Minggu, 10 Mei 2020

Pola Rejeki

POLA REJEKI

Sumber tulisan terdapat diakhir artikel.

.

Ada seseorang yg berusaha untuk hidup ngirit. Dia sedang berusaha menabung, dan mengurangi pengeluaran termasuk menunda zakat dan sedekah !

.

Dia sering cek saldo, dan punya target angka khusus dgn saldonya, setiap pengeluarannya dipantau & hitung sebagai beban, pendeknya dia berusaha untuk KIKIR.

Duarrr... Beberapa bulan ini justru ujian finansial datang bertubi, diuji dgn cobaan finansial, Allah "merampas"nya dgn cara yg sungguh diluar dugaan.

.

Mulai dari harus betulkan rumah, yg nilai perbaikannya bagi dirinya lumayan besar, bolak balik servis kendaraan, baik mobil/motor hingga pengeluaran-pengeluaran kecil yg inensitasnya super-duper & diluar nalar.

.

Disadarinyalah bahwa ini kejadian bukan sekali tetapi berkali kali, dan polanya selalu sama: ketika berusaha untik "ngirit" termasuk menunda kebiasaan berbagi.

.

Well...harta itu unik, justru berkembang ketika dia dialirkan, semakin deras aliran keran dibawahnya maka semakin deras pula aliran diatasnya.

.

Adapun mengenai besarnya harta yg dimiliki, bukan dari seberapa besar kita disiplin dalam mengatur pengeluarannya, tetapi dari seberapa besar wadahnya, seberapa pantas kita mendapatkannya.

.

Ketika diri kita menjadi perantara atas rejeki orang lain salahsatunya, dgn memberi baik kepada karyawan ataupun kepada yg membutuhkan, karena ada hak mereka dalam harta kita, sebetulnya kita sudah memantaskan diri untuk menerima lebih.

.

Boleh percaya atau tidak, kita simpulkan ada 2 pola terkait dgn REJEKI:

.

(1) bahwa jika kita tidak mengeluarkannya, maka Allah-lah yg dgn paksa akan mengeluarkannya, hanya nilainya berbeda, yg pertama bernilai pahala.

(2) harta tidak akan menumpuk ketika kita menimbunnya, tapi harta akan semakin banyak ketika kita mengalirkannya & pantas untuk memperolehnya,

Boleh percaya atau tidak.

Sumber:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2224805130912126&id=1025822714143713

Kau anggap apa istrimu?

Cerita ini bukan yang sebenarnya. Tapi diambil dari banyaknya kisah nyata yang terjadi. Simak dan ambil hikmahnya, buang buruknya.

Brak.....

Suara gagang telepon tak sengaja kubanting karna kaget dan terburu-buru. aku berdiri dan segera mengambil jaket serta kunci motor. Teman kantor seruanganku bertanya.

"Ada apa bro? Koq panik banget?" Tanyanya penasaran.

"Istri gue pingsan di pasar. Sekarang lagi dibawa ke rumah sakit." Jawabku sambil berlalu.

Di Rumah Sakit.

"Istri saya kenapa dok?" Tanyaku pada dokter jaga saat itu.

"Bapak, selama ini apa tidak ada omongan apa-apa dari Ibu? Masa sih Ibu sakit Bpk bisa gak tau. Beliau nih dehidrasi lho. Ada kurang gizi juga. Segitu parahnya dan Ibu gak bilang kalau dia lemah?"

Tiba-tiba aku teringat seminggu yang lalu. Beberapa kali Ia memang mengeluhkan badannya yang berasa tidak enak. Kalau tak salah ingat dia berkata mengapa masuk anginnya gak sembuh-sembuh ya. Memang waktu chat di whatsapp sempat bilang sudah beberapa hari dia merasa mual dan diare. Tapi dia masih berpikir itu cuma masuk angin biasa.

Dan aku? Apa yang kulakukan? Tak ada. Aku tak berbuat apa-apa sama sekali. Bahkan sekedar membelikannya obat di warungpun tidak kulakukan. Anehnya koq bisa aku sesantai itu menghadapi keluhannya. Aku ini bodoh atau tuli.

Dokterpun kembali bicara. Membuyarkan lamunanku.

"Pak, Istri itu juga manusia. Mereka memang super power. Makanya ada julukan super mom untuk semua istri dan ibu didunia. Tapi bukan berarti mereka tidak bisa sakit. Psikis yang lemahpun bisa mengakibatkan sakit fisik pada akhirnya. Seringkali saya menangani kasus ibu-ibu yang terlambat dibawa ke rumah sakit. Adaaa saja masalahnya. Ada yang istrinya pernah mengeluhkan sakit kepala berkali-kali sama suaminya. Tapi suaminya pikir hanya sakit kepala atau masuk angin biasa. Cuma diberi obat dan disuruh makan dan istirahat sama suaminya. Besoknya udah, si suami merasa sudah melakukan tugasnya istrinyapun tak lagi dikontrol, tak lagi ditanyakan keadaannya. Ketika sudah terlambat baru dia bawa ke rumah sakit. Ternyata tumor otak. Andai lebih cepat dibawa, mungkin tumornya masih bisa diangkat. Sayang terlambat. Ada lagi yang istrinya sering mengeluhkan sakit perut. Masih juga dipikir masuk angin biasa. Suaminya juga terlalu santai. Begitu dibawa ke sini semua sudah terlambat. Kanker perut sudah menggerogoti lambungnya. Yah sama dengan kasus anda ini. Sudah seperti ini, sampai pingsan di pasar. Baru ke rumah sakit. Saya jadi tidak mengerti. Ada apa dengan bapak-bapak jaman sekarang ya. Sebegitu bisanya meremehkan keluhan istri. Sebetulnya istri itu dianggap apa sih? Heran saya". Katanya panjang lebar dengan raut wajah sedikit emosi.

Dokter sepertinya sedikit kesal. Mungkin dia sendiri pernah diperlakukan seperti itu oleh suaminya atau sudah terlalu banyaknya kasus semacam itu yang dia tangani. Sementara aku hanya bisa tertunduk. Menyesali telingaku yang terlalu tuli mendengar keluhan istriku yang bahkan Ia tak pernah meminta apapun sama sekali.

Bodohnya aku. Ternyata saat Ia mengeluh masuk angin, saat itu sudah mulai parah, gizinya yang terabaikan karna terlalu sibuk mengurus rumah, aku, dan anak-anak membuatnya semakin parah, ditambah lagi ternyata saat itu dia sudah sampai batas kelelahan yang teramat sangat hingga typuspun ikut menyerang. Ya ampun penyakitnya datang bergerombol. Akhirnya di rumah sakit Ia mengalami komplikasi dan tidak dapat bertahan.

Akupun kini sendirian. Merenungi kebodohan dan keegoisanku selama ini. Bekerja dari pagi ke pagi lagi atas nama keluarga. Namun aku menghancurkan arti dari sebuah perjuangan demi keluarga. Sekarang aku hanya bisa menyesali semua yang sudah terjadi.

Akupun harus berpikir keras bagaimana caranya menjalani hari-hari kami kedepannya. Bagaimana caranya aku mengurus rumah sambil tetap bekerja dan mengurus ketiga anak kami?

Menyiapkan makannya, seragam sekolah, antar jemput, PR sekolah, dan banyak lagi. Andai semuanya bisa diselesaikan dengan mencari pembantu rumah tangga, mungkin akan ringan. Tapi faktanya tidak seringan itu.

Ketiga anak kami masih saja menangisi ibunya yang sudah pergi seminggu lalu, PR sekolahnya terbengkalai, tak ada lagi belaian setiap malam sebelum tidur untuk anak-anakku. Banyak hal yang tidak dapat digantikan oleh siapapun.

Apakah anda salah satu suami seperti saya? Berubahlah saat ini juga. Detik ini juga. Telepon istrimu. Tanyakan kesehatannya, Tanyakan makannya, Dengarkan juga setiap keluhannya. Ketika mengeluh sakit, silahkan hanya belikan obat tanpa membawanya ke rumah sakit. Tapi percayalah. Itu tak cukup satu hari. Pemulihan terkadang butuh waktu lebih lama dari yang kita harapkan. Pantau terus keadaannya setiap waktu sampai Ia bilang "Aku sudah sehat sayang". Barulah kau boleh merasa lega.

Lakukan. Lakukan sebelum terlambat.

* S E L E S A I *

Oleh,

Upay

Tali Gajah

The Elephant Rope

Ketika seorang pria berjalan melewati sekumpulan gajah, ia tiba-tiba berhenti. Ia bingung dengan fakta bahwa makhluk-makhluk besar itu sedang diikat hanya dengan sebuah tali kecil yang terikat pada kaki depan mereka. Tidak ada rantai, tidak ada kandang. Jelas sekali bahwa gajah bisa melepaskan diri dari ikatan mereka kapan saja. Tetapi entah untuk beberapa alasan, mereka tidak melakukannya.

Dia melihat seorang pelatih di dekatnya dan bertanya kepada pelatih tersebut. “Mengapa hewan-hewan itu hanya berdiri di sana dan tidak berusaha untuk melarikan diri?”

“Yah, ketika mereka masih sangat muda dan jauh lebih kecil, kami menggunakan ukuran tali yang sama untuk mengikat mereka. Dan, pada usia tersebut, tali itu sudah cukup untuk menahan mereka. Saat mereka tumbuh dewasa, mereka dikondisikan untuk percaya bahwa mereka tidak dapat melepaskan diri. Mereka percaya bahwa tali tersebut masih bisa menahan mereka, sehingga mereka tidak pernah mencoba untuk membebaskan diri. ” Begitu penjelasan dari pelatih gajah tersebut.

Pria itu kagum. Hewan-hewan ini bisa saja setiap saat membebaskan diri dari ikatan tali mereka. Tetapi karena mereka percaya bahwa mereka tidak bisa, mereka terjebak tepat dimana mereka berada.

Seperti gajah, berapa banyak dari kita yang menjalani hidup tergantung pada suatu keyakinan bahwa kita tidak bisa melakukan sesuatu, hanya karena kita gagal sekali sebelumnya?

Kegagalan adalah bagian dari pembelajaran. Kita tidak boleh menyerah untuk berjuang di dalam hidup anda.

Sumber: www.successbefore30.co.id

Sabtu, 09 Mei 2020

A Dish of Ice Cream

A Dish of Ice Cream

Pada suatu hari, ketika semangkuk es krim sundae lebih murah, seorang anak berusia 10 tahun memasuki sebuah kedai kopi dan duduk di meja. Seorang pelayan menaruh segelas air di depannya.

“Berapa harga untuk semangkuk es krim sundae?”

“50 sen,” jawab si pelayan.

Anak kecil itu menarik tangannya keluar dari saku dan menghitung sejumlah koin di dalamnya.

“Berapa harga untuk semangkuk es krim plain?” Anak itu bertanya lagi. Beberapa orang sekarang menunggu untuk mendapatkan meja dan pelayan mulai sedikit tidak sabar.

“35 sen..!” kata pelayan tersebut dengan kasar.

Anak kecil tersebut menghitung koin lagi, dan akhirnya mengatakan “Saya ingin membeli semangkuk es krim plain,” katanya.

Pelayan membawakan es krim pesanan anak tersebut, meletakkan tagihan di atas meja dan berjalan pergi meninggalkan si anak. Setelah anak itu selesai memakan es krim, ia membayarnya di kasir dan pulang.

Ketika si pelayan datang kembali untuk membersihkan meja, ia mulai mengelap meja dan kemudian menelan ludah karena apa yang dia lihat. Di meja tersebut, ditempatkan rapi di samping piring kosong, koin senilai 15 sen, tip untuk si pelayan dari anak yang tadi dia anggap menyebalkan.

Jadi hikmah yang dapat kita ambil dari cerita diatas adalah : Jangan menganggap remeh atau memandang rendah orang lain, karena bisa jadi orang tersebut yang justru akan membantu anda ketika anda mengalami sebuah kesulitan.

Sumber: www.successbefore30.co.id

Kentang, Telur, dan Biji Kopi

Kentang, Telur, dan Biji Kopi

Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan yang mengeluh kepada ayahnya bahwa hidupnya sengsara dan bahwa dia tidak tahu bagaimana dia akan berhasil. Dia lelah berjuang dan berjuang sepanjang waktu.Tampaknya hanya salah satu dari masalahnya yang dapat ia selesaikan, kemudian masalah yang lainnya segera menyusul untuk dapat diselesaikan.

Ayahnya yang juga seorang koki membawanya ke dapur. Ia mengisi tiga panci dengan air dan menaruhnya di atas api yang besar. Setelah tiga panci tersebut mulai mendidih, ia memasukkan beberapa kentang ke dalam sebuah panci, beberapa telur di panci kedua, dan beberapa biji kopi di panci ketiga.

Kemudian ia duduk dan membiarkan ketiga panci tersebut di atas kompor agar mendidih, tanpa mengucapkan sepatah kata apapun kepada putrinya. Putrinya mengeluh dan tidak sabar menunggu, bertanya-tanya apa yang telah ayahnya lakukan.

Setelah dua puluh menit, ia mematikan kompor tersebut. Ia mengambil kentang dari panci dan menempatkannya ke dalam mangkuk. Ia mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk.

Kemudian ia menyendok kopi dan meletakkannya ke dalam cangkir. Lalu ia beralih menatap putrinya dan bertanya, “Nak, apa yang kamu lihat?”

“Kentang, telur, dan kopi,” putrinya buru-buru menjawabnya.

“Lihatlah lebih dekat, dan sentuh kentang ini”, kata sang ayah. Putrinya melakukan apa yang diminta oleh ayahnya dan mencatat di dalam otaknya bahwa kentang itu lembut. Kemudian sang ayah memintanya untuk mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapatkan sebuah telur rebus. Akhirnya, sang ayah memintanya untuk mencicipi kopi. Aroma kopi yang kaya membuatnya tersenyum.

“Ayah, apa artinya semua ini?” Tanyanya.

Kemudian sang ayah menjelaskan bahwa kentang, telur dan biji kopi masing-masing telah menghadapi kesulitan yang sama, yaitu air mendidih.

Namun, masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Kentang itu kuat dan keras. Namun ketika dimasukkan ke dalam air mendidih, ketang tersebut menjadi lunak dan lemah.

Telur yang rapuh, dengan kulit luar tipis melindungi bagian dalam telur yang cair sampai dimasukkan ke dalam air mendidih. Sampai akhirnya bagian dalam telur menjadi keras.

Namun, biji kopi tanah yang paling unik. Setelah biji kopi terkena air mendidih, biji kopi mengubah air dan menciptakan sesuatu yang baru.

“Kamu termasuk yang mana, nak?” tanya sang ayah kepada putrinya.

“Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana caramu dalam menghadapinya? Apakah kamu adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?”

Pesan Moral : Dalam hidup ini, Banyak sesuatu yang terjadi di sekitar kita. Banyak hal-hal yang terjadi pada kita. Tetapi satu-satunya hal yang benar-benar penting adalah apa yang terjadi di dalam diri kita.

Jadi, manakah diri anda? Apakah anda adalah sebuah kentang, telur, atau biji kopi?

Sumber: www.successbefore30.co.id