria itu mengeluarkan sebuah gunting. “ Turun!!! Mau mati atau mau hidup?”

Juni terkesiap. “Kenapa Abang ini? Bicara baik-baiklah Bang, kalau mau motorku ambil, mau handphoneku, ambil…”

Pria itu tak menjawab. Malah dengan satu sentakan yang keras, ia menarik jaket ustzh Juni. Ustzh berontak. Ia diseret lelaki itu. Selintas beliau berpikir, pria ini hendak memerkosanya.

Pria itu terus menyeret Juni, dan berusaha untuk membuka helnya. Merasa gelagat sudah tidak beres, Juni berusaha bangkit, dan sebisa mungkin memukul orang tersebut. Ia berusaha meraih kayu untuk memukul si lelaki yang sudah beritikad tidak baik tersebut. Tapi sia-sia. Tenaga lelaki itu terlampau besar untuknya.

Lelaki itu berhasil mempreteli jaket yang dikenakan ustzh Juni. Tapi tidak baju gamisnya. Ia menyekap ustzh juni. Ustzh sholehah ini terus berontak dan menjerit-jerit. Kesal, si lelaki itu memukul sang ustzh sekuat tenaga. Gadis ramah ini menggelosor ke tanah, dan pura-pura pingsan. Si lelaki menyangka ustzh Juni  pingsan betulan. Ia menjadi agak lengah, sementara Juni berdoa dalam hatinya, “Ya Allah, ini makhlukMu,… janganlah matikan aku di tempat seperti ini dengan cara yang seperti ini.” Juni terus berdoa tiada henti. Juni mengumpulkan tenaga dan dengan sebat, sambil berterak keras “Allahu Akbar!”, Juni menendang si lelaki. Juni tidak tahu bagian mana yang ia tendang.

Si lelaki beringas kembali. Ia kembali menodongkan gunting ke arah ustzh Juni. “Kamu mau mati ya?”

ustzh Juni menukas dg garang, “Lebih baik aku mati!”

Si lelaki merangsek dan menusukkan gunting itu beberapa kali ke perut ustzh.  Tapi ajaib, ketika itu, ustzh Juni tidak merasa sakit, dan tak ada darah yang keluar dari perutnya. Melihat itu, si lelaki tambah beringas. Diarahkannya gunting itu ke leher sang ustzh. Digesek-gesekkannya sepenuh tenaga. Ustzh Juni berusaha melindungi dengan tangannya sambil bertanya-tanya dalam hati,  “Ya Allah, udah putus belum ya urat leherku ini…”

ustzh Juni bisa bangkit. Si lelaki kalap. Mungkin karena Juni ternyata masih belum mati juga. Juni sendiri tidak merasakan apa-apa lagi. Yang ada di kepalanya hanya satu, ia berdoa agar ia selamat dan tetap terjaga.

Si lelaki yang geram kemudian menerkam Juni dengan sambil tetap menusukkan guntingnya ke seluruh tubuh Juni. Juni terjerambab. Ia meronta-ronta. Sekarang, ia merasakan mulutnya berdarah. Ia terus meronta-ronta.

ustzh juni terjengkang kembali. Menggelosor di tanah. Tak bergerak. Si laki-laki tampaknya menyangka sang ustzh sudah mati, dikarenakan tusukan dan pukulan sudah bertubi-tubi mencabik tubuh Juni.

Entah dapat pikiran dari mana, ustzh Juni perlahan bangkit, berdiri dan menghampiri si lelaki itu. “Aku hidup kembali…” geram Juni pada lelaki itu.

Tanpa dinyana, si lelaki itu terlihat jelas ketakutan. Ustzh Juni sendiri berpikir ketika itu ia sudah mati. Ia dengan jelas bisa merasakan bahwa muka dan tubuhnya dipenuhi darah. Giginya sudah tanggal di beberapa bagian, dan akibatnya penglihatannya juga kabur, sama-samar.

Si lelaki berlari. Juni mengejar. Seluruh tubuh Juni sudah dipenuhi dengan darah. Tangan, rambut, muka, dan kaki Juni dibaluti warna merah.

Ketika si lelaki sudah kabur, ustzh Juni duduk menggelosor, lemas dan lemah. Ia mencoba meraih tasnya, namun susah karena tangannya berlumuran darah. Pun begitu ketika akan meraih telepon selulernya. Dengan sekuat tenaga, ia meraih, dan berhasil.

Biasanya, sinyal ponsel di daerah itu selalu jelek, namun saat itu, mungkin dengan izin Allah, tidak ada gangguan. Juni langsung mencoba menghubungi kawannya yang terdekat.  Tapi tidak bisa karena tangannya penuh darah.

ustzh Juni diam. Ia tidak bisa melihat. Dan sejenak, samar-samar dan jauh, Juni terbayang, siapa yang akan menemukannya di hutan yg gelap? Sepuluh menit berlalu, dan pikiran ustzh Juni juga tidak bisa mengenyahkan bayangan jika lelaki jahat itu datang kembali.

ustzh Juni berusaha bangkit. Ia berusaha mencari jilbabnya. Alhamdulillah, ia menemukannya. Namun ia tidak berhasil menemukan jaketnya. Dalam kondisi antara sadar dan tidak, yang ada dalam pikirannyai adalah, ia akan segera keluar dari hutan, dan mungkin bertemu dengan orang banyak, sehingga ia harus mengenakan penutup auratnya.

Keluar dari hutan, ustzh Juni terus berjalan, namun hanya beberapa langkah, tenaganya habis. Ia terduduk.

Ketika itu, lewatlah seorang anak laki-laki tanggung. Tentu anak laki-laki itu kaget. Namun Juni berusaha meminta tolong untuk menelepon orang-orang penting lewat ponsel miliknya.

Beberapa saat kemudian, berdatangan orang-orang. RT setempat berusaha mengamankan motor Juni dan ia dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Ustzh di rawat di RS selama sepekan, para aktivis PKS batam setiap hari datang menjenguk. Sebagian dr mereka Gantian menemaninya selama di rawat.

InsyaAlloh saat sanlat Ramadhan nanti. Ustzh juni akan kembali membimbing anak2 anda dg kelembutannya yg khas.

Sumber:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2615086098566109&id=100001942342007

Sendu

Dia tidak memakai sari, melainkan gaun pendek kuning cerah. Malam itu dia menyajikan makanan untuk kita. Di meja bulat di dapur kini tersaji berjenis-jenis masakan yang tidak pernah hadir sebelumnya. Dia sibuk mengurai bumbu-bumbu apa saja yang terkandung dalam kari itu, misalnya, dan menyatakan telah menghabiskan waktu sehari penuh untuk menyiapkan makan malam hari ini.

Dia benar-benar mengharap pujian, sedang aku tidak ingin berbasa-basi. Karinya terasa hambar di lidahku, tapi aku tidak dapat menjelaskan bumbu apa yang kurang atau berlebih. Aku tidak pandai memasak, sehingga tidak begitu paham tabiat bumbu-bumbu itu. Aku hanya bisa membedakan rasa: pedas, manis, asin, pahit, asam. Seperti perpaduan rasa kehidupan kita. Hanya sekali aku memasak untukmu, nasi goreng udang itu, dan aku sendiri yang menghabiskannya. Selebihnya kamu selalu memasak untukku, setiap hari. Sarapan, makan siang, makan malam. Panekuk kentang, spaghetti, semur, salmon steak, tumis brokoli.

Tak berapa lama dia bercerita di mana kalian bertemu pertama kali. Suatu sore di pantai, seorang lelaki paruh baya membentang sehelai kain di atas pasir, lalu melambai padanya untuk duduk bersama-sama melihat laut. Dia mendekat, karena baru saja bertengkar dengan lelaki yang mengajaknya melancong ke pantai itu. Karena kamu begitu baik dan langsung menawarinya menginap di hotel yang nyaman dan juga membayari tiket pulangnya, dia tidak berpikir lama untuk melarikan diri dari teman kencannya, anak muda yang cepat naik pitam dan menyediakan tempat tidur reyot di pondok kayu yang nyaris terjungkal dari tebing curam. Aku tersenyum mendengar ceritanya, sedang kamu tampak gugup dan tiap sebentar meneguk air dari gelas, hingga tandas.

Terakhir kali kita bersama ke pantai akhir tahun lalu. Kamu menyongsong ombak dengan papan selancarmu, sedang aku berdiri di pantai sambil menilik-nilik ke arah laut yang seakan siap tumpah ke sini. Lidah ombak menjulat, lalu terkulai. Di atasnya kamu terayun, lalu terhempas. Setelah itu di atas pasir hangat, kubentang handuk besar, lalu terlentang seperti hiu mati.

Sekali waktu kamu mengajakku mengintip ikan-ikan dan karang dekat pantai itu. Aku tidak perlu menyelam, melainkan merunduk ke dalam air dengan pipa oksigen mencuat ke udara terbuka. Namun, aku lebih suka terbungkuk-bungkuk di pantai mencari kulit kerang atau bintang laut.

Setelah makan malam, dia menumpuk semua piring kotor di bak cucian. Sisa makanan di piring tidak dibuangnya ke tempat sampah. Kita selalu membuang seluruh sisa makanan ke tong sampah, lalu mencuci semua peralatan dapur setelah makan. Kita tidak ingin semut, kecoak, atau tikus berkerumun di dapur ini bagai tamu-tamu sebuah pesta.

Dia menarik lenganmu, mengajakmu buru-buru masuk kamar. Kamu terseret-seret macam anak kecil merajuk. Tidak kudengar suara air kran mengucur di wastafel, yang menandakan kamu menyikat gigi sebelum tidur seperti kebiasaan kita di rumah ini. Dia juga tidak menyikat giginya, tidur dengan kerak kari, serpih sayur, dan serat ayam di sela-sela gusi.

Di pagi hari kamu tidak lagi menyiapkan sarapan. Dia memasak kue dadar manis untuk kita, menyusun irisan pisang dan menabur keju parut di atasnya. Dia masih mengenakan gaun pendek kuning itu, tidak menggantinya dengan pakaian rumah. Tapi aku merindukan sarapan kita sebelum ini: roti gandum, telur dadar atau mata sapi, dan daging sapi atau kalkun asin.

Kita pun duduk mengeliling meja bulat itu. Wajahmu tampak cemas. Dia terus mengoceh tentang apa saja, termasuk ingin cepat-cepat menikah denganmu dan mempunyai satu saja anak yang lucu. Namun, kamu langsung menyela ucapannya. Kamu tidak ingin menikah apalagi punya anak. Dia memberengut sebentar, lalu meraih tanganmu dan berkata bahwa dia akan sabar menunggu saat yang tepat. Wajahmu memucat. Aku tersedak.

Kita menonton siaran berita pagi di televisi, duduk berdampingan di sofa itu. Dia pergi ke kamar mandi. Kamu berbisik-bisik menanyakan apakah aku tidak apa-apa. Tentu saja aku baik-baik saja. Aku tidak sedih seperti yang kamu bayangkan. Kamu mengangguk-angguk, lalu berkata bahwa sejak tahun lalu kita memang sudah sendiri-sendiri. Kita tidak lagi tidur bersama. Aku membaca dan menulis sepanjang hari, sedang kamu pergi ke kantor, memasak, dan menghabiskan waktu senggang sendiri. Hubungan menahun membuat jemu, tapi tidak semua orang berani berpisah hanya dengan alasan itu. Anehnya, kita juga merasa ada ikatan yang lebih dalam dari apa yang tampak. Kita akan selalu seperti ini, bersama-sama, katamu. Selamanya? Ya, selamanya. Kamu menatapku, berkaca-kaca.

Dia bersenandung riang di dapur. Menyiapkan bahan-bahan masakan untuk makan siang nanti. Kamu tidak suka perempuan menghabiskan waktu mereka di dapur. Kamu tidak menginginkan perempuan yang mengurus rumah sepanjang hari. Katamu, perempuan semacam itu sama sekali tidak seksi. Karena itu, kamu memasak untuk kita, agar aku selalu seksi, kataku. Kamu tertawa keras. Dia berseru dari dapur. "Ada yang lucu?" Kita serempak menjawab: tidak ada. Kamu lalu memintanya bergabung menonton berita dengan kita. Kamu juga tidak senang dia menghabiskan waktu di dapur. Dia sama sekali bukan koki atau jongos. Namun, dia menyahut tidak suka politik dan urusan negara. Teroris dan polisi juga menakutkannya.

Dalam dua bulan, dia sudah empat kali menginap di rumah kita dan selalu memasak. Suatu kali, saat kamu masih di kantor dan aku pulang ke rumah lebih awal, dia mengeluarkan sehelai potret dari dompetnya. Potretnya dengan seorang pria. Mereka mengenakan pakaian pengantin, berdampingan di muka gereja yang lebih mirip kuil Hindu dengan patung Isa yang lebih menyerupai tokoh-tokoh Mahabharata, Rama atau Krishna. Dia bercerita tentang suaminya yang meninggalkannya berbulan-bulan, tidak memberi uang belanja, dan bahkan menangis tersedu-sedu di subuh hari teringat salah seorang pacarnya, perempuan gemuk dengan pipi-pipi tembam kemerahan. "Saya sangat mencintainya, meski dia gemuk," tutur suami kurang ajar itu, seraya sesegukan dan memeluk bantal mungil pemberian sang pacar. Dia lantas harus menghibur lelaki tersebut dan menyembuhkan luka patah hatinya yang parah dengan menahan luka hati sendiri. Dia ingin mengakhiri pernikahan mereka, tapi pastor bersikeras menyatukan pasangan ini kembali. Kusarankan dia melarikan diri. Suaminya koki di kapal pesiar. Namun aku tidak percaya. Lelaki itu berambut panjang sepinggang dengan tato di sekujur badan. Suamimu lebih pantas berdagang obat bius, kataku. Dia terpingkal-pingkal.

Dia merasa beruntung bertemu denganmu. Dulu dia harus berpacaran dengan lelaki-lelaki tua untuk sekadar uang jajan. Kamu juga tua, tapi tampan dan menghargai perempuan, katanya. Aku terbahak-bahak. Dia harus menanggung hidup ibu dan empat keponakan. Bekerja sebagai pelayan kafe, tidak mendatangkan cukup uang untuk mengenyangkan perut enam orang dan membiayai sekolah anak-anak itu.

Ketika kamu membuka pintu depan, dia segera melesat dari kursinya untuk menyambutmu dengan ciuman. Kamu malah menghampiriku, merangkulku dan bertanya apa saja yang sudah dilakukan dua perempuan dalam rumah. Dia kembali sibuk menata piring-piring di meja bulat itu, menyiapkan makan malam kita.

Aku kembali ke kamarku, membiarkan kalian bercengkrama. Hatiku senang saat mendengar gelaktawa. Aku juga teringat ceritanya tentang hubungan kita. Kamu menyebutku keponakanmu!

Segalanya tampak berjalan lancar. Kita tetap tinggal bersama dan kamu kini memiliki seseorang. Namun, perubahan yang menyesakkan itu terjadi juga.

Di hari Minggu itu aku bangun pagi-pagi dan mulai mencuci semua piring kotor yang bertumpuk di bak cucian. Dua ekor kecoak merayap-rayap malas dalam panci dan gelas. Mereka kekenyangan.

Kucuran air kran terdengar nyaring dalam rumah yang hening, sehingga kamu tiba-tiba membuka pintu kamarmu dengan mata setengah terpejam dan bertanya dengan nada kesal, "Apa sih yang kamu kerjakan sepagi ini?"

Aku tiba-tiba sedih. Kutinggalkan piring-piring kotor di bak cucian, lalu bergegas ke kamarku dan mengunci diri. Kamu mengetuk pintu kamarku berkali-kali. Karena tidak ingin membangunkan tidurnya, kubuka pintu kamar dan kita langsung berpelukan. Kamu meminta maaf dan berkata bahwa aku boleh melakukan apa saja dalam rumahku sendiri, rumah kita.

Di dapur terdengar seseorang mencuci piring-piring. Air kran kembali mengucur, deras. Kita tetap berpelukan dan tidak pernah merasa sesedih ini. (*)

Selasa, 05 Mei 2020

Jadilah matre sesuai aturan

Tapi dibilang semua hanya kebetulan, gue juga punya dua orang teman yang nasibnya sama dengan gue. Hanya beda alur cerita. OK, gue ceritain kisah gue dulu sambil pelan-pelan beralih ke kisah temen gue. Sorry kalo kalimatnya gak terlalu formal seperti cerpen-cerpen fiksi yang plotnya mengalir sempurna dengan bahasa yang baik dan benar. Karna ini hanya unek-unek gue yang gue curahkan ke dalam tulisan.

Berawal dari gue yang dilahirkan dikeluarga sederhana. Ingat ya, keluarga sederhana itu tidak sama dengan miskin atau susah. Entah sejak kapan, kalau kita mendengar kalimat "dari keluarga sederhana", orang akan berpikiran itu artinya hidup susah. Padahal gak gitu lho.

Bokap gue sanggup nyekolahin gue sampai ke jenjang universitas. Tapi untuk hang out ke mall, nongkrong di cafe sama temen-temen, belanja barang branded, itu bukanlah kehidupan keluarga sederhana. So, that's the point. Keluarga sederhana is keluarga yang masih dalam kategori bisa hidup layak hanya saja untuk memenuhi keinginan diluar kebutuhan itu butuh mikir ratusan kali.

Back to my past. Gue kenal ni laki dari jaman kita SMA, dia bahkan temen sekolah gue dulu. Kita namakan saja dia Reno. Sorry ya saat nulis ini bayangan gue ke reno barack yang abis nikahin syahrini tanpa pacaran. Mungkin gue harus seperti syahrini untuk mendapatkan seorang reno barack. Tapi apalah gue. Hanya remahan rempeyek ditengah-tengah rengginang utuh yang belum dipecah-pecah.

Ok, balik ke Reno. Reno adalah laki-laki super duper biasa. Mukanya biasa, hidupnya biasa, nilainya biasa. Semuanya biasa. Tapi itu sesuatu yang membuat gue jadi biasa melihat dia hidup biasa. Halaaah apaan sih ni tulisan. Mulai ngaco.

Kita pacaran saat dibangku kelas 3 SMA. Singkat cerita kita lulus dong. Meski dia juga orang biasa dari keluarga sederhana seperti gue, tapi keinginan keluarganya besar banget untuk nguliahin dia di universitas ternama. Jadilah dia berada di sana. Sedangkan gue melanjutkan hidup gue dengan bekerja siang dan malam membanting tulang demi membeli beras. Halal lebay. Gak gitu ding.

Jadi gue kuliah sambil kerja. Karna meski keluarga sederhana gue ini sanggup nguliahin gue, tetep aja gue harus tau diri buat bisa menghasilkan pundi-pundi demi membantu keberlangsungan hidup gue sendiri. Gue jelasin dulu. Gue kerja bukan karna tuntutan keluarga gue yang butuh biaya lebih. Penghasilan gue murni untuk diri gue sendiri, meski sesekali gue ngasih orangtua sih beberapa. Walaupun sebetulnya orangtua gue masih sanggup hidup diatas garis kemiskinan. Nah lho, ini gimana ceritanya yah. Maksud gue seperti yang diawal tadi gue bilang. Keluarga sederhana itu bukan berarti miskin.

Jadi orangtua gue masih sanggup nguliahin gue tapi gue pingin bisa gaul kaya temen-temen gue. Ke mall, nonton, ke caffe, belanja, sedangkan uang untuk pergaulan gue itu rasanya sangat tidak tau diri kalo gue minta sama bokap. Itulah mengapa gue kuliah sambil kerja.

Gue dan Reno sama-sama kuliah dipagi hari, sorenya gue jaga mini market. Seperti mahasiswa sederhana pada umumnya. Reno tidak selalu punya uang untuk kehidupannya. Untuk minta ke orangtuanya sih gak masalah, pasti dikasih kalo untuk kebutuhan kuliah dong.

Tapi sebagai pacar yang peka, gue sering banget bantu dia bayar ini itu. Seperti beli buku, foto copy jurnal, dan lain-lain deh. Meski ga semua kebutuhannya gue yang kasih sih, terlalu lebay kalo gue bilang gue ngidupin dia. Ya gak sampe segitunyalah. Intinya kita berbagi kadang dia juga bantu gue bayar kosan saat gue belum gajian atau orangtua gue belum ngirim. Jadi kita sama-sama dari susah banget kaya gini.

Gak terasa waktu terus berjalan dan sudah mulai masuk semester akhir. Kita sama-sama sibuk ngurus skripsi, sidang, dan segala jenisnya. Gue sih mikir positif. Kalo perubahan sikap Reno belakangan ini, hanya karna kita berdua lagi sama-sama tertekan dengan skripsi yang masih harus diselesaikan. Gue masih santai meski dia sering banget marah bahkan ngebentak gue.

Udah gak sungkan lagi nolak permintaan gue untuk jemput gue kerja atau dikampus atau untuk ketemuan dengan alasan dia lagi jalan sama temen-temennya. Awalnya gue shock sih. Tumben-tumbennya dia lebih milih temen-temennya dibanding gue. Tapi lama-lama karna dia udah biasa begitu, ya udah jadi biasa aja.

Gue sempet curiga dan pernah coba buntutin dia. Tapi ternyata apa yang dia bilang ya bener. Dia emang jalan sama temen-temennya aja. Yaah pokonya dia makin aneh. Sampai pada akhirnya dia lulus dan kemudian dapet kerja diperusahaan besar dengan gaji yang orang-orang pasti iri. Disinilah akhirnya gue mulai paham kenapa akhir-akhir ini dia mulai berubah.

Akhirnya dia minta putus. Ooh OK, gue mencoba berbesar hati. Karna gue bukan type cewe cengeng yang bakalan nangis kejer diputusin cowok. Ya sudahlah mungkin kita emang gak cocok. Waktu itu alasan dia mutusin gue karna katanya dia udah lumayan sibuk banget sama urusan kerjanya yang hampir selalu pulang malem. Daripada kita jarang ketemu dan lama-lama makin ga nyambung ya udah kita udahin aja. Begitu katanya hari itu.

Tapi, dua hari kemudian gue denger dari temen gue yang satu kampus sama dia dulu. Ternyata dia udah jadian sama perempuan lain yang adalah temen SMA kita dulu. Kita namakan saja dia mawar. Jadi si mawar ini adalah anak konglomerat dari jaman dia lahir. Saat kita SMA, mana ada laki-laki yang gak jatuh hati sama dirinya. Dia kaya, cantik kebangetan, modis bagai model, meski otak cuma setengah. Tapi penampilan bisa menutupi kekosongan otak lo.

Yang gue gak sangka, ternyata laki gue ini. Sorry, mantan gue ini dulu juga salah satu dari semua laki-laki yang demen banget sama ni makhluk perempuan konglomerat. Gue gak nyangka karna dulu jaman sekolah tuh dia gak ada sama sekali tanda-tanda tertarik sama ni perempuan. Rupanya, dia cuma pinter nyembunyiin perasaan. Pada dasarnya dia sama aja sama laki-laki lainnya. Demen juga sama yang model begitu.

Tapi apa boleh buat. Kasta yang membuat dia mengurungkan niatnya jatuh cinta sama perempuan sekelas mawar. Tapi sekarang. Dia udah berani show up dong secara dia udah sukses gitu kan. Gimana mungkin dia bisa menahan untuk gak menunjukkan dirinya didepan perempuan konglomerat itu dengan segala yang udah dia raih.

Jabatan, gaji besar, kendaraan roda empat, dan barang branded yang nempel dibadannya. Jadi selama ini gue cuma temen susahnya aja. Dikala dia sukses dia langsung mengejar cintanya yang dulu terpendam karna beda kasta. Jadi bisa dipastikan. Dia berjuang hidup sukses demi mengejar perempuan itu. Bukan demi masa depan yang pernah dia janjikan dulu waktu kita masih pacaran dan hidup susah dari nol.

Temen gue beda cerita lagi. Dia udah nikah. Waktu itu sih dia sama pasangannya hidup lebih susah dari keluarga sederhana gue. Tapi temen gue ini setia ngedampingin lakinya. Ngelayanin lakinya sepenuh hati dan jiwa raga yang dia punya. Dia harus hidup irit demi bisa anak dan lakinya makan enak. Disaat temen-temen lain pakai perhiasan, dia bahkan sehari-hari cuma bisa pake daster.

Tapi dia tetap tegar. Tetap mensupport lakinya untuk berjuang demi keluarga mereka. Bahkan dia terkadang harus menanggung malu meminjam uang ke orangtuanya demi keluarga kecilnya. Sampai suatu hari tiba-tiba lakinya dapet kerjaan enak dong. Gaji lebih tinggi dari sebelumnya, perlahan tapi pasti kehidupannya mulai membaik.

Prahara rumah tangga dimulai ketika si laki udah sanggup ngebeli mobil dan pindah dari rumah kontrakan ke rumah yang dia beli. Luar biasa kan. Kalo orang waras akan berpikir itu adalah hasil dari mereka berdua. Perjuangan seimbang antara ikhtiar suami dan doa istri.

Tapi rupa-rupanya, si laki gak tau diri. Saat sedang merintis karir dia udah mulai main mata sama lawan jenis di luar rumah. Awalnya sembunyi-sembunyi, begitu harta berlimpah dia udah ga peduli lagi hati istrinya.

Tanpa perasaan dia berujar "Kalo kamu gak suka sama dia, gapapa kamu tinggalin saya aja. Kalo kamu mau kita cerai karna ga bisa terima dia. Saya gak akan memaksa mempertahankan rumah tangga kita." ANJ*** gak tuh laki.

Gue gak tau nasib temen gue itu sekarang. Apakah dia jadi pisah sama lakinya, atau dia tetap bertahan dimadu karna setau gue dia ga punya penghasilan untuk hidupin dirinya dan anaknya. Nanti gue update ceritanya begitu udah dapet kabar dari temen gue yang idupnya tragis banget ini. Lebih tragis karna dia udah nikah sedangkan gue belum. Artinya gue lebih beruntung.

Tolong gak usah komen yang gak enak tentang kisah hidup gue. Gue tau koq pacaran itu dosa, tapi itu kan masa lalu gue. Sekarang sih pinginnya taarufan aja. Tapi tetep harus yang udah mapan. Karna gue udah gak mau lagi dampingin laki dari nol. Sorry ya bagi gue sekarang jadilah matre pada waktu yang tepat.

Saran gue buat semua perempuan sebagai perempuan yang udah ngerasain pengalaman pahit duluan, ada beberapa nih:

Satu, Jangan maulah nemenin laki dari nol. Cari aja yang udah mapan. Kalo dikatain matre, hadapi aja dengan tegar dan penuh keyakinan. Katakan bahwa matre dengan setia itu akan beriringan jalannya.

Dua, buat yang udah nikah, jangan mau idup terlalu ngalah dikala susah. Sesekali harus manjain diri juga. Misal, saat laki lu gajian, meski lu harus ngirit, minimal ada beberapa uang yang harus lu beliin perawatan diri atau makeup. Jangan sampe pas laki lu kaya. Muka sama badan lu gak stabil. Alias mirip babu dirumah majikan. Alhasil laki lu akan cari yang terlihat seperti nyonya di rumah.

Tiga, buat lu perempuan-perempuan syar'i yang inginnya dipinang dengan Bissmillah, tetep tanyakan sama calon lu, apa pekerjaan mereka. Kalo masih susah, mending mikir-mikir lagi.

Sorry sorry to say ya. Ini sih pendapat gue. Seperti yang gue bilang tadi, mungkin gak semua laki seperti laki-laki yang gue temuin ini. Mungkin juga nasib gue sama temen gue aja yang sial. Bisa jadi lu gak sesial kita. So, silahkan yang mau tetep berjuang dari nol sama-sama.

Sekian dulu cerita gue. Intinya, ini kisah gue. Kalo mau komen yang menjudge atau nyakitin ati, jangan dimari. Karna gue cuma mau curhat bukan mau dicurhatin. Semoga cerita gue bisa lu petik hikmah baiknya dan buang hal-hal buruknya. Sekian.

TAMAT

Oleh, Upay

Dari curhatan sahabat

Semoga bisa dipetik hikmahnya. Aamiin.