Selasa, 12 Mei 2020

Kisah Nyata perjalanan menemukan hidayah Chica Koeswoyo

Kisah nyata Chicha Koeswoyo.

Kisah ini sengaja kami publish di Blog Cerpen karna ceritanya menginspirasi dan semoga bermanfaat untuk para pembaca. Cerita ini diadaptasi dari akun Facebok Zula Zulaikha Afandi. Selamat membaca.

*********

MAMAKU PEREMPUAN LUAR BIASA #1

Namaku Chicha. Aku lahir dari orangtua yang berbeda agama. Papaku, Nomo Koeswoyo, beragama islam dan masih keturunan Sunan Drajat, salah seorang Wali Songo. Seorang wali yang sangat terkenal sebagai penyebar agama Islam di wilayah Jawa Timur.

Mamaku seorang perempuan Kristen yang taat. Beliau masih berdarah Belanda. Dan banyak saudara-saudara dari pihak Mama yang menjadi pendeta. Walaupun berbeda agama, Papa dan Mama tidak pernah mempunyai masalah. Keduanya hidup berbahagia dan saling menghargai kepercayaan masing-masing.

Sejak kecil aku dididik secara Kristen. Seperti anak-anak Kristen lainnya, aku diikutsertakan di sekolah Minggu. Setiap kali pergi untuk melaksanakan kebaktian, Papaku sering mengantarkan kami ke gereja. Intinya, kami adalah keluarga yang sangat berbahagia. Baik hari Natal ataupun Hari Lebaran, rumah kami selalu meriah. Semua bersuka-cita merayakan kedua hari besar tersebut.

Usiaku sudah menginjak 16 tahun dan duduk di bangku kelas 1, SMA Tarakanita. Rumah tempat tinggal kami sangat berdekatan dengan masjid. Terus terang, aku sangat terganggu dengan suara azan, apalagi di saat magrib. Suara azan dari Toa masjid begitu keras dan sangat memekakkan telinga. Belum lagi suara azan dari televisi. Setiap kali azan magrib berkumandang, aku matikan televisi karena di semua chanel, semua stasiun menayangkan azan yang sama.

Di suatu magrib terjadilah sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka. Ketika itu azan magrib muncul di layar TV. Seperti biasa aku mencari remote control untuk mematikan televisi. Namun hari itu aku tidak bisa menemukannya. Dengan hati kesal kutelusuri sela-sela sofa, kuangkat semua bantal, kuperiksa kolong meja tapi alat pengontrol jarak jauh itu tidak juga terlihat. Karena putus asa, aku terduduk di sofa lalu duduk menatap layar TV yang sedang menayangkan azan dengan teks terjemahannya. Lalu apa yang terjadi?

Sekonyong-konyong hatiku menjadi teduh. Baris demi baris terjemahan azan tersebut terus kubaca dan entah karena apa, hati ini semakin sejuk. Aku seperti orang terhipnotis dan tubuh ini terasa sangat ringan dengan perasaan yang semakin lama semakin nyaman. Di dalam benak ini sekan-akan ada suara yang berkata padaku, “Sampai kapan kau mau mendengar panggilanKu, Chicha. Sudah berapa tahun Aku memanggilmu, masihkah kau akan terus berpaling dariKu?”

Lalu aku menangis. Entah karena sedih, marah, bingung, galau, hampa, takut atau mungkin juga semua perasaan itu ada dan berbaur menjadi satu. Aku terus menangis tanpa tau harus melakukan apa.

Esok harinya, aku curhat pada adikku. Kami berdua memang sangat dekat satu sama lain. Adikku ini ternyata sangat berempati atas apa yang menimpaku. Dia tidak mengeluarkan satupun kata yang menyalahkan kakaknya bahkan dia berkata, “Aku akan support apapun kalau itu memang membahagiakan Kakak.”

“Terima kasih, Dik. Sekarang ikut, Kakak, yuk?”

“Ikut ke mana?” tanyanya.

Dengan diam-diam kami berdua pergi ke sebuah toko muslim yang letaknya tidak jauh dari rumah. Di sana kami membeli mukena, Kitab Suci Al’Quran dengan tafsir dan terjemahannya. Tidak lupa sebuah buku yang berjudul ‘Tuntunan Sholat’.

Sesampainya di rumah, kami berdua mempelajari cara berwudhu, melakukan sholat dan menghafal bacaannya. Setelah dirasa mampu, kami  berdua mencoba mendirikan sholat bersama-sama. Perbuatan kami tentu saja di luar pengetahuan kedua orangtua. Pernah suatu kali Mama mengetuk pintu dan sangat marah karena kami mengunci kamar dari dalam. Begitu mendengar teriakan Mama, secepat kilat kami membuka mukena dan menyembunyikannya di laci paling atas.

“Dengar, ya, Nduk! Kalian nggak boleh mengunci pintu kamar. Selama kamu tinggal di rumah Mama, kalian ikut peraturan Mama,” bentak ibuku dengan galak.

“Iya, Ma,” sahutku dengan suara perlahan karena tak ingin ribut dengan Mama apalagi kami sangat perlu menjaga kerahasiaan ini.

Waktu terus berlalu. Bulan Ramadhan pun datang. Tentu saja di bulan suci seperti ini, kami juga ingin melakukan puasa seperti muslim lainnya. Berpuasa dari waktu subuh sampai magrib sebetulnya sama sekali tidak sulit. Masalah yang lebih pelik datang setiap kali Mama mengajak makan bersama. Mama tentunya curiga karena kami berdua selalu menolak.

“Aku udah makan di sekolah tadi, Ma,” kataku dengan suara bergetar.

Mama menatap saya dengan tajam. Sepertinya dia telah mencium ada yang tak beres dengan kami berdua. Ketegangan pun terjadi. Buatku itu adalah saat yang sangat menegangkan sampai akhirnya Mama menghela napas panjang dan berkata, “Baiklah kalau begitu.”

Bulan penuh rahmat berlalu. Suara takbir yang begitu merdu di telinga berkumandang. Idul Fitri adalah hari kemenangan dan kami tidak mau kehilangan momen untuk sholat bersama Jemaah yang lain. Aku dan Adikku berdiskusi menyusun strategi bagaimana cara pergi ke masjid tanpa sepengetahuan orang rumah.

Esok harinya, sekitar jam 6.30 pagi, kami mengendap-endap membuka membuka pintu depan. Setelah itu membuka pagar sampai terbuka lebar. Kami berdua mendorong mobil dalam keadaan mesin mati supaya tidak terdengar oleh orangtua kami yang masih tenggelam dalam nyenyak. Pada satpam yang menjaga rumah, aku berpesan, “Kalau ada yang tanya, bilang kami mau latihan basket, ya, Pak?”

“Siap, Non!” kata Sang Satpam entah curiga atau tidak.

Setelah mobil dirasa cukup jauh, aku menghidupkan mobil dan meluncur langsung ke masjid terdekat. Sesampainya di sana, banyak tetangga-tetangga menatap kami dengan paras keheranan. Mereka tentu saja bingung karena semua orang tau bahwa aku beragama Kristen. Bahkan barisan ibu-ibu yang duduk tepat di depan kami langsung mendekatkan kepalanya dan berbisik kepada kami.

“Cha, ngapain kamu di sini? Sholat Idul Fitri itu buat kaum muslim. Kamu kan Kristen?”

Aku cuma tersenyum dan tidak berusaha menjawab. Sementara ibu-ibu lain terus berkasak-kusuk sambil menengok bahkan ada yang menunjuk-nunjuk ke arah kami.  Kami bergeming dan tidak mempedulikan sikap orang yang merasa aneh dengan kehadiran kami. Dan akhirnya sholat Idul Fitri dapat kami ikuti dengan sukses. Dengan hati berbunga-bunga kami kembali pulang. Alhamdulillah.

Baru saja sampai di depan pagar, di depan rumah telah berdiri Papa dan Mama. Mereka membantu membuka pagar, membuka pintu mobil lalu Mama langsung menlontarkan pertanyaan tanpa basi-basi.

“Dari mana kalian?” tanya Mama dengan suara keras.

“Abis latihan basket, Ma,” sahutku. Kami berdua memang telah berganti pakaian dan semua mukena dan sajadah sudah dimasukkan ke dalam tas dengan rapih.

“Kalian jangan berbohong, ya? Mama menangkap ada yang aneh dengan kalian berdua,” kata Mama lagi.

Aku menatap Mama yang nampak sangat kesal. Sementara Papa cuma cengar-cengir bahkan mengedipkan sebelah matanya pada kami.

“Kami latihan basket, Ma. Masa Mama gak percaya sama anak sendiri?” kata adikku.

Rupanya omongan Adik membuat hati Mama tersentuh juga. Seperti sebelumnya, dia menatap kami bergantian dengan tajam, menghela napas panjang lalu berkata dengan suara halus, “Hmm…baiklah kalau begitu.”

“Yuk, kita ke atas, Ma,” kata Papa sambil menggamit tangan Mama untuk mengajaknya pergi dari situ. Sebelum masuk ke dalam rumah. Papa sempat-sempatnya menengok ke arah kami dan mengedipkan sebelah matanya sekali lagi sambil tersenyum dengan paras jail...

Aku masih termangu-mangu di depan rumah. Kecurigaan Mama mulai menghantui perasaanku. ‘Sampai berapa lama aku bisa mempertahankan rahasia ini?’ tanyaku dalam hati. ‘Daripada Mama yang menemukan rahasia ini, bukankah beliau lebih baik mengetahui semuanya langsung dari anaknya sendiri?’

“Mama!” Aku memanggil dan mengejar Mama yag sudah berada di dalam rumah.

Mama dan Papa membalikkan badan dan menunggu apa yang akan disampaikan anaknya. Kembali kediaman berulang. Sesaat aku gentar hendak menyampaikan berita ini.

“Ya, Cha?” Kamu mau ngomong apa?” tanya Papa.

Keheningan kembali mendominasi. Bibirku bergetar. Semua kata dalam tenggorokan telah berkumpul dan berdesak-desakan untuk keluar dari bibir. Aku masih diselimuti kebimbangan. Ngomong, jangan, ngomong, jangan, ngomong, jangan….

“Chicha masuk Islam, Ma. Chica masuk Islam, Papa. Chicha minta maaf tapi Chicha mendapat hidayah dan tidak bisa menolak panggilan itu.” Akhirnya tanpa dikendalikan oleh otak semua kata terlontar begitu saja.

‘Alhamdulillah!” Di luar dugaan Papa berteriak kegirangan mendengar berita tersebut. Tidak cukup melampiaskan kegembiraannya dengan cara itu, beliau langsung berlutut di lantai dan melakukan sujud syukur atas hidayah yang didapat anaknya. Melihat sikap Papa, aku tentu saja menjadi lebih tabah. Dengan penuh harap, aku memandang Mama, berharap mendapat dukungan yang sama.

Mama menatapku dengan pandangan tidak percaya. Matanya melotot, dadanya kembang kempis dan bibirnya bergetar hebat.

“Hueeeeek…!!!!” Tanpa diduga tiba-tiba Mama muntah darah dan tubuhnya sempoyongan, untungnya Papa dengan sigap menangkap tubuh Mama dan mendudukkannya di sofa.

“Mamaaaaaa….!!!” Aku menangis sejadi-jadinya. Bagaimana tidak sedih? Tidak ada kesedihan yang paling menyakitkan kecuali mengetahui bahwa kita telah menyakiti hati ibu kita sendiri.

Bersambung

MAMAKU PEREMPUAN LUAR BIASA #2

Papa mengurus Mama dengan telaten. Perlahan-lahan kesehatan Mama berangsur-angsur membaik. Tapi sejak peristiwa itu, Mama tidak mau lagi berbicara denganku. Selama ini, Mama dan aku hubungannya sangat dekat. Melihat Mama bersikap seperti itu, aku sedih sekali. Berkali-kali aku mengajak Mama berbicara tapi beliau tidak menyahut sehingga aku memutuskan untuk mengalah dan membiarkannya sendiri. Itu adalah salah satu periode hidup yang paling menyiksa buatku. Tapi mau bagaimana lagi? Aku hanya bisa pasrah dan menunggu perubahan sikap Mama.

Bulan demi bulan berlalu. kami masih belum berkomunikasi satu sama lain. Mama sering meninggalkan rumah. Entah kemana. Aku nggak berani bertanya, takut malahan membuatnya lebih marah. Sudah 3 bulan aku tidak berbicara dengan Mama. Hari-hari yang kuhadapi sering aku isi dengan mengurung diri di kamar sambil membaca sejarah para Nabi. Terutama kisah-kisah Rasullulah yang membuatku semakin mantap menjadi seorang muslim.

BRAK! Tiba-tiba pintu kamar dibuka dengan suara keras. Aku menengok dan terlihat Mama masuk dengan membawa sebuah kotak yang cukup besar. Parasnya dingin dan sulit ditebak apa yang ada di pikirannya.

“Nduk, Mama mau tanya. Kamu harus menjawab dengan tegas!” katanya.

“Iya, Ma,” sahutku dengan suara hampir tak terdengar. Dalam hati aku bersorak karena akhirnya Mama mau berbicara lagi.

“Kamu sudah mantap mau masuk islam?” tanyanya lagi tanpa basa-basi.

“Mantap, Ma. Chicha rasa ini benar-benar panggilan Allah,” jawabku pelan tapi tegas.

“Okay, kalau begitu,” kata Mama lalu dia mengangsurkan kotak yang dibawanya ke tanganku.

Dengan terheran-heran, aku menerima kotak tersebut, “Apa ini, Ma?”

“Nggak usah banyak tanya. Kamu buka aja kotak itu sekarang juga.”

Dengan gerak perlahan, aku membuka kotak tersebut. Masya Allah! Ternyata isinya adalah Kitab Suci Al Quran, mukena, kerudung, buku-buku agama Islam yang lumayan tebalnya. Aku menatap Mama dengan pandangan bertanya.

Mama membalas menatapku dengan tajam, “Kalau kamu ingin menjadi Islam, be a good one!”

Mendengar perkatannya, aku menangis dan menghambur ke pelukan Mama. Mama memeluk aku seerat yang dia bisa. Tangisku makin menjadi-jadi dan membasahi baju Mama di bagian dada.

Setelah tangis mereda, Mama bertanya lagi, “Kamu sudah resmi masuk islam?”

“Chicha udah ngucapin dua kalimat syahadat, Ma.”

“Disaksikan oleh ustad atau Kyai?”

“Nggak sih, Ma. Chicha ngucapin sendiri aja.”

“Berarti kamu belum resmi masuk Islam. Besok Mama akan antar kamu ke Mesjid Al Azhar di Jalan Sisingamangaraja. Mama udah bikin janji dengan Kyai di sana untuk mengislamkan kamu.”

“Huhuhuhuhuhu…” Aku nggak sanggup untuk mengatakan apa-apa kecuali memeluk Mama lagi sambari menangis menggerung-gerung. Setelah perlakuan Mama yang mendiamkan aku selama tiga bulan, siapa sangka Mama akan bersikap begini akhirnya. Mamaku memang luar biasa.

Esok harinya, di Mesjid Al Azhar, aku resmi memeluk agama Islam di usia 16 tahun. Ah, bahagianya sulit dilukiskan. Setelah ritual mengucapkan dua kalimat syahadat berakhir, aku menarik Mama untuk menuju ke mobil dan kembali pulang ke rumah.

“Eh, tunggu dulu, Nduk. Sekarang kamu harus ikut Mama ke belakang.”

“Ke belakang mana, Ma?” tanyaku keheranan.

Ke SMA Al Azhar. Kamu harus pindah sekolah ke sana.”

“Loh? Kenapa harus pindah? Chicha udah betah sekolah di Tarakanita. Semua teman-teman Chicha ada di sana. Chicha nggak mau pindah.”

“Nduk! Denger kata Mama. Kalau kamu serius pindah ke Islam, kamu nggak boleh setengah-setengah.”

“Maksudnya gimana, Ma?”

“Tarakanita itu sekolah Kristen. Kalau kamu pindah Islam maka kamu harus bersekolah di sekolah Islam. Sekali lagi Mama bilang, kamu nggak boleh setengah-setengah. Ini peristiwa besar dan pilihan hidup kamu. Mama mau kamu total dalam menyikapi pilihan kamu sendiri.”

Lagi-lagi sikap Mama membuatku kagum bukan main. Sepertinya dia telah mempersiapkan semuanya dengan baik dan terencana.

“Mama kok bisa-bisanya punya pemikiran seperti ini?” tanyaku penasaran.

Mama menghela napas panjang lagi lau berucap, “Sejak kamu mengatakan mau masuk Islam, Mama sering berkonsultasi dengan teman Mama yang muslim. Mama minta pendapat dia dan dia banyak menasihati Mama soal ini.”

“Oh, pantes Mama sering pergi belakangan ini. Biasanya kan Mama selalu di rumah.”

“Iya, Cha. Mama butuh support dan teman Mama itu sangat membantu sehingga membuat Mama jauh lebih tenang.”

“Kalau boleh tau, teman Mama siapa namanya?” tanyaku lagi.

“Namanya Doktor Zakiah Darajat.”

“Itu temen Mama? Wah dia orang hebat di kalangan Islam, Ma.”

“Betul. Nama belakangnya mirip dengan Sunan Drajat, leluhur Papa kamu. Jadi setelah kamu resmi masuk Islam, rasanya kamu juga perlu berziarah ke makam beliau.”

Sekali lagi aku memeluk Mamaku. Jadi selama tiga bulan ini, dia mendiamkan anaknya bukan karena hendak mengacuhkan tapi beliau tidak tau harus bersikap bagaimana. Beliau hendak mencari penerangan pada apa yang terjadi pada anaknya. Sudah pastilah Mama kebingungan tapi akhirnya setelah mendapat pencerahan dari Doktor Zakiah Darajat, Mama sekarang malah mendukung pilihan anaknya. Pilihan anak yang berbeda dengan keyakinannya. Ah Mamaku memang luar biasa.

Dari lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya aku hendak mengajak Mama untuk turut memeluk agama Islam. Tapi aku mengurungkan niat itu. Apa yang terjadi padaku pastilah sudah berat buat Mama. Bagaimana mungkin aku mampu mempengaruhinya sementara saudara-saudaranya banyak yang menjadi pendeta. Beban Mama sudah sangat berat. Semua butuh waktu. Kalau memang Allah SWT mengizinkan, apa yang untuk manusia pikir tidak mungkin pastinya akan terjadi jika Allah berkehendak.

Waktu berjalan tanpa pernah berhenti. Dengan hati tenteram, aku menjalani hidup sebagai perempuan muslim. Tahun 2002, Mama meninggal dunia. Tiga bulan sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, beliau juga menjadi mualaf dan memeluk agama Islam. Alhamdulillah! Terima kasih, ya, Allah. Ah Mamaku memang luar biasa.

Sumber asli tulisan:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10211363531083871&id=1829107566

Pusara Ibu

Cerita ini kami kutip dari akun facebook page "Silahkan dibagikan". Karna ceritanya bagus dan menginspirasi, maka kami muat dengan menyertakan sumber aslinya. Selamat membaca.

* * * * *

Rumah masih ramai setelah pulang dari pemakaman, kepalaku masih pusing karna tak bisa menahan tangis melihat jasad terakhir istriku dimasukkan ke liang lahat. Aku makin tak bisa menahan airmata saat melihat anak-anak menangis memandangi orang-orang yg menimbun tubuh ibu mereka. Lama aku diam di pemakaman, mengingat kembali saat istriku masih ada. Aku ingat semua dosaku, kesalahanku, mulut kasarku, ketidakpedulianku, bahkan yg paling aku ingat membiarkan dia berpikir sendiri tentang keuangan keluarga.

Aku pikir saat dipemakaman adalah momen tersedih yg aku alami sepanjang hidupku, ternyata itu belum apa-apa. Banyak kepiluan-kepiluan lain yg membuatku serasa hancur. Mulai saat malam setelah rumah ini kosong dari pelayat, anak-anak seperti tidak mau tidur tanpa ibunya. Mereka masih menangis sesenggukan. Aku hanya bisa memeluk mereka tanpa bisa menyembunyikan kesedihan diwajahku.

Putriku yg berusia 5 tahun beberapa kali berlari kekamar sambil memanggil ibunya. Sepertinya dia lupa bahwa ibunya telah tiada. Kemudian ia keluar lagi dengan wajah kecewa.

Malam berlalu tanpa aku bisa melelapkan mata sedetikpun. Aku memandangi anak-anak yg tidur dengan gelisah.

Sebentar-sebentar terbangun dan putra pertama kami yg berusia 9 tahun ternyata menangis sambil melekatkan wajahnya dibantal. Adiknya laki-laki berusia 7 tahun usdah tertidur, namun sesekali ngigau memanggil ibunya. Sungguh aku tak tenang malam itu. Rasanya rumah ini hampa.

Beberapa hari masih dengan suasana yg sama, masih ada kerabat yg membantu masak dan menyapu rumah hingga hari ketiga. Masih banyak tetangga yg memeluk dan menguatkan anak-anak.

Hingga tibalah hari yg membuat aku amat sedih. Yaitu hari ketika mereka mulai masuk sekolah.

Pagi itu mereka semua sudah bangun, aku kebingungan, anak-anakku juga seperti bingung mau berbuat apa. Biasanya pagi kami selalu dibangunkan, disuruh mandi dan sholat, disiapkan pakaian, dibuatkan sarapan dan kami berangkat dalam keadaan rapi dan perut yg sudah kenyang. Hari ini kami semua hanya diam.

Aku menyuruh anak-anak melihat makanan dikulkas tapi yg ada hanya bahan mentah. Rumah yg biasanya rapi nampak berantakan. Aku pergi membeli sarapan untuk kami berempat. Saat membayar aku kaget uang lima puluh ribu tanpa kembalian. Padahal selama ini aku memberi uang lima puluh ribu kepada istriku cukup untuk makan kami sampai malam. Kadang-kadang aku marah-marah kalau dia minta tambahan.

Aku bawa sarapan pulang dan anak-anak sudah menunggu dimeja makan. Sudah jam 7.30 biasanya mereka sudah diantar kesekolah, semuanya diantar istriku berbarengan, sementara aku baru pulang beli sarapan. Dalam hati kalau terlambat semoga dimaklumi karna habis kemalangan. Saat mau makan aku tidak tau dimana piring dan sendok, mengambilkan air dan dimana letak gelas. Saking aku yg selalu dilayani semua oleh istri.

Aku makin merasa kacau saat jam sudah menuju jam 8 dan anak-anak belum terantar semua. Aku benar-benar kehilangan seorang dewa dalam rumah kami. Inikah yg selama ini dilakukan istriku? Mengapa aku selalu menganggap dia tak ada kerjaan. Selalu menganggap sepele pekerjaan seorang ibu. Aku masih linglung ditempat kerja. Masih banyak teman-teman yang menghampiri mengucapkan belasungkawa. Hingga aku ditelpon oleh walikelas anakku yg masih TK katanya anak-anak sudah pulang tapi belum ada yg jemput, aku minta ijin pergi menjemput anak dan jam 12 anakku yg no 2 juga menelpon minta dijemput karna sudah pulang.

Selama ini aku tak tau satupun jadwal mereka. Aku hanya bekerja dan tak peduli dengan itu semua. Anakku yg besar pulang jam 2 artinya aku tak bisa kembali ketempat kerja. Sampai disekolah anakku, aku masih melihat didepan sekolah masih ada bekas darah saat istriku kecelakaan 3 hari lalu, kecelakaan yg serta merta merenggut nyawanya saat menjemput anak sulungku.:'(

Sampai dirumah anak-anak nampak kelaparan, biasanya dibekali makan dan yang TK katanya biasanya dijemput dan langsung makan dirumah. Baru kembali jemput abangnya setelah makan. Ternyata aku tak tau manajemen waktu sehebat almarhumah istriku. Aku harus kewarung makan lagi untuk pergi membeli makan siang. Begitupun nantinya makan malam. Sehingga tidak kurang dari 200rb sampai malam.

Aku berpikir ini baru satu hari, bagaimana kalau satu bulan. Gajiku tidak akan cukup untuk kami berempat. Malam ini anak-anak juga mengingatkanku tadi mereka tidak ada yg ngaji karna tidak ada yg mengantarkan ketempat ngaji mereka.:'(

Ya Allah, Indah sekali caramu menegurku. Begitu kacaunya hidupku tanpa istriku, keuangan makin amburadul, anak-anak tak terurus, makanan favoritku tidak ada lagi. Rumah dan tanaman seperti hilang aura karna tak ada yg merawat dan membersihkan. Aku masih sempat merasa wanita diluaran lebih cantik dari istriku. Andai aku bisa menebus apapun yg telah aku lakukan kepada istriku selama ini aku ingin memperbaikinya. Aku ingin membantunya, menyayanginya sepenuh hati dan tak akan pernah berkata kasar kepadanya.

Dia begitu lelah setiap hari, tapi sepulang kerja aku masih sering membentaknya. Saat dia minta tambahan belanja aku berkata kasar kepadanya. Dia saat aku jadikan istri rela berpisah dengan anggota keluarga besarnya, hidup susah payah dan sederhana denganku.

Maafkan aku istriku, andai aku bisa menebus semua kesalahanku, satu hari saja tanpamu kami seperti anak ayam kehilangan induknya. Berserakan. Saat sholat aku kembali menangis sejadi-jadinya.

Andai bisa kutebus, aku ingin menebus meski dengan nyawaku. Aku mau dia yg hidup menjaga anak-anak dan biarlah aku yg menghadap-Mu. Ini sangat berat bagiku apalagi bagi anak-anakku. Demikian do'a tengah malamku.

Aku tak tega melihat pakaian anak-anak yg kusut tak terurus, makan yang tak ada yang masak dan aku tak tega melihat mereka kekurangan kasih sayang. Jujur selama ini aku tak dekat dengan anak-anak. Mereka selalu sama ibunya. Aku hanyalah kerja, pulang, tidur dan kerja lagi. Aku tak tau apa-apa tentang urusan anak dan rumah.

Istriku, aku berdoa semoga lelah mu jadi ibadah, semoga semua yg kau lakukan untuk kami membawamu ke syurga, semoga engkau bahagia di alammu. Kali ini aku benar-benar menangis tersedu-sedu sambil membayangkan wajahmu. Kau tak pernah mengeluh dengan pekerjaanmu, kau tak pernah meminta sesuatu yg aku tak sanggup membelinya. Kau jalani semua dengan sabar dan aku merasa belakangan jarang memperhatikanmu. Jarang bertanya bagaimana anak-anak kita, jarang bertanya bagaimana hari-harimu.

Engkau ibu yang luar biasa bagi anak-anak kita. Semuanya terlihat saat engkau tlah tiada kemurungan selalu menyelimuti wajah mereka. Mereka sering menangis, mereka sering salah memanggilmu sepulang sekolah. Mereka sering berlari kekamar kita seolah-olah engkau masih ada.

Kekasih hatiku, Mengapa aku jatuh cinta padamu justru setelah engkau tiada. Tidak akan ada yg menggantikan dirimu dihatiku. Mengapa rasa cinta ku padamu menggebu-gebu saat dirimu sudah berada dipusara.

Maafkan aku istriku.

Aku terlambat jatuh cinta padamu ðŸ˜­ðŸ˜­

Link sumber asli:

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1157234357765066&id=744185525736620

30 Orang yang pertama, dalam islam

Tulisan ini diadaptasi dari akun Syekh Ali Jeber

Karna tulisan ini sangat informatif, maka kami share di blog cerpen ini. Semoga bermanfaat.

**********

30 ORANG YANG PERTAMA DALAM ISLAM

1. Orang yang pertama menulis Bismillah : Nabi Sulaiman AS.

2. Orang yang pertama minum air zamzam : Nabi Ismail AS.

3. Orang yang pertama berkhatan : Nabi Ibrahim AS.

4. Orang yang pertama diberikan pakaian pada hari qiamat : Nabi Ibrahim AS.

5. Orang yang pertama dipanggil oleh Allah pada hari qiamat : Nabi Adam AS.

6. Orang yang pertama mengerjakan saie antara Safa dan Marwah : Sayyidatina Hajar (Ibu Nabi Ismail AS).

7. Orang yang pertama dibangkitkan pada hari qiamat : Nabi Muhammad SAW.

8. Orang yang pertama menjadi khalifah Islam : Abu Bakar As Siddiq RA.

9. Orang yang pertama menggunakan tarikh hijrah : Umar bin Al-Khattab RA.

10. Orang yang pertama meletakkah jawatan khalifah dalam Islam : Al-Hasan bin Ali RA.

11. Orang yang pertama menyusukan Nabi SAW : Thuwaibah RA.

12. Orang yang pertama syahid dalam Islam dari kalangan lelaki : Al-Harith bin Abi Halah RA.

13. Orang yang pertama syahid dalam Islam dari kalangan wanita : Sumayyah binti Khabbat RA.

14. Orang yang pertama menulis hadis di dalam kitab / lembaran : Abdullah bin Amru bin Al-Ash RA.

15. Orang yang pertama memanah dalam perjuangan fisabilillah : Saad bin Abi Waqqas RA.

16. Orang yang pertama menjadi muazzin dan melaungkan adzan: Bilal bin Rabah RA.

17. Orang yang pertama bersembahyang dengan Rasulullah SAW : Ali bin Abi Tholib RA.

18. Orang yang pertama membuat minbar masjid Nabi SAW : Tamim Ad-dary RA.

19. Orang yang pertama menghunuskan pedang dalam perjuangan fisabilillah : Az-Zubair bin Al-Awwam RA.

20. Orang yang pertama menulis sirah Nabi SAW : Ibban bin Othman bin Affan RA.

21. Orang yang pertama beriman dengan Nabi SAW : Khadijah binti Khuwailid RA.

22. Orang yang pertama mengasaskan usul fiqh : Imam Syafei RH.

23. Orang yang pertama membina penjara dalam Islam: Ali bin Abi Tholib RA.

24. Orang yang pertama menjadi raja dalam Islam : Muawiyah bin Abi Sufyan RA.

25. Orang yang pertama membuat perpustakaan awam : Harun Ar-Rasyid RH.

26. Orang yang pertama mengadakan baitul mal : Umar Al-Khattab RA.

27. Orang yang pertama menghafal Al-Qur'an selepas Rasulullah SAW : Ali bn Abi Tholib RA.

28. Orang yang pertama membina menara di Masjidil Haram Mekah : Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur RH.

29. Orang yang pertama digelar Al-Muqry : Mus'ab bin Umair RA.

30. Orang yang pertama masuk ke dalam syurga : Nabi Muhammad SAW.

✔ Rugilah kalau tak SHARE sebab hanya 1 peluang dakwah yang MUDAH. . . share !!! Sebarkan...

Wallahualam

Semoga bermanfaat dan sekaligus pengingat untuk kita semua ...

Aamiin....

Sumber:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=560168017777286&id=444721249321964

Senin, 11 Mei 2020

Who's last night?

"Siapa yang meninggal Pah?" Tanyaku kemudian.

"Ini lho Mah, orang kantor. Pak Sopyan. Rasanya tidak enak kalau aku tidak datang."

"Ya harus datang dong Pah." Ujarku kemudian.

"Tapi jauh sekali Mah. Di Medan. Dimakamkan ditanah kelahirannya. Apa tidak apa-apa kalau papa ke sana?" Tanya suamiku dengan wajah sedikit sendu. Mungkin sedih mendengar berita kematian kerabat kantornya.

"Gak apa kalau ada temannya. Coba Papah tanya dulu siapa yang ikut serta ke sana? Kan bisa barengan." Jawabku kemudian.

"Ada Pak Hendro dan Mas Rizki yang ikut Mah." Katanya tidak lama setelah mengkonfirmasi teman-temannya di kantor.

"Ya sudah kalau begitu biar aku siapkan pakaianmu ya Pah."

Akupun bergegas ke kamar mempersiapkan tas, pakaian dan perlengkapan mandi suamiku untuk dibawa pergi.

Semua berjalan lancar. Suamiku telah sampai di Medan, begitu dari pesan yang kubaca di whatsapp. Keadaan tidak terlalu baik katanya. Istri mendiang berkali-kali pingsan dan berteriak-teriak tidak rela telah ditinggal mati suaminya.

Mendengar ceritanya, aku jadi terbayang bagaimana jika itu terjadi padaku. "Ya Allah, semoga kau panjangkan umur suamiku melebihi aku." Gumamku dalam hati. Rasanya aku tak sanggup. Mungkin jika itu terjadi padaku, aku akan lebih stress dari istri mendiang Pak Sopyan itu. Jika dia saja pingsan dan berteriak, apa yang mungkin terjadi padaku? Aaah rasanya merinding membayangkan itu.

Lusanya, suamiku mengabarkan via whatsapp bahwa dia dan teman-teman seperjalanannya akan segera kembali ke jakarta. Acara pemakan telah selesai dan mereka juga sudah harus kembali bekerja hari berikutnya.

Dalam perjalanan menuju bandara, suami dan aku lamaaa sekali saling berbalas whatsapp. Perjalanan menuju bandara memang agak jauh katanya. Karna ternyata Almarhum tinggal di daerah yang masih sangat pedesaan dan jauh dari kota. Perjalan ke bandara bahkan butuh waktu berjam-jam dengan mengendarai mobil. Suamiku dan rekan-rekannya menggunakan mobil sewaan dengan supirnya agar lebih cepat sampai.

Pesan Whatsapp.

"padahal masih sore, tapi gelap sekali. Sepertinya mau hujan."

"Memang sedang musim hujan kan Pah. Meskipun di Jakarta masih jarang turun hujan."

"Benar saja Mah, hujan lebat sekali. Jarak pandang jadi tidak jauh. Harus ekstra hati-hati nih."

"Apa tidak sebaiknya kalian istirahat saja dulu dipinggir jalan. Daripada bahaya."

"Yah, mungkin sebaiknya begitu."

Itu chat terakhir kami. Sudah 24 jam berlalu. Apa iya perjalanan dari Medan ke Jakarta menggunakan pesawat selama ini.

Lewat tengah malam, tiba-tiba kudengar pintu depan diketuk.

"Alhamdulillah akhirnya Papah sampai juga. Kenapa bisa selama ini Pah?" Tanyaku penasaran.

"Aduh Mah, ternyata hujannya lamaa baru berhenti. Mana sempat ada badai. Kilat menyambar-nyambar. Seram sekali pokonya. Jadi kami berhenti agak lama. Untungnya penerbangan masih lama waktu itu."

"Ya sudah Papah istirahat deh."

Sebelum ke kamar, Ia membuka pintu kamar anak-anak satu persatu. Dihampirinya sambil berbisik bahwa Ia menyayangi mereka dan harus selalu menjadi laki-laki yang patuh dan menghormati Ibunya. Kemudian kami ke kamar. Dikamar kami banyak berbincang. Bagaimana Ia menghadapi istri mendiang Pak Sopyan yang histeris ditinggal pergi suaminya dengan cara yang tragis.

Ya, ternyata Pak Sopyan meninggal akibat kesalahan orang lain yang kini telah dihukum. Saat itu Ia sedang berlibur di Medan tanah kelahirannya dan istrinya. Malam hari Ia pergi ke ATM untuk mengambil sedikit uang karna besok hari berencana pergi wisata dengan istri dan anak-anaknya.

Tak disangka kejadian nahas itu terjadi. Tiga orang pemuda tanggung berbadan kurus ternyata sudah membuntutinya sejak Ia masuk ATM. Setelah keluar dari ATM, pemuda-pemuda itu terus mengikutinya. Sialnya, Pak Sopyan ternyata harus melewati jalanan yang cukup sepi untuk bisa sampai di kediamannya.

Pemuda-pemuda itupun menghampirinya. Menghadang sepeda motor yang sedang dikendarainya lalu merampoknya. Pak Sopyan yang merasa anak-anak itu masih terlalu muda untuk melakukan kejahatan, malah menasihati mereka. Mungkin karna beliau merasa anak-anak ini berbadan kecil dan masih muda, Ia merasa bisa menaklukan mereka.

Tapi tak disangka, dua orang diantara mereka mengeluarkan senjata tajam dan menyerang Pak Sopyan dengan membabi buta tanpa ampun demi merampas semua milik Pak Sopyan termasuk nyawanya. Pak Sopyan tergeletak bersimbah darah dengan luka cukup dalam disekujur tubuhnya. Warga setempat menemukannya setelah lima jam kemudian. Karna memang jalan itu sepi dan jarang dilalui orang pada malam hari.

Mendengar cerita itu. Membuat aku semakin merinding. Rasanya terlalu kejam ditinggal dengan cara seperti itu. Namun Allah yang berkehendak. Selalu ada maksud dibalik semua kejadian yang Allah ciptakan.

"Pokonya Mah, kalau nanti aku pergi duluan. Mama harus ikhlas. Gak boleh seperti Bu Sopyan. Apa Mama gak kasihan sama Papa. Memang mungkin sulit menerimanya. Tapi hidup tetap harus berlanjut dan kamu gak boleh terpuruk terlalu lama. Apalagi akan menyulitkan mendiang jika kepergiannya tak diikhlaskan oleh orang terkasih."

"Ih Papah nih ngomongnya kejauhan. Lagian Pah, yang sering sakit-sakitan itu aku. Bukan Papa. Mungkin malah aku yang akan pergi duluan."

"Halah, kamu tuh. Sakit batuk, pilek, sakit kepala aja koq ya kaya orang komplikasi ngomongnya."

"Lah Papah yang duluin ngomong yang nggak-nggak. Sebaiknya tuh kita bersyukur masih dikasih sehat, umur panjang, rezeki lancar. Koq ya malah ngomongin kematian. Serem tau Pah. Udah ah udah malem, kita tidur."

Pagi harinya aku dan suami seperti biasa terbangun lebih dulu dari anak-anak untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Setelah berwudhu dan menyiapkan sajadah untuk semua, barulah tugasku membangunkan anak-anak. Tidak lama terdengar pintu depan diketuk. Ternyata Ibuku datang menjenguk kami. Beliau tinggal di Bandung dan hanya beberapa bulan sekali menginap ke Jakarta di rumah kami.

"Lho koq tumben Bu gak ngabarin dulu." Tanyaku pada Ibu.

"Gak tau ya, tiba-tiba aja mendadak pingin kemari. Ya udah Ibu sama sama Bapak langsung ke sini."

"Ya udah ayo masuk. Pagi-pagi sekali. Berangkat jam berapa dari rumah?"

"Duh, Ibu gak liat jam. Pokonya semalam tiba-tiba pingin nengok kalian. Anak-anak apa gak sekolah?"

"Sekolah koq Bu, ini baru lagi siap-siap. Ayo Bu ikut sarapan."

Suamiku dan anak-anakpun sudah siap untuk berangkat. Satu persatu mereka mencium tangan Kakek dan Neneknya. Ketiga anak kami semuanya laki-laki dan sekolah di sekolah yang sama. Kebetulan kami menyekolahkannya di sekolah swasta yang terdiri dari SD, SMP, dan SMA dalam satu kawasan. Hanya berbeda gedung. Sehingga mereka selalu berangkat bersama.

"Maaf Pak, Bu. Saya harus duluan berangkat karna banyak pekerjaan menunggu." Kata suamiku sambil mencium tangan Ibu dan Bapak.

"Lho, gak sarapan dulu? Kata Ratih, kamu baru pulang dari Medan. Apa gak cape? Pucat sekali wajahmu itu lho. Mending sarapan dulu." Kata Ibu kemudian.

"Aku gak papa Bu, memang sedikit lelah. Tapi beneran baik-baik aja koq. Ada kerjaan yang harus segera diselesaikan Bu. Jadi harus segera berangkat."

Kemudian suamiku pergi. Sementara anak-anak masih di meja makan.

"Pagi sekali suamimu pergi." Kata Ibu.

"Yah memang semalam dia bilang ada pekerjaan yang tertunda dan harus diselesaikan hari ini juga. Jadi dia buru-buru deh. Maaf ya Bu, jadi gak menyambut Ibu deh."

"Bukan itu, Ibu sih gak masalah koq. Lah orang suami rajin kerja ya harus disyukuri. Tapi masalahnya, sepertinya dia masih terlihat lelah sekali. Ibu cuma khawatir dia sakit."

Kamipun melanjutkan sarapan masih sambil ngobrol-ngobrol kecil. Terdengar ketukan dipintu depan. "Rupanya ada yang bertamu juga pagi-pagi gini. Masih jam 6 pagi lho." Kata Ibu sambil menyuruhku segera bukakan pintu.

Ternyata Mas Haris. Juniornya suamiku ditempat kerja. Dia anak buahnya yang paling muda di kantor. Juga belum lama bekerja dengannya.

"Assalamualaiku Bu." Sapanya kemudian.

"Waalaikumsalam. Lho Mas Haris koq pagi-pagi malah ke sini. Gak langsung ke kantor aja? Memang Bapak minta dijemput? Bapak sudah berangkat dari jam 5 tadi lho Mas Haris." Kataku kemudian.

Dia mengernyitkan alis dan matanya sehingga keningnya sedikit berkerut tanda kebingungan. Akupun jadi ikutan bingung melihat ekspresi wajahnya.

"Maksud Ibu, Pak Seto sudah berangkat ke kantor?" Tanyanya meyakinkan aku.

"Lho iya, padahal semalam pulang lewat tengah malam, ngobrol sampai pagi. Tau-tau jam 5 mendadak langsung berangkat ngantor."

Wajah Mas Haris semakin membingung, kali ini terlihat sedikit pucat.

"Mmmh.... Saya jadi bingung Bu. Apa yang harus saya katakan sekarang ya. Aduh Bu, beneran itu Pak Seto?"

"Apa sih kamu nih. Pagi-pagi mau main tebak-tebakan sama saya ya. Masa iya saya gak ngenalin suami sendiri."

"Saya takut mengatakannya Bu. Saya ke sini bawa kabar duka Bu."

"Innalilahi, siapa lagi yang meninggal Mas Haris? Harusnya tadi telepon dulu. Jadi gak selisih jalan sama Bapak. Sebaiknya Mas Haris buru-buru nyusul Bapak dan kabari."

"Bu....." Suara Haris meninggi. Ia seperti ingin marah atau entah apa ekspresinya itu bisa disebut.

"Tolong Bu, Ibu sadar. Apa Ibu sudah berwudhu? Sudah sholat subuh pagi tadi?"

"Apa maksudmu Mas Haris? Setiap pagi ya holat subuh berjamaah sama Bapak dan anak-anak. Memang itu kebiasaan kami."

Sepertinya Haris menjadi tidak sabar dan semakin bingung. Ia pun tanpa basa basi lagi langsung mengabarkan.

"Bu, saya ke sini membawa berita bahwa Pak Seto suami Ibu meninggal dunia kemarin malam. Mobil yang ditumpanginya saat menuju bandara tertimpa pohon besar karna hujan dan badai yang terlalu kencang kemarin malam. Pak Seto belum sempat kembali ke Jakarta Bu. Saya ke sini mau menjemput Ibu untuk pergi bersama saya menjemput jenazah di Rumah Sakit Medan. Saya sudah siapkan tiketnya."

"Kalau bicara jangan sembarangan Mas Haris. Kamu gak denger tadi saya cerita apa? Bapak semalam pulang, ngobrol sama saya dikamar, bahkan sempat menghampiri anak-anaknya. Apa kamu mau main-main dengan saya." Tanpa sadar aku berteriak padanya. Pada Haris yang membawa kabar duka yang aku sama sekali tidak percaya.

"Ada apa Mah ribut-ribut?" dari dalam anak sulungku menghampiriku dan Haris dipintu depan. Kemudian Haris menceritakan semuanya. Anak sulungku menangis sejadi-jadinya. Sementara aku masih terbengong-bengong tidak percaya.

Tidak lama Ibu dan Bapak menghampiri.

"Ada apa ini. Kamu kenapa sayang?" Tanya Ibuku kepada cucu sulungnya.

"Papah Nek, Papaaah."

"Lho, kenapa Papah?" Tanya Ibu.

Haris mengulang kembali ceritanya. Cerita yang sama yang diceritakan padaku dan anak sulungku. Kemudian aku dan Ibu saling berpandangan. Bingung tak percaya. Bahkan air matapun tak menetes sedikitpun. Karna aku dan Ibu bahkan sempat berbincang dengan suamiku.

Ternyata Bapak dan anak-anak memang belum melihat Mas Seto sejak tadi. Jadi siapa yang kami lihat? Siapa yang mencium tangan Ibu berpamitan. Siapa pula yang mengobrol denganku semalam tadi?

Akhirnya Bapak yang ikut pergi bersama Haris. Aku dan Ibu terduduk lemas di sofa ruang tamu. Masih tidak percaya dengan apa yang kami dengar.

Pada akhirnya mendiang suamiku ada dihadapanku kini berbalut kain kafan. Air mata menetes deras. Kehilangan teramat sangat. Tapi aku mengingat kalimatnya malam itu. Malam dimana Ia sempat pulang bahkan paginya berpamitan kerja pada Ibu.

Ia katakan bahwa aku harus mengikhlaskan dirinya jika Ia berpulang lebih dulu. Karna aku harus kasihan padanya di alam kubur. Agar dirinya tak tersiksa, orang terkasihnya harus ikhlas. Maka akupun mencoba mengikhlaskannya. Namun dimalam-malam berikutnya, aku tak juga dapat berhenti menangis. Sedih rasanya.

Jadi. Siapa orang yang pulang malam itu? Yang bahkan berpamitan pada Ibu. Kenapa hanya aku dan Ibu yang dapat melihat sosoknya terakhir kali? Apakah beliau hanya ingin memastikan kami harus mengikhlaskan kepergiannya?

* S E K I A N *

Oleh,

Upay

Biografi kemal Attaturk. Kisah perjalanan hidup Kemal Attaturk dengan kematiannya yang tragis

"KEMATIAN KEMAL ATTATURK"

( seorang pemimpin penghianat ).

#Sewaktu Mustafa Kemal Ataturk meninggal dunia, tidak seorang pun yang memandikan, mengafani dan menyolatkan mayatnya. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik perempuan beliau datang meminta ulama-ulama Turki memandikan, mengkafankan dan menyembahyangkannya.

#Di saat kematiannya, Allah telah mendatangkan beberapa penyakit kepadanya, sehingga merasakan siksaan yang demikian dahsyat, di antaranya adalah:

#Didatangkan penyakit kulit sampai ke kaki di mana ia merasa gatal-gatal seluruh tubuh. Sakit jantung. Penyakit darah tinggi.

#Panas sepanjang waktu, tidak pernah merasa dingin sehingga terpaksa diarahkan ke pemadam kebakaran untuk menyiram rumahnya 24 jam.

#Mustafa Kamal Atatürk - kematianya sangat menyiksaPembantu-pembantunya juga diarahkan untuk meletakkan potongan-potongan es di dalam selimut untuk mendinginkan tubuhnya. Maha Suci Allah, berbagai upaya itu tak dapat membuat rasa panas hilang. Karena tidak tahan dengan panas yang ditanggung, ia menjerit sehingga seluruh istana mendengar jeritan itu.

#Karena tidak tahan mendengar jeritan, mereka yang bertanggung jawab telah mengirimnya ke tengah lautan dan ditempatkan dalam perahu dengan harapan ia akan merasa sejuk. Menurut banyak sumber, ia dibawa ke tengah lautan ini karena ia merasa ketakutan ketika berada di istananya. Panasnya tak juga hilang! Pada 26 september 1938, ia pingsan selama 48 jam karena terlalu panas dan sadar setelah itu tetapi hilang ingatan.

#Pada 9 November 1938, Kemal pingsan lagi selama 36 jam dan akhirnya meninggal dunia. Sewaktu dia meninggal, tidak seorang pun yang memandikan, mengkafani dan menyolatkan mayatnya. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik perempuan beliau datang meminta ulama-ulama Turki memandikan, mengkafani dan menyolatkannya.

#Menurut banyak sumber, ketika dibawa ke pemakaman, mayatnya tidak mau masuk ke liang lahat. Disebabkan putus asa, akhirnya orang-orang yang menguburkan mayatnya mengawetkan mayat Ataturk sekali lagi dan dimasukkan ke museum yang diberi nama EtnaGrafi di Ankara selama 15 tahun atau sampai tahun 1953. Tiada tanah yang layak untuk menjadi kuburnya.

#Karena tidak diterima tanah, mayatnya ditanam di dalam batu mar-mar.Lima belas tahun kemudian yaitu pada tahun 1953, barulah mayatnya diletakkan di sebuah bukit di Ankara. Tubuhnya ditanam dalam satu bangunan marmer beratnya 44 ton. Mayatnya ditanam di celah-celah batu marmer. Apa yang menyedihkan, ulama-ulama saat itu mengatakan bahwa bukan hanya bumi Turki, seluruh bumi Allah ini tidak akan menerima Kamal Atatürk.

Penokohan oleh Inggris yang Terencana

#Dikenal sebagai 'Bapak Modernisasi Turki' dari prespektif Barat, beliau sebenarnya adalah tokoh yang meng'sekular'kan dan 'membunuh' syiar Islam di Turki. Siapa lagi jika bukan Mastafa Kamal (Kemal) Atatürk yang diberi gelar al-Ghazi (orang yang memerangi). Kata Atatürk berarti bapak orang Turki. Artaturk adalah orang yang bertanggung jawab meruntuhkan Khilafah Islam -Turki pada tahun 1343H (1924M).

#Dia dilahirkan pada tahun 1299 H (1880 M) di kota Salonika, Yunani yang ketika itu merupakan wilayah taklukan Khilafah Utsmani. Ayahnya bernama Ali Reda Afandi, berkerja sebagai penjaga di departemen Bea Cukai. Ada yang mengatakan ia adalah ayah tiri Atatürk dan bukan ayah kandungnya.

#Ada juga yang mengatakan nama Atatürk diberikan oleh Guru matematisnya yang bernama Mustafa. Mustafa bertugas di sekolah Atatürk yaitu sebuah sekolah menengah militer dan pada saat itulah dia tertarik dengan kemampuan Atatürk dalam bidang matematika lalu mengusulkan nama Mustafa Kamal.

#H.S. Armstrong, salah seorang pembantu Atatürkdalam bukunya yang berjudul al-Zi'bu al-Aghbar atau al-Hayah al Khasah li taghiyyah telah menulis:'Sesungguhnya Atatürk adalah dari keturunan Yahudi. nenek moyangnya adalah Yahudi yang pindah dari Spanyol ke kota Salonika.'

#Golongan Yahudi ini dinamakan dengan Yahudi Daunamah yang terdiri dari 600 buah keluarga. Mereka mengklaim memeluk Islam pada tahun 1095H (1683M), tetapi masih menganut agama Yahudi secara sembunyi-sembunyi. Ini diakui sendiri oleh bekas Presiden Israel, Yitzak Zifi, dalam bukunya Daunamah terbitan tahun 1377H (1957M):Ada kelompok-kelompok agama yang masih menganggap diri mereka bagian dari Nabi Israel ...... Antara mereka ada satu kelompok yaitu kelompok Daunamah yang Islam hanya pada lahirnya tetapi mengamalkan ajaran Yahudi secara sembunyi-sembunyi.

#Ketika Mustafa kamal mencapai usia 12 tahun, ia memasuki Sekolah Angkatan Salonika. Kemudian beliau melanjutkan pelajaran di Akademi Militer Monasitar pada tahun 1302H (1885M). Pada tahun 1322H (1905M), ia memasuki akademi militer di Istanbul dan mengakhiri latihan militer pada tahun 1325H. (1907M). Kemudian, beliu telah ditugaskan di Kamp Militer Batalion ketiga di Salonika.Dari sinilah awal mula usaha Atatürk dalam memusuhi Khalifah Ottoman dan agama Islam.

#Dengan posisinya sebagai lulusan perguruan tinggi militer, dia telah mengingatkan teman pegawainya agar tidak tertipu dengan pemikiran dunia Islam. Dia telah mengubah ucapan Assalamu'alaikum kepada Marhaban Bikum (Selamat Datang). Aksiselanjutnya adalah dia mendirikan Organisasi Kebagsaan dan Kebebasan yang bertujuan untuk menghilangkan Pemerintah Ottoman yang menurutnya mengamalkan pemerintahan otoriter, tetapi sayangnya Organisasi Bersatu dan Maju yang ketika itu juga aktif menentang pemerintahan Islam telah menjadi batu penghalang bagi pergerakan Atatürk ini.

#Gambar Mustafa Kamal menonjol setelah meletusnya Perang Dunia Pertama ketika ia dipilih sebagai panglima pasukan ke -19 di Sinaq qal'ah. Timnya dapat mengalahkan tentara Inggris sebanyak dua kali di Semanjung Ghalibuli di Balkan Darnadil meskipun kekuatan tentara Inggris mampu mengalahkan tentara Artaturk. Dengan kemenangan tersebut, Atatürk dipromosikan menjadi kapten dan kemudian jenderal pada tahun 1335H. (1916M).Banyak pihak yang mengatakan bahwa kemenangan yang dicapai oleh Mustafa Kamal adalah kemenangan yang disengaja direncanakan oleh tentara Inggris sehingga reputasi Atatürk dipandang tinggi oleh Kerajaan Ottoman. Ini karena peperangan di antara tentara Ottoman dengan tentara Sekutu berlanjut selama beberapa hari tanpa adanya pihak mencapai kemenangan sehingga menyebabkan kedua belah pihak bertahan di kawasan masing-masing untuk beberapa bulan. Akirnya pihak Inggris secara mendadak tanpa disangka-sangka telah meninggalkan daerah pantai Ghalibuli.

#Pada tahun 1337H (1918M), Atatürk telah memimpin satu pasukan di Palestina.Dia telah menghentikan perang terhadap Inggris, musuh Pemerintah Kerajaan Ottoman secara mendadak dan mengizinkan Inggris bergerak ke sebelah utara tanpa mendapat tantangan. Saat itu alasanya ialah ia mengeluh sakit dan terlantar di Kem Nablus. Tindakannya itu telah menimbulkan berbagai spekualasi dan tanda tanya, lantas ia membawa pasukan ke utara sampai ke Damaskus. Di sana, ia telah mengeluarkan perintah supaya menghentikan perlawanan terhadap Inggris sekaligus membuka peluang ke Inggris untuk maju ke wilayah-wilayah Ottoman.

#Setelah kekalahan Turki dan deklarasi gencatan senjata, Inggris meminta khalifah membubarkan Dewan Rakyat yang berkuasa menentukan kekuasaan khalifah. Setelah pembubaran itu, Inggris memicu pula huru hara dalam istana Kerajaan Ottoman selama periode dua tahun 1337 - 1338H (1918-1919M) dan meminta khalifah menghentikan angkara yang sengaja mereka rencanakan itu. Mereka kemudian mengusulkan Mustafa Kamal untuk memikul tugas tersebut. Ini supaya Mustafa dapat menjadi orang yang berupaya memenuhi aspirasi rakyat dan satu-satunya pejabat tinggi militer yang layak mendapat penghargaan dari pihak militer.

#Kedudukkan dan kehebatan Mustafa Kamal kini kian masyhur di mata orang banyak, sementara reputasi lembaga khalifah pula semakin menurun. Pada waktu yang sama ia telah merealisasikan perencanaan Pihak Sekutu untuk menguasai wilayah-wilayah Kerajaan Ottoman.Taktik yang digunakan oleh Inggris untuk menyukseskan rencana tersebut ialah dengan membebaskan Yunani dari penguasaan Izmir dan ini terang-terang bertentangan dengan teks perjanjian yang telah dimenteraikan oleh Pihak Sekutu. Semua ini berjalan dengan cepat sekali ketika tentara Yunani melepaskan tembakan kepada orang Islam Turki di jalan-jalan raya, memaksa mereka menanggalkan tarbus yang kemudian dipijak-pijak dengan kaki, menanggalkan burdah (cadar) yang dipakai oleh wanita Muslim, membakar perkampungan Islam di Izmir dan menyembelih orang Islam tanpa belas kasihan.

#Di tengah-tengah kekacauan tersebut, kapal Ainabuli telah berlabuh di perairan Izmir di tengah-tengah armada laut Inggris dan Yunani, lalu Atatürk menuju ke Izmir dan mengerahkan segala kemampuannya dan memperlihatkan modus operandi yang menyakinkan dalam melawan Yunani. Atatürk mengutus telegram kepada khalifah untuk menjelaskan situasi yang genting ini. Akan tetapi pemerintah mendesak beliau pulang untuk menghindari Attaturk dari terus menimbulkan kekacauan. Khalifah mencoba membujuk Atatürk, tetapi ia tetap enggan pulang malahan mengirimkan telegram kepada Khalifah, "Saya akan tinggal di Anadul sehingga kemerdekaan dapat dicapai."

Atatürk mulai meluncurkan revolusi yang didukung sepenuhnya oleh Inggris. Ini merupakan keberhasilan besar bagi penokohan Attaturk. Hal ini terjadi ketika gerakan Attaturk telah diperkuat sejak awal oleh para pemimpin muda dan pemikir yang meletakkan syarat agar tidak melibatkan khalifah.

#Pertempuran antara tentara Utsmaniyah dengan Yunani telah berlangsung selama satu setengah tahun. Selama pertempuran sedang terjadi, Pihak Sekutu telah mengumumkan bahwa mereka netral. Sungguh mengherankan karena senjata-senjata yang melawan Mustafa Kamal adalah dari Rusia hasil perencanaan rapi pihak Inggris di Busfor, sekalipun Rusia memang memusuhi Kerajaan Ottoman.

#Pada 23 Maret 1921M (1340H), tentara Yunani memicu kembali api perang. Pada bulan September tahun yang sama, pertempuran di antara kedua belah pihak terhenti ketika Yunani menarik keluar pasukannya dari Izmir. Dua hari setelah itu, tentara-tentara Ottoman mulai memasuki Izmir tanpa menggunakan kekerasan.

#Propaganda Barat telah membesar-besarkan kemenangan pimpinan Mustafa Kamal ini dan menyebarkannya dengan cepat ke negara-negara Islam. Orang Islam telah tertipu dengan tindakkan Mustafa yang berhasil memenuhi aspirasi mereka sehingga Ahmad Shauqi pernah memuji belaiu melalui sebuah qasidah yang mengumpamakan Atatürk seperti Khalid bin Walid: Maha Besar Allah betapa kemenangan yang penuh keajaiban, Khalid Turki hidupkanlah kembali, Khalid Arab.

#Sayangnya impian mereka yang tertipu dengan tindakan Mustafa tidak tercapai karena 3 Maret 1343H (1924M)., Tersiar berita tentang pembubaran Pemerintah Khalifah. Khalifah dan kerabat kerajaan telah diusir dari negara Turki, sementara dua kementerian yaitu Kementerian Wakaf dan Departemen Hukum Syari'ah telah dihapuskan. Sekolah-sekolah agama telah dikonversi menjadi sekolah-sekolah umum.

#Musuh-musuh Islam melihat bahwa penghapusan Khilafah Islamiah bukanlah suatu hal mudah. Ia hanya akan tercapai dengan cara menonjolkan seorang pahlawan yang agung dan Mustafa adalah orang yang dijuluki pahlawan tersebut.

#Pihak Inggris telah melaksanakan rencana ini bersama Mustafa Kamal sendiri. Mereka juga telah membebaskan Yunani dari Izmir dengan mengklaim Mustafa adalah pahlawan nyata yang menyukseskan kemenangan tersebut. Seluruh rakyat mulai mempercayai hal ini dan bagi Inggris inilah waktu yang paling sesuai untuk memasukkan jarumnya untuk menghancurkan Islam.

#Selanjutnya, Inggris mengakui kemerdekaan Turki dan mendukung penuh Atatürk membubarkan pemerintahaan kekhalifahan. Pernah seorang anggota Parlemen Inggris mempertanyakan Lord Carrizon (Menteri Luar Inggris ketika itu) dalam Dewan Parlemen Inggris tentang pengakuan kemerdekaan Turki. Lord Carrizon membalas, "Apa yang terjadi adalah Turki telah dikuasai tanpa perlawanan karena kita telah menguasai kekuatan spiritualnya yaitu Sistem khilafah Islam".

#Syaikhul Islam, Mustafa Sabri setelah melarikan diri ke Mesir pernah berkata, "Memang mudah sekali Inggris membuat Mustafa Kamal sebagai pahlawan pada saat mereka menekan Khalifah dan mengulingkannya."

#Atatürk melarang pakaian-pakaian Islam sebaliknya mewajibkan pemakaian busana-busana Barat. Dalam waktu beberapa tahun saja, dia telah berhasil menghapuskan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha serta melarang orang Islam mengerjakan Ibadah Haji. Dia juga menutup beberapa buah masjid, misalnya, mengubah Masjid Besar Aya Sofia menjadi sebuah museum.

#Dalam urusan pernikahan, Attaturk melarang poligami dan mengizinkan pernikahan wanita Islam dengan bukan Islam. Dia membatalkan libur hari Jumat, melarangkan azan dalam bahasa Arab dengan mengubahnya menjadi bahasa Turki.Disamping itu, belau turut menghapus penggunaan huruf-huruf Arab dalam penulisan dan mengubahnya menjadi huruf latin.Tindakan yang dilakukan oleh Atatürk ini nyata sekali telah memisahkan budaya Turki dari akar agama Islam dan menghapus satu ketentuan yang termaktub dalam Konstitusi Turki yaitu agama Islam sebagi agama resmi negara Turki. Atatürk berusaha dan berkerja keras untuk menghilangkan para penentangnya.

#Ia memerintahkan pembakaran koran-koran yang menentangnya, dan sekaligus pengawasan terhadap para ulama. Atatürk juga telah mendirikan Partai rakyat Republik pada tahun 1342H (1923M) dan membuat presidennya sampai belaiu meninggal dunia pada tahun 1357H (1938M).

Kebijakan-Kebijakan Sekular Selama Pemerintahan

#Menyuruh wanita dan pria menari di depan umum. Dia sendiri pernah menari dengan seorang wanita di satu partai umum yang pertama di Ankara.

#Beliau pernah menegaskan bahwa "negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak cenderung ke pakaian modern."

#Mendorong minum arak secara terbuka.

#Mengarahkan Al-Quran dicetak dalam bahasa Turki.

#Mengubah azan ke dalam bahasa Turki. Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab dan Persia.

#Mengambil arkitek- arsitek dari luar negara untuk memodernisasi Turki. Faktanya mereka diperintahkan mengukir patung-patung dan tugu-tugunya di seluruh kota Turki.

#Satu pidatonya di kota Belikesir di mana beliau dengan terang-terangannya mengatakan bahwa agama harus dipisahkan dengan urusan harian dan perlu dihapus untuk kemajuan.

#Agama Islam juga di buang sebagai Agama Resmi negara.

#Menyerang Islam secara terbuka dan terang-terangan.

#Undang-undang pernikahan terdaftar berdasarkan hukum barat.

#Mengubah Masjid Aya Sophia menjadi museum, ada beberapa masjid dijadikan gereja.

#Menutup masjid serta melarang dari shalat berjamaah.

#Menghapus Kementerian Wakaf dan membiarkan anak-anak yatim dan fakir miskin.

#Membatalkan hukum waris, faraid secara islam.

#Menghapus penggunaan kalender Islam dan mengubah huruf Arab ke huruf Latin.

Sumber:

https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2013/03/19/1345/jejak-sekularisme-turki-dan-kisah-sakaratul-maut-kemal-attarturk.html