Jumat, 08 Mei 2020

Kisah Raja Namrud

Jasad Raja Namrud

Raja Namrud (hidup sekitar tahun 2275 SM-1943 SM) juga disebut eja Namrudz bin Kan'aan, dia adalah seorang Raja yang memerintah Mesopotamia kuno (kini dikenal negara Irak). Ia memiliki gelar "a mighty hunter" yang berarti "pemburu yang hebat" atau "pemburu yang perkasa", Nama lengkapnya adalah Namrudz bin Kan'aan bin Kush bin Ham bin Nuh (Nuh as) Selain itu beliau diberi gelar Dewa Bacchus atau Dewa Anggur dan Dewa Matahari. Namanya tercatat dalam Taurat, Injil dan kisah-kisah Islam.

Ayah Namrud adalah Kush yaitu cucu Nabi Nuh as, sedangkan ibunya adalah Semiramis. Ibunya pada usia remaja telah menikah dengan ayahnya.

sehari setelah berhubungan kelamin dengan Semiramis, ayahnya meninggal dunia. Oleh karena itu, saat Namrud lahir ia tidak mempunyai ayah. Ibunya adalah seorang wanita yang cantik dan bijaksana. Setelah ia lahir, konon dia tidak pernah disentuh oleh manusia dan Namrudz dianggap anak yang suci. Ini telah menambah keyakinan Namrud bahwa ia adalah anak tuhan. Ketika ia dewasa, ia menjadi seorang yang tampan dan ibunya cemburu dengan teman wanitanya. Karena itu, Semiramis menikah dengan Namrud yaitu anaknya sendiri.

Raja Namrud telah dianugerahi dengan daya intelektual yang tinggi dan menjadi ahli dalam berbagai bidang seperti seni desain, matematika dan ilmu falak.

Dia telah menemukan sistem sexagesimal yang membagi lingkaran ke 360 derajat, satu jam ke 60 menit dan 1 menit ke 60 detik. Selain itu dia menetapkan bahwa satu hari dibagi menjadi 24 jam setiap jam ke 60 menit dan 1 menit ke 60 detik. Menurut dia hari dimulai pada waktu tengah malam dan bukannya pada waktu matahari terbenam seperti yang dipercaya oleh kaum sebelumnya.

Disamping itu, Namrud mahir dalam perhitungan matematika dalam konstruksi bangunan-bangunan besar, jembatan, kuil, istana dan bendungan. Antara lain kontribusinya adalah konstruksi sistem saluran irigasi di lembah Tigris dan Euphrates. Dialah orang pertama yang menggunakan batu-bata dari tanah liat yang dibakar (burnt clay) sebagai bahan bangunan. Bahkan Namrud terkenal sebagai arsitek Menara Babel yaitu bangunan pencakar langit yang pertama di dunia.

Sayangnya sebagai seorang ateis, dia telah menyalahgunakan kemampuan itu untuk menyesatkan rakyatnya. Antara lain menggunakan ilmu falak untuk menciptakan berbagai sistem meramal nasib seperti horoskop dan meramal nasib palmistry. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa manusia tidak perlu Tuhan karena manusia mampu memprediksi dan mengubah nasibnya dengan sendiri. Selain itu, ia membangun banyak bangunan dan berhala yang megah dan indah agar manusia kagum dengan kehebatan ciptaannya sendiri. Menara Babel yang berarti "Pintu Gerbang yang Sempurna" merupakan kuil dimana pendeta-pendeta memuji Namrud. Tujuannya dibangun adalah untuk menaikkan sebuah bangunan yang mampu mencapai kayangan. Awalnya para pendahulunya menggunakan satu bahasa yaitu bahasa Suryani, tetapi ia memecahnya ke 72 bahasa yang berbeda. Akibatnya mereka tidak dapat berkomunikasi satu sama lain dan tidak dapat melanjutkan pembangunan menara tersebut.

Ia juga sangat meminati ilmu sihir dan menggunakannya untuk mempengaruhi pikiran rakyatnya. dia mempelajari ilmu tersebut dari dua malaikat Harut dan Marut yang pernah disebut dalam Al-Quran. Selain itu, Namrud telah memulai suatu era yang baru dimana manusia memandang rendah pada tuhan. Rakyatnya tidak dianjurkan untuk melakukan kebaikan demi tuhan, karena baginya tuhan yang ghaib adalah lemah. Oleh karena itu orang-orang dibawah pemerintahannya bisa mengikuti nafsu manusia seperti berpesta, seks bebas, arak dan segala kemungkaran yang lain. Oleh karena itu, Namrud diberi gelar Bacchus atau Dewa Anggur karena ia 'mabuk' dengan keduniaan. Ia juga mengklaim dirinya Tuhan karena, sebagai seorang manusia dia merasa lebih tahu tentang kelemahan manusia lain dibandingkan Tuhan yang jauh terpisah dari makhluknya sendiri.

Pada satu malam Raja Namrud bermimpi melihat bintang yang terbit dari barat. Semakin tinggi ia naik, semakin terang bintang itu bersinar. Sehingga ia sampai ke zenith dimana ia menerangi seluruh alam semesta. Setelah terbangun Raja Namrudpun memanggil penasihatnya dan menceritakan mimpinya tersebut. Penasehat itu memberitahu bahwa ada beberapa tafsiran untuk mimpinya itu.

Tafsiran mimpi tersebut antara lain:

• akan lahir seorang anak dalam setahun.

• anak itu akan dilahirkan di Faddam A'ram.

• anak itu akan menjadi penghancur batu berhala.

• anak itu akan membuktikan kepalsuan Raja Namrud.

• anak itu akan menyebarkan agama bahwa tuhan yang esa ada dan darinya akan lahir keturunan-keturunan para nabi dan aulia.

• Nabi terakhir dari keturunan ini akan membawa agama yang ibarat bintang di zenith yaitu menyinari seluruh alam semesta.

• akibat anak ini Raja Namrud akan mati secara dasyhat.

Menurut cerita lainnya, Namrud bermimpi melihat seorang anak melompat dan masuk ke kamarnya, kemudian merampas mahkota yang dipakainya, lalu menghancurkannya.

Setelah mendengar berita ini Namrud menjadi gelisah. dia sadar bahwa anak ini akan membawa pada kejatuhannya. Dengan segera Raja Namrud mengirim bala tentaranya ke Faddam A'ram. Penduduk lelakinya telah dipisahkan dari istri-istri mereka. Wanita-wanita yang mengandung dibunuh. Raja Namrud juga mengeluarkan perintah bahwa siapa yang melahirkan anak akan dibunuh bersama anaknya.

Alkitab Injil tidak pernah menyatakan tentang pertemuan antara Raja Namrud dengan Nabi Ibrahim AS Bahkan ada jurang tujuh generasi antara mereka berdua, Namrud sebagai cicit Nabi Nuh AS, sedangkan Ibrahim sepuluh generasi setelah Nuh. (Genesis 10,11).

Namun Taurat dan al-Quran menggambarkan peperangan antara Raja Namrud dengan Nabi Ibrahim AS sebagai satu konfrontasi hebat antara kebaikan dan kejahatan atau lebih spesifik lagi Monoteisme melawan thaghut dan Penyembahan Berhala.

dibakarnya tubuh nabi Ibrahim yg kayu2 bakarnya setinggi bukit dikumpulkan oleh seluruh rakyat Mesopotamia. nabi Ibrahim sangat meyakini tiada daya dan upaya semua atas izin Allah, maka tercantum di surat Alquran surat Al Anbiyaa' 69 Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim". nabi Ibrahimpun selamat dari sesuatu hal yg tidak mungkin.

Allah menurunkan ribuan nyamuk atau serangga yang halus. Senjata buatan manusia yang paling hebatpun tidak mampu menepis serangan makhluk yang kecil ini. Dalam beberapa menit mereka telah menembus kulit tentara Raja Namrud dan membunuh mereka dengan dahsyat sekali. Namun Namrud berhasil melarikan diri tetapi nyamuk itu telah masuk keotaknya.

selama empat puluh hari dan empat puluh malam, ia tersiksa karena otaknya ditusuk oleh nyamuk itu. Dalam waktu tersebut, Nabi Ibrahim sering mengunjungi dan memberi dakwah kepada beliau. Namun beliau tetap mengklaim dirinya Tuhan.

setelah sang nyamuk mengerogoti otaknya Maka berakhirlah kehidupan seorang raja takabur yang mati akibat serangan nyamuk yang kecil, Kemudian nyamuk tersebut merangkak keluar dari telinga beliau.

Namun menurut sumber Yahudi, Raja Namrud sempat bertaubat sebelum ia meninggal dunia. Tetapi muslim mempercayai bahwa ia tetap dengan pendiriannya sebagai Tuhan sampai keakhir hayatnya.

Menurut buku "Sejarah Para Rasul dan Raja" pada abad ke-9 oleh ahli sejarah Islam terkenal al-Tabari, menara tersebut telah dihancurkan oleh Allah dgn gempa

Makam Raja Namrud dan Permaisurinya ditemukan di Iraq. Emas & Permatanya yg senilai 35 milyar USD, Gagal untuk ikut dibawa ke Akhirat.

sejarah selalu mencatat Allah sebagai sang pencipta selalu membiarkan orang2 Kafir melakukan upaya kezalimannya sampai maksimal tapi ahirnya Allah akan batalkan dgn hal2 yg kecil saja.

Raja Namrud, Raja Firaun dan raja2 yg zalim lainnya sebagai pembelajaran bagi kaum2 yg datang sesudahnya.

jaman dulu maupun jaman sekarang sama saja, seperkasa apapun kekuasaannya walaupun dilindungi dengan bala tentara yg sangat banyak dengan persenjataan yg super canggih kalau Allah berkehendak cukup mengirim seekor nyamuk atau virus utk mematikannya.https://www.youtube.com/watch?v=hSigAeT_mcY

Kamis, 07 Mei 2020

The Queen of Aceh Battle

Tulisan ini diadaptasi dari akun facebook yang keterangan sumbernya terdapat diakhir tulisan. Harap bijak menyikapinya. Terima kasih.

SUMEDANG, 6 NOVEMBER 1908

Tepat 11 Desember 1906,

Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suriaatmaja kedatangan tiga orang tamu. Ketiganya merupakan tawanan titipan pemerintah Hindia Belanda. Seorang perempuan tua renta, rabun serta menderita encok, seorang lagi lelaki tegap berumur kurang lebih 50 tahun dan remaja tanggung berusia 15 tahun. Walau tampak lelah mereka bertiga tampak tabah. Pakaian lusuh yang dikenakan perempuan itu merupakan satu-satunya pakaian yang ia punya selain sebuah tasbih dan sebuah periuk nasi dari tanah liat.

Belakangan karena melihat perempuan tua itu sangat taat beragama, Pangeran Aria tidak menempatkannya di penjara, melainkan memilih tempat disalah satu

rumah tokoh agama setempat. Kepada Pangeran Suriaatmaja, Belanda tak mengungkap siapa perempuan tua renta penderita encok itu. Bahkan sampai kematiannya, 6 November 1908 masyarakat Sumedang tak pernah tahu siapa sebenarnya perempuan itu.

Perjalanan sangat panjang telah ditempuh perempuan itu sebelum akhirnya beristirahat dengan damai dan dimakamkan di Gunung Puyuh tak jauh dari pusat kota Sumedang. Yang mereka tahu, karena kesehatan yang sangat buruk, perempuan tua itu nyaris tak pernah keluar rumah. Kegiatannyapun terbatas hanya berdzikir atau mengajar mengaji ibu-ibu dan anak-anak setempat yang datang berkunjung. Sesekali mereka membawakan pakaian atau sekadar makanan pada perempuan tua yang santun itu, yang belakangan karena pengetahuan ilmu-ilmu agamanya disebut dengan Ibu Perbu.

Waktu itu tak ada yang menyangka bila

perempuan yang mereka panggil Ibu Perbu itu adalah "The Queen of Aceh Battle" dari Perang Aceh (1873-1904) bernama Tjoet Nyak Dhien. Singa betina dengan rencong ditangan yang terjun langsung ke medan perang. Pahlawan sejati tanpa kompromi yg tidak bisa menerima daerahnya dijajah.

Hari-hari terakhir Tjoet Nyak Dhien memang dihiasi oleh kesenyapan dan sepi. Jauh dari tanah kelahiran dan orang-orang yang dicintai. Gadis kecil cantik dan cerdas dipanggil Cut Nyak dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat di Lampadang tahun 1848. Ayahnya adalah Uleebalang bernama Teuku Nanta Setia, keturunan perantau Minang pendatang dari Sumatera Barat ke Aceh sekitar abad 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.

Tumbuh dalam lingkungan yang memegang tradisi beragama yang ketat membuat gadis kecil Cut Nyak Dhien menjadi gadis yang cerdas. Di usianya yang ke 12 dia kemudian dinikahkan orangtuanya dengan Teuku Ibrahim Lamnga yang merupakan anak dari Uleebalang Lamnga XIII.

Suasana perang yang meggelayuti atmosfir Aceh pecah ketika tanggal 1 April 1873  F.N. Nieuwenhuyzen memaklumatkan perang terhadap kesultanan Aceh. Sejak saat itu gelombang demi gelombang penyerbuan Belanda ke Aceh selalu berhasil dipukul kembali oleh laskar Aceh, dan Tjoet Nyak tentu ada disana. Diantara tebasan rencong, pekik perang wanita perkasa itu dan dentuman meriam, dia juga yang berteriak membakar semangat rakyat Aceh ketika Masjid Raya jatuh dan dibakar tentara Belanda...

“..Rakyatku, sekalian mukmin orang-orang Aceh ! Lihatlah !! Saksikan dengan matamu Masjid kita dibakar !! Tempat Ibadah kita dibinasakan !! Mereka menentang Allah !! Camkanlah itu! Jangan pernah lupakan dan jangan pernah memaafkan para kaphe (kafir) Belanda !!". Perlawanan Aceh tidak hanya dalam kata-kata (Szekely Lulofs, 1951:59).

Perang Aceh adalah cerita keberanian, pengorbanan dan kecintaan terhadap tanah lahir. Begitu juga Tjoet Nyak Dhien. Bersama ayah dan suaminya, setiap hari.. setiap waktu dihabiskan untuk berperang dan berperang melawan kaphe-kaphe Belanda. Tetapi perang juga lah yang mengambil satu-persatu orang yang dicintainya, ayahnya lalu suaminya menyusul gugur dalam pertempuran di Glee Tarom 29 Juni 1870.

Dua tahun kemudian, Tjoet Nyak Dhien menerima pinangan Teuku Umar dengan pertimbangan strategi perang. Belakangan Teuku Umar juga gugur dalam serbuan mendadak yang dilakukan Belanda di Meulaboh, 11 Februari 1899.

Tetapi bagi Tjoet Nyak, perang melawan Belanda bukan hanya milik Teuku Umar, atau Teungku Ibrahim Lamnga suaminya, bukan juga monopoli Teuku Nanta Setia ayahnya, atau para lelaki Aceh. Perang Aceh adalah milik semesta rakyat.. Setidaknya itulah yang ditunjukan Tjoet Nyak, dia tetap mengorganisir serangan-serangan terhadap Belanda.

Bertahun-tahun kemudian, segala energi dan pemikiran putri bangsawan itu hanya dicurahkan kepada perang mengusir penjajah.. Berpindah dari satu tempat persembunyian ke persembunyian yang lain, dari hutan yang satu ke hutan yang lain, kurang makan dan kurangnya perawatan membuat kondisi kesehatannya merosot. Kondisi pasukanpun tak jauh berbeda.

Pasukan itu bertambah lemah hingga ketika pada 16 November 1905 Kaphe Belanda menyerbu ke tempat persembunyiannya.. Tjoet Nyak Dhien dan pasukan kecilnya kalah telak. Dengan usia yang telah menua, rabun dan sakit-sakitan, Tjoet Nyak memang tak bisa berbuat banyak. Rencong pun nyaris tak berguna untuk membela diri. Ya, Tjoet Nyak tertangkap dan dibawa ke Koetaradja (Banda Aceh) dan dibuang ke Sumedang, Jawa Barat.

Perjuangan Tjoet Nyak Dhien menimbulkan rasa takjub para pakar sejarah asing hingga banyak buku yang melukiskan kehebatan pejuang wanita ini. Zentgraaff mengatakan, para wanita lah yang merupakan de leidster van het verzet (pemimpin perlawanan) terhadap Belanda dalam perang besar itu.

Aceh mengenal Grandes Dames (wanita-wanita besar) yang memegang peranan penting dalam berbagai sektor, Jauh sebelum dunia barat berbicara tentang persamaan hak yang bernama emansipasi perempuan.

Tjoet Nyak, "The Queen of Aceh Battle", wanita perkasa, pahlawan yang sebenarnya dari suatu realita jamannya.. berakhir sepi di negeri seberang..

Innalillahi wainnailaihi rojiun...

#bolehngutipdaripagelainlupanama

#hittersceritapahlawan

https://m.facebook.com/photo.php?fbid=264243094515372&id=100027890497501&set=p.264243094515372

Kisah Shodaqoh Utsman bin Affan

Sumber artikel tercantum diakhir tulisan ini.

Muslim itu harus cerdas, teringat kisah utsman bin affan membeli sumur Yahudi

WAQAF SHADAQAH JARIYAH MILIK UTSMAN BIN AFFAN DI MADINAH

Waqaf ini berupa bangunan hotel yang disewakan..

Apakah Anda tahu kalau sahabat nabi khalifah Utsman bin Affan adalah seorang  pebisnis yang kaya raya, namun mempunyai sifat murah hati dan dermawan. Dan ternyata beliau radhiallahu ‘anhu sampai saat ini memiliki rekening di salah satu bank di Saudi, bahkan rekening dan tagihan listriknya juga masih atas nama beliau.

Bagaimana ceritanya sehingga beliau memiliki hotel atas namanya di dekat Masjid Nabawi..??

Diriwayatkan di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kota Madinah pernah mengalami panceklik hingga kesulitan air bersih. Karena mereka (kaum muhajirin) sudah terbiasa minum dari air zamzam di Mekah. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi, SUMUR RAUMAH namanya. Rasanya pun mirip dengan sumur zam-zam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.

Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda : “Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang kemudian segera bergerak untuk membebaskan sumur Raumah itu. Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya, “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari” demikian Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.

Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa Surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.

“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu” Utsman, melancarkan jurus negosiasinya.

“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.

“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana?” jelas Utsman.

Yahudi itupun berfikir cepat,”… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku”. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu.

Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka GRATIS karena hari ini sumur Raumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.

Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.

Kemudian Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu mewakafkan sumur Raumah, sejak itu sumur Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.

Setelah sumur itu diwakafkan untuk kaum muslimin… dan setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga dipelihara oleh Pemerintah Saudi, hingga berjumlah 1550 pohon.

Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke pasar-pasar, setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening khusus milik beliau di salah satu bank atas nama Utsman bin Affan, di bawah pengawasan Departeman Pertanian.

wakaf sahabat usman

Begitulah seterusnya, hingga uang yang ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel yang cukup besar di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi.

Bangunan hotel itu sudah pada tahap penyelesaian dan akan disewakan sebagai hotel bintang 5. Diperkirakan omsetnya sekitar RS 50 juta per tahun. Setengahnya untuk anak2 yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi tetap disimpan dan ditabung di bank atas nama Utsman bin Affan radhiyallahu anhu.

Subhanallah,… Ternyata berdagang dengan Allah selalu menguntungkan dan tidak akan merugi..

Ini adalah salah satu bentuk sadakah jariyah, yang pahalanya selalu mengalir, walaupun orangnya sudah lama meninggal..

Disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]

Dan disebutkan pada hadits yang lain riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

“Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia”.

Like dan sebarkan, agar manfaat dari informasi ini tidak hanya berhenti pada anda, tapi juga bisa dirasakan oleh orang lain, sekaligus merangkai jaring pahala

Oleh : Ustadz Shalahuddin AR Daeng Nya’la (Diedit dengan penyesuaian bahasa oleh tim KisahMuslim.com)

Read morehttps://kisahmuslim.com/3643-rekening-dan-hotel-dari-waqaf-khalifah-utsman-bin-affan.html

Adapted from:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2230932460302443&id=472062602856113

Selamatkan anak kita

Tulisan ini diambil dari facebook page yang narasumbernya terdapat diakhir tulisan. Harap bijak menyikapinya. Terima kasih.

SELAMATKAN ANAK KITA

“Aa, Abang, Kaka. Masuk kamar!” Suara Ayah tegas dengan nada dan volume cukup tinggi, namun bermimik wajah lembut..

Ada apa gerangan..?

Ayah hampir tidak pernah sekeras ini saat berbicara..

Kami bertiga masuk ke kamar, menuruti perintah Ayah dengan kepala tertunduk..

Peluh masih membasahi sekujur punggung.. kami baru pulang bermain bola di kampung sebelah saat adzan Isya' telah berkumandang..

Memang kami terlalu larut bermain..

Kamar itu sebenarnya sebuah garasi yang disulap menjadi tempat tidur bersama dan ruang serbaguna dengan penerangan lampu seadanya...

Aa bersila diantara aku dan Kaka yang juga ikut bersila..

Kami sering disebut ‘Tiga Serangkai’ oleh tetangga karena selalu bertiga kemana-mana..

Ayah pun bersila di hadapan kami..

Wajahnya mempertontonkan kekecewaan yang semakin membuat kami ciut..

“Kenapa pulang selarut ini?”  Ayah mulai menginterogasi kami..

Aa sebagai kakak lelaki pertama memposisikan diri sebagai juru bicara, dan mulai berkilah panjang tentang alasan kenapa pulang larut malam..

Mulai dari sendal Kaka yang hilang sebelah karena dijahili anak kampung sebelah hingga diajak main Playstation setelah main bola oleh Dodi, tetangga sekaligus teman karib kami bertiga..

“Sudah sholat maghrib?”

Sebuah pertanyaan yang mencekat..

Aa diam membeku..

Apalagi aku..

Apalagi Kaka yang paling muda..

Kami betul-betul lupa waktu saat itu..

Hanya menundukkan kepala yang bisa kami lakukan. Mungkin karena ini wajah ayah begitu kecewa...

“Bu, tolong matikan lampu”, suara Ayah lembut kepada Ibu..

Ibu yang semenjak awal ternyata mendengarkan di balik pintu kemudian masuk dan mematikan lampu lalu duduk di samping Ayah..

Kamar seketika gelap gulita...

“Apa yang bisa kamu lihat sekarang?”

Hening...

“Semua gelap, Lihat sekeliling kamu, hanya ada hitam. Tapi ulurkan tanganmu ke kanan dan ke kiri. Kamu akan merasakan genggaman tangan saudaramu dan Ayah Ibu.”

Kami saling menggenggam...

“Tapi tidak lagi saat nanti di alam kubur. Karena kamu akan sendirian dalam kegelapan. Tidak ada saudaramu. Tidak ada Ayah Ibu. Hanya sendiri. Sendiri dalam kegelapan dan kesunyian.”

Aku tercekat...

Semua terdiam...

Genggaman tangan di kanan kiriku mengerat..

Lalu terdengar suara korek api kayu dinyalakan, sesaat tergambar wajah Ayah, Ibu, Aa, dan Kaka akibat kilatan cahaya api pada korek yang dinyalakan Ayah..

Semua berwajah sendu..

Korek itu membakar sebuah benda yang menghasilkan bara berbau menyengat. Bau obat nyamuk...

“Siapa yang berani menyentuh bara ini?”  Suara Ayah masih mendominasi..

Semua diam...

Masih diam...

“Ini hanya bara. Bukan api neraka yang panasnya jutaan kali lipat api dunia. Maka masihkah kita berani meninggalkan shaolat...?? Sholat yang akan menyelamatkan kita dari gelapnya alam kubur dan api neraka.”

Terdengar suara isak tangis perempuan..

Itu Ibu...

Genggaman kami semua semakin menguat..

“Tolong Ayah. Tolong Ibu. Ayah Ibu akan terbakar api neraka jika membiarkan kamu lalai dalam sholat. Aa, usiamu 14 tahun, paling dewasa di antara semua lelaki. Abang, 12 tahun. Kaka, 10 tahun. Bahkan Rasul memerintahkan untuk memukul jika meninggalkan sholat di usia 10 tahun. Apa Ayah perlu memukul kamu?”

Suara isak tangis mulai terdengar dari hidung kami bertiga...

Takut..

Itu yang kurasakan..

Kami semua saling mendekat..

Mendekap, bukan lagi menggenggam...

“Berjanjilah untuk tidak lagi meninggalkan sholat. Apapun keadaannya. Sekarang kita sholat Isya' berjamaah. Dan kamu bertiga mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

***

#bahasaOtak

#BahasaOrangtuaKeAnak

Anak anda mulai berumur 7 tahun...??

Pelajaran Orangtua cara mendidik anak dengan kasih-sayang namun tegas...

Ilustrasi 'cerita' diatas akan menguatkan semangat kita untuk mengikis habis yg menjadi penghambat/ujian dalam menjaga fitrah keimanan nya.

Ajari mereka sedini mungkin, jangan jadikan mereka seperti kebanyakan dari kita yang lalai dalam memulai dan menyadarinya bahkan ada yang sudah terlambat untuk memulainya.....

Semoga bermanfaat ..🙏 🙏

#Copas

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2111106972338080&id=100003163920880

Rabu, 06 Mei 2020

Pembalasan

Dulu ketika baru menikah, aku dan suami termasuk salah satu yang sulit mendapatkan keturunan. Berbagai cara kami lakukan. Tentunya dengan metode murahan. Misalnya herbal dan menghindari hal-hal yang sebetulnya mitos menurutku.

Maklumlah, kami bukan Inul Daratista yang berlimpahan harta hingga dengan mudahnya memiliki keturunan dengan metode canggih kedokteran, kamipun bukan keturunan sultan atau para Raja yang diwariskan banyak harta dari pajak rakyat yang bisa kami gunakan untuk biaya semacam program kehamilan ala kedokteran.

Bahkan sejujurnya, untuk makan sehari-hari saja kami masih terkadang kesulitan. Padahal kami baru hidup berdua. Ya, sesulit itu kehidupan pernikahanku. Namun pada akhirnya, seperti kebanyakan pasangan lainnya, kami tetap berharap memiliki anak. Selain karna memang ingin, kami juga berpikir siapa tahu anak kami membawa rejeki bagi kehidupan kami ke depannya.

Suamiku sangat mendukungku, mencintaiku, penuh perhatian dan mau membantuku mengerjakan pekerjaan rumah. Jadi, meskipun secara ekonomi kami kekurangan, aku masih bisa menerima apa adanya suamiku karna Ia sangat mengerti aku. Walau terkadang dalam hati aku mengutuk diriku yang bisa-bisanya menerima pinangan laki-laki yang belum mapan ini sehingga membuatku kesulitan.

Bukan apa-apa, seingatku waktu itu aku menerima lamarannya tanpa pikir panjang padahal kami masih terlalu muda. Yaah mungkin terlalu dimabuk asmara saat itu. Sehingga rasa tidak ingin dipisahkan jarak dua rumah menjadi alasan yang menurutku tepat untuk segera menerimanya.

Aku mendampinginya dalam suka dan duka meski lebih banyak dukanya. Tidak jarang makian dan sindiran keluarga besar kami terdengar begitu jelas meski mereka berbisik-bisik dibelakang kami. Membicarakan kesulitan kami yang seolah menjadi beban mereka padahal sama sekali mereka selalu menolak ketika kami meminta bantuan saat kesulitan.

Aku tetap bertahan disamping Mas Seno meski hidup kami sulit. Karna Ia berjuang memberiku kehidupan meski kurang. Ia bekerja apa saja meski hasilnya selalu tidak cukup untuk hidup kami sebulan. Terakhir Ia menjadi driver ojek online. Padahal Ia sarjana. Dengan ijazah setinggi itu tetap saja sulit menemukan pekerjaan baginya.

Semua perusahaan menginginkan calon karyawan yang berpengalaman. Bagaimana kami bisa memiliki pengalaman jika kami tak sekalipun diberi kesempatan untuk bekerja. Sungguh ironi.

Entah keberuntungan macam apa yang tiba-tiba berpihak pada kami. Mas Seno mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan besar dan lulus seleksi dengan mudah tanpa hambatan, karna memang Mas Seno cerdas. Bahagianya kami.

Kehidupan sedikit-sedikit mulai membaik. Dari tinggal menumpang bersama Ibuku, sampai akhirnya kami sanggup mengontrak sebuah rumah yang menurutku ukurannya lumayan cukup besar.

Bukan cuma itu, bulan-bulan berikutnya, keberuntungan seperti tertarik mengikuti ke mana langkah kami. Mas Seno mendapatkan fasilitas rumah dan mobil dari tempatnya bekerja. Bahkan tak lama setelah itu, Ia mendapatkan promosi jabatan tertinggi diperusahaan karna ketekunannya selama bekerja.

Pada akhirnya, hidup kami sempurna ketika Mas Seno mengajakku ke Dokter kandungan untuk mulai mengikuti program kehamilan. Alhamdulillahnya, 7 bulan kemudian aku berhasil hamil. Aku sangat menjaga kandunganku. MasyaAllah, bertubi-tubi rejeki yang Allah beri kepadaku. Sungguh tak tahu lagi bagaimana cara mengungkapkan rasa syukur itu sehingga aku benar-benar lupa bersyukur. Astagfirullah.

Beberapa tahun kemudian, karir Mas Seno meroket dengan mulusnya. Kebahagiaan yang tidak diiringi dengan rasa syukur dan melalaikan kewajiban tentu saja kemungkinan terbesar adalah cobaan dan ujian lain yang akan datang.

Saat itu, putri kami menginjak usia 3 tahun. Malam dimana aku mulai mencium gelagat aneh Mas Seno adalah ketika ulang tahun Amelia Ia tak kunjung pulang hingga pagi menjelang. Walau memang Mas Seno sering lembur hingga pagi, tapi tak pernah Ia lakukan ketika aku atau Amel berulangtahun.

Sepenting apapun pekerjaannya, Ia pasti pulang untuk pesta kecil kami dirumah. Hari ini tidak. Amel menangis Papanya tidak hadir di acara potong kuenya. Akupun kesal dan marah padanya malam itu. Tapi Mas Seno malah bersikap emosi. Ia lebih marah. Ia mengataiku istri tak tahu diuntung, tidak mengerti kesibukan suami mencari nafkah demi keluarga. Bahkan Ia membentak Amel ketika putri kecil kami itu merajuk dan menangis padanya.

Mulai dari kejadian hari itu, semua berubah. Entah apa yang terjadi padanya. Ia menjadi seorang yang gila kerja. Jarang pulang tepat waktu bahkan lebih sering ke luar kota untuk dinas luar. Aku tak pernah bisa mencegahnya. Karna Ia selalu marah dan mengumpat dengan kata-kata yang menyakitiku.

"Apa kamu lupa bagaimana hidup kita bisa menjadi seperti ini? Karna aku sibuk bekerja kan? Kamu mau kita susah lagi seperti dulu?"

Selalu itu yang Ia katakan tiap kali aku memohon untuk Ia tetap tinggal dirumah ketika aku dan Amel merindukannya. Ya Allah, aku sadar ini salah. Dari situlah aku mulai menyadari kesalahanku yang selalu kurang bersyukur dan lalai dengan hak orang lain. Zakat harta yang tidak pernah aku keluarkan padahal aku tahu itu wajib. Kenapa aku seteledor ini? Teguran keras bagiku.

Tapi rupanya Allah mengujiku tidak hanya sampai disitu. Perubahan sikap Mas Seno ternyata bukan karna Ia penggila kerja, tapi karna saat itu dia sedang tergila-gila pada wanita lain. Hancur hatiku berkeping-keping saat mengetahui semuanya. Aku tau tanpa sengaja dari sosial media Mama Dara yang adalah teman sekolah Amelia.

"Waaah Mama Dara exis juga ya disosmed." Kataku saat melihat Ia sedang membuka-buka akun instagramnya. Aku memang tidak aktif bersosial media meskipun punya. Sehingga membuatku sering bertanya-tanya apa sih yang mereka lihat setiap kali membuka sosial media. Tanpa sengaja mataku tertuju pada satu foto yang sedang dibuka Mamanya Dara disampingku.

"Maam, maaf sebentar aku boleh lihat foto itu?" Pintaku padanya.

"Ooh ini?" Tanyanya sambil menyodorkan arah layar HPnya ke hadapanku. Sungguh shock dan terkejutnya aku. Foto itu jelas-jelas Mas Seno yang sedang memeluk mesra seorang wanita yang tengah terlihat selfie dengan camera yang sepertinya dipegangnya sendiri. Bibir Mas Seno mendarat dipipinya, captionnya membuatku terdiam membatu.

"Honeymoon kedua dengan mamas tampanku dibali".

Begitu caption foto itu. Aku tak kuat menahan jatuhnya air mata. Tapi aku tetap bertahan menyembunyikan rasa sakit itu. Kuberanikan diri bertanya.

"Ini siapa Mama Dara? Cantik ya. Apa baru menikah?". Tanyaku penasaran.

"Ooh ini, teman sekolah dulu sih Maam, tapi gak terlalu deket. Biasa aja. Kayanya sih iya baru nikah. Denger-denger nikahnya gak diresepsiin. Padahal orangnya sombong, pamer terus. Kalo kasak kusuk teman-teman lain dibelakang sih katanya dia nikahnya sama atasannya dikantor yang masih punya istri. Alias laki orang. Gila ya, cantik-cantik pelakor. Ih serem."

Begitu jawaban Mama Dara saat itu. Tahukah kalian apa yang kurasakan saat itu. Rasanya ingin aku berteriak, mencaci, memaki semua yang ada dihadapanku. Alhamdulillah bel tanda pelajaran selesai berbunyi. Tak lama Amelia putriku keluar dari kelasnya. Kelas bimbingan preschool yang cukup presticious di kota ini.

Akupun pulang dengan langkah gontai. Andai aku tak ingat membawa Amel, sudah kubuang tubuh ini ke tengah jalan ramai kendaraan. Biar terhempas bersama truck-truck besar bahkan container yang berlalu lalang. Rasanya hidupku sudah tak kuinginkan lagi.

Jika saja Amel tak menarik tanganku meminta jajanan dipinggir jalan yang dijajakan abang-abang pedangan es cream, tentu tubuh ini telah musnah. Aku terkaget karna tarikan tangan Amel cukup kuat. Rupanya putri kecilku ini telah tumbuh besar dan lebih bertenaga. Untunglah Ia menyadarkanku. Karna bisa jadi Iapun akan menjadi korban ketololanku.

Sesampainya di rumah aku memanggil Mba Minah. "Mba, tolong jaga Amel, jangan lupa mandikan dan beri makan. Saya kurang sehat mau istirahat." Pintaku pada Mba Minah ART kami.

Aku masuk kamar, kurebahkan diriku diranjang yang sudah mulai dingin akan sosok Mas Seno. Pantas saja Ia lebih sering lembur, pantas saja Ia lebih sering tugas luar kota. Rupanya Ia telah memiliki keluarga baru ditempat lain. Hancur sehancur-hancurnya hati ini.

dua hari aku tak sanggup bangun, dua hari itupun aku tak bisa makan. Whatsapp dari Mas Seno hanya kubaca tanpa kubalas. Tentu saja itu tak masalah. Tidak seperti dulu jika aku telat membalas, maka Ia langsung buru-buru menelponku, bahkan tak jarang video call. Hanya demi mengetahui mengapa sudah dua centang biru namun tak ada balasan.

Kini hal itu sudah jarang terjadi. Saat itu aku masih berpikir Ia sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak masalah jika aku lama membalas. Rupanya dia tengah sibuk dengan istri barunya.

Mba Minah sudah beberapa kali mengetuk pintu kamarku, bahkan menyuruh Amelia masuk dan membujukku untuk makan. Tapi aku tak bergeming sedikitpun dari posisiku. Wajah lusuh, mata bengkak. Berhari-hari hanya menangis.

Kulihat wajah Amel putri cantikku. Tak ingatkah Mas Seno seberapa besar perjuangan kita mendapatkan anak ini? Tak ingatkah ketika dulu makan hanya dengan nasi sepiring dan satu telur ceplok berdua? Tak ingatkah senyum tulusku ketika kau menyodorkanku uang 30ribu rupiah sepulang mengojek dan aku tetap memelukmu hangat meski perut keroncongan menunggumu pulang membawa uang yang sedikit itu namun sangat kutunggu-tunggu?

Kini Ia telah sukses, berhasil dipuncak karirnya, Ia lupa segala kesulitan yang pernah dihadapinya bersama siapa. Aku memeluk, mencium Amel dengan mata bengkak mengaliri air mata yang tak habis-habis. Jika saja air mata ini adalah tumpahan darah segar dari dalam tubuh, maka mungkin sudah sejak kemarin aku mati.

Kutengok foto didinding kamar kami. Senyum Mas Seno merekah mendekatkan pipinya ke pipiku. Rindu aku padanya namun sakit ini sungguh sakit. Rupanya nama Amelia putri kami dia beri dari nama istri barunya. Ya, perempuan itu bernama karmelia. Apa yang diharapkan Mas Seno? Apa Ia berharap putri kami mirip simpanannya itu? Ya Allah, apakah sebegitu cintanya Ia pada perempuan itu?

Makin terluka aku mendapatkan fakta bahwa nama putriku sama dengan perempuan sundal itu. Amarahku tiba-tiba membuncah. Jika dua hari ini aku hanya bisa menangis, tak ingin hidup dan tak tahu harus apa. Kini aku bangkit. Kulihat HPku, Whatsapp Mas Seno masih belum kubalas tapi Ia tak bertanya sama sekali.

Akhirnya kubalas. "Kapan jadwal kamu pulang?" Tanyaku.

"Hari ini aku pulang. Nanti malam kita makan diluar bersama Amel ya. Kamu siap-siap. Aku akan sampai rumah sore ini".

Terkejut aku mendapatkan jawabannya. Biasanya Ia tak pernah mendadak. Entah apa yang terjadi pada istri barunya itu.

Aku berpikir keras. Apa yang mau aku lakukan untuk menghadapinya? Ia masih belum tahu jika aku sudah mengetahui perihal pernikahannya dengan sundal itu. Bisakah aku meredam emosiku ketika Ia pulang nanti?

Apakah aku akan mengamuk sejadi-jadinya ataukah aku harus beracting pura-pura tak tahu soal pernikahannya. Aku bingung ingin berbuat apa. Namun aku coba berpikir jernih. Aku harus membalas dengan cara yang cantik. Pasangan laknat itu harus tahu bahwa mereka berurusan dengan orang yang salah.

Sundal itu adalah bawahannya dikantor. Aku akan tunjukan kekuasaan Nyonya Bos. Akan kubuat Ia sadar siapa dia dan siapa aku. Jadi sudah kuputuskan aku akan berpura-pura tak mengetahui semua itu.

"Ya, aku harus bermain cantik." Kataku dalam hati.

Mas Seno pulang. Aku berusaha keras bersikap biasa. Namun sangat sulit. Wajah ketusku tak juga mau hilang. Sepanjang waktu aku cemberut. Wajah jutek ini sulit disembunyikan. Tapi Ia tak merasa. Kurasa dia berpikir aku marah hanya karna Ia terlalu sibuk bekerja.

Kami bertiga makan malam diluar. Entah apa yang mau dia tunjukan, sepanjang malam itu Ia sangat manis pada kami. Bahkan isi satu toko mainan hampir habis dibelinya. Hingga orang toko harus mengirim sebagian ke alamat rumah kami karna kami kesulitan membawanya.

Aku tak melarangnya sama sekali. Kuikuti permainannya. Jika dulu aku sering keberatan Amel dibelikan terlalu banyak mainan, maka hari itu aku hanya diam dan pura-pura tersenyum manis. Ingin bersikap manja seperti biasa padanya agar Ia tak curiga, tapi rasanya aku jijik berada didekatnya. Mengingat kehangatan pelukannya telah bekas perempuan sundal itu, aku semakin jijik saja.

Esoknya Ia bersikap mesra padaku. Aku sedikit menjaga jarak, kukatakan aku sedang datang bulan. Tak mungkin aku rela tidur dengan laki-laki yang sudah bekas perempuan sundal. Menjijikan. Bagaimana jika sundal itu berpenyakit, bagaimana jika bukan hanya dengan Mas Seno Ia berhubungan badan? Aku semakin jijik memikirkannya.

Dua minggu ini Ia lebih banyak waktu di Jakarta meski tetap sering di luar rumah. Kubiarkan tanpa bertanya. Akupun mulai sibuk dengan rencana pembalasanku. Entah bagaimana tapi rupanya nasib baik berpihak padaku yang tersakiti.

Hari itu, untuk pertama kalinya kantor tempat Mas Seno bekerja kalah tender dari perusahaan lain. Bahkan parahnya lagi, yang mengalahkannya adalah perusahaan baru. Usaha yang belum lama berdiri. Pemiliknya sungguh cerdas dan lihai mengambil hati client dengan konsep-konsep bangunan yang menarik dan classic modern.

Para investor diperusahaan itu marah bukan main. Karna itu adalah project besar. Bukan cuma ratusan juta tapi milyaran. Label perusahaan kontraktor ternama yang tak pernah gagal perlahan redup.

Mas Seno mulai depresi. Ia sangat penasaran dengan saingannya itu. Siapa arsiteknya yang begitu lihai membangun bangunan-bangunan dengan konsep yang sangat menarik perhatian setiap orang.

Ini kali ketiga Mas Seno kalah tender dari perusahaan itu. Akhirnya Ia dipanggil ke kantor pusat. Makian dari para investor dan pendiri perusahaan Ia terima. Perlahan tapi pasti, Mas Seno kekurangan pemasukan. Karna pemasukan yang Ia terima selama ini adalah komisi super besar yang diberikan setiap kali Ia memenangkan tender project. Karna belakangan ini selalu kalah dan sepi project, jadilah Ia tak menerima komisi.

Tabunganpun semakin lama semakin menipis. Ia semakin sering dirumah. Entahlah, mungkin sundal itu tak menerima kesulitan ekonomi yang dialami Mas Seno. Akupun berpura-pura menekannya dirumah, agar Ia lebih menderita.

"Mas, sudah dua bulan ini aku yang keluar semua biaya. Apa yang terjadi dengan pekerjaanmu? Ingat Mas, usaha butik yang aku jalani itu bekal untuk Amel. Aku gak mau begini terus. Kalau bulan depan kau tidak lagi mengirimi uang ke rekeningku, aku akan jual rumah ini dan pergi bersama Amel." Rengekku padanya.

"Maksudmu apa Mah? Kamu mau ninggalin aku gitu? Hanya karna aku udah ga punya penghasilan? Bukannya dulupun kita pernah menghadapi masa-masa sulit bahkan lebih parah dari ini dan kau menerimaku dengan tulus. Apa harta membuatmu begitu berubah Mah?" Tanyanya padaku dengan wajah heran dan sedih.

"Maaf Mas, aku sudah bukan istrimu yang dulu. Aku tidak mau lagi hidup susah denganmu. Sekarang dengan usaha butik yang kujalani, kau mau menumpang hidup padaku? Maaf Mas Seno tidak semudah itu."

Setelah bicara begitu aku beranjak ke kamar. Mengunci pintu dan menangis. Kenapa aku menangis? Aku bingung. Rasanya aku mulai tak tega membiarkannya menderita seperti ini. Cintaku tulus padanya sedari muda. Maka ketika Ia sakit, akupun merasakan sakit yang sama. Tapi kenapa dia tidak begitu padaku. Kenapa dia menyakitiku dengan mudahnya dan merasa baik-baik saja.

Sedih dan marah yang tak terbendung membulatkan tekadku untuk tetap maju membalas sakit ini. Aku tak bisa mundur lagi. Aku akan kejam padanya seperti Ia mengkhianatiku.

Puncaknya, perusahaan tempatnya bekerja memberi satu kesempatan lagi untuk Mas Seno mengerjakan project skala kecil. Jika yang satu inipun Ia kalah, maka dengan sangat terpaksa, Mas Seno akan dimundurkan dari jabatannya sebagai CEO. Ia akan dikeluarkan dari perusahaan besar itu.

"Mohon maaf yang sebesar-besarnya Pak Seno, kami sepertinya tertarik dengan konsep yang dibuat PT. APC dan kemungkinan akan menerima kerjasama dengan mereka. Mohon maaf sekali lagi, semoga beruntung dengan project lainnya dilain kesempatan." Ujar client ketika itu.

Tampak sekali raut wajah asisten cantik Pak Seno berubah masam. Ya, perempuan sundal asistennya itu selalu mendampingi ke mana Mas Seno pergi. Karna mereka memang atasan dan asisten. Gerah aku dibuat mengetahui fakta itu.

Mas Seno sangat amat sekali penasaran. Maka Ia memberanikan diri. "Maaf Pak, bukankah perusahaan APC ini masih terlampau baru? Apa tidak beresiko menyerahkan projecct ini ke perusahaan baru berdiri?"

Sambil tersenyum, client berkata "Hmm, tapi perusahaan baru ini saya dengar sudah kelima kalinya mengalahkan tender perusahaan besar anda. Bukankah itu menjadi satu alasan kenapa saya harus mempercayakan project ini pada mereka? Lagi pula ide mereka segar, seperti anak jaman sekarang. Saya suka." Jawabnya kalem.

"Tok...Tok..." Terdengar pintu diketuk. Sekretaris client itu masuk dan bertanya.

"Maaf Pak, CEO dan Cofounder PT. APC sudah datang. Apa saya suruh menunggu diruang lain?" Tanyanya.

"Oh tidak usah, saya sudah selesai dengen Pak Seno, persilahkan mereka masuk, biar sekalian saya perkenalkan Pak Seno dengan mereka. Sepertinya Pak Seno masih penasaran dengan PT. APC yang akan bekerjasama dengan kita."

Tak lama kemudian, sekretaris itu mengantar kami masuk. Mas Seno terkejut bukan main melihatku masuk dengan pakaian kantor formal bersama rekanku. Terlebih lagi perempuan sundal itu. Dia jauh lebih terkejut dari Mas Seno.

"Lho, Mah? Apa ini maksudnya> Ngapain kamu disini?" Tanya Mas Seno padaku yang masih berdiri diambang pintu.

"Lho, kalian sudah saling kenal?" Tanya Pak Rahardian client project kami. Kemudian memperkenalkanku pada Mas Seno sebagai cofounder PT. APC

"Beliau inilah pendiri PT. APC yang masih sangat baru itu Pak Seno. Kalian suami istri? Tapi bersaing? Wah...wah...sepertinya kalian harus banyak bicara. Sementara itu saya tinggal dulu untuk mempersiapkan berkas kerjasama kita Ya Bu. Silahkan duduk."

Pak Rahardian pergi bersama sekretarisnya menyiapkan berkas. Tinggallah kami berempat diruangan itu dan terjadi pembicaraan yang sangat dramatis dan tidak akan pernah kulupakan karna aku sudah sangat menanti hari ini.

"Jadi, Mama yang sudah menghancurkan karir Papa?" Tanyanya dengan mata melotot dan wajah marah.

"Maaf, jangan panggil lagi saya dengan sebutan itu. Karna mulai detik ini, saya sudah bukan istrimu. Ini surat cerai kita. Tandatangani dan jangan banyak bertanya." Ucapku dengan angkuh.

"Apa maksudmu Mah? Kenapa begini?"

"Kau tanya kenapa begini? Kau pikir aku tidak tahu kalau kalian berdua telah menikah?"

Mereka kaget mendengar ucapanku. Sundal itu lebih terkejut, memandangku dengan wajah sangat kaget.

"Kalian nikmatilah hari-hari bersama dengan damai setelah ini. Aku dan putriku tidak akan mengganggu kalian sedikitpun. Bawalah apapun yang menjadi hakmu dari rumah itu."

Mas Seno masih dengan wajah terkejut dan marah menunjuk Alan CEO'ku.

"Dan kau Alan, bagaimana bisa? Kau racuni istriku untuk memihakmu? Kau brengsek. Kau curang." Teriaknya pada Alan dan ingin menghajarnya namun kuhalangi.

"Jangan pernah sentuh karyawanku." Teriakku pada Mas Seno.

Sambil tertawa sinis, Alan berkata "Aku curang? Lalu perbuatanmu padaku itu pantasnya kau sebut apa? Bagaimana rasanya disingkirkan Seno? Mungkin lebih sakit karna yang menyingkirkanmu adalah istrimu sendiri. Hahah."

Alan adalah teman lama Mas Seno, Diperusahaannya yang dulu, sebetulnya Alanlah yang seharusnya menjadi CEO berikutnya. Namun ternyata Mas Seno mengkhianatinya. Ia mengambil Ide alan dan menyatakan pekerjaan Alan sebagai pekerjaannya. Begitulah Mas Seno berhasil mengukir karir suksesnya.

Saat itulah si sundal karmelia itu membantu Mas Seno mengkhianati Alan. Aku mengetahuinya tanpa sengaja saat berusaha mencari tahu kelemahan dua pengkianat ini demi balas dendamku. Kebetulan yang sangat menguntungkanku bertemu dengan Alan.

"Sudah cukup Mas, aku tidak mau banyak berdebat. Aku ke sini untuk bekerja dengan Pak Rahardian. Jangan lupa tandatangani surat pisah kita."

"Apa kau sudah tanya pada Amel dia ingin ikut siapa?" Tanya Mas Seno padaku. Aku tertawa dengan sinis dan tak lupa bertampang meremehkannya.

"Maas...Mas, apa kamu sepercaya diri itu? Kau hampir jarang bermain dengannya. Kau lebih suka bermain-main dengan sundal itu, kau bahkan lupa hari ulangtahunnya, Apa kau pikir dia akan sudi ikut denganmu? Dan satu hal lagi. Jangan panggil putriku dengan nama itu. Namanya Andini. Aku sudah merubah namanya. Kau pikir aku sudi memanggil putriku dengan nama sundal itu? Kutekankan sekali lagi. Namanya Andini Putri Cantika. Akan kukirim salinan akte untuk kau ketahui."

Sepanjang drama ini, sundal itu hanya terdiam menunduk. Mungkin Ia bingung karna merasa tersudut dengan semua kebenaran yang kuucapkan.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan putri kita, Ia mungkin tidak akan mengingatmu. Karna kau jarang sekali menemuinya bahkan saat kau masih menjadi kepala keluarga dirumah kami. Mulai sekarang, bahagialah dengan pilihanmu."

"Dan kau perempuan sundal rendahan...." Kataku sambil menunjuk wajahnya. "Belajarlah menerima laki-laki tak berharga ini sebagai suami sahmu nanti. Belajarlah darinya bagaimana cara makan sepiring berdua, bagaimana cara menumpang tinggal dengan orangtua kalian dan bagaimana cara menerima uang hasil mengojek. Semoga kau ingat itu Mas Seno."

Ya, akhirnya aku menang. Aku yang jadi juaranya. Pembalasan cantikku akan terukir sepanjang sejarah hidup mereka. Oh ya, perlu kalian ketahui. Aku dan Mas Seno adalah teman satu kampus dulu. Kami dijurusan yang sama di fakultas sipil. Itu sebabnya aku sangat mengerti pekerjaan Mas Seno dan dengan mudahnya membuat bisnis kecil properti yang dibarengi dengan kontraktor sekaligus.

Aku puas dengan pembalasan ini. Apa yang terjadi dengan dua pengkhianat itu setelahnya, aku tak tahu dan tak peduli. Aku hanya akan menjalani hidup suksesku bersama Andini putriku. Kuberi nama Andini yang adalah nama almarhumah Ibuku dan cantika adalah namaku. Andini Putri Cantika, putriku yang terlahir ketika pengkhianatan ayahnya tengah berlangsung.

Sekian curhatku. Semoga tidak ada cantika-cantika lain yang mengalami hal serupa.

* S E K I A N *

By: Upay